Peranan Pupuk terhadap Peningkatan Produktivitas Padi Sawah

masih dapat dilakukan pada areal tanam kurang lebih 5,9 juta ha Kementerian Pertanian, 2013. Dalam Peraturan Menteri Pertanian No.15PermentanRC.11012010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010 – 2014 disebutkan bahwa dalam mendukung upaya peningkatan produksi untuk pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan diperlukan dukungan sarana produksi baik benih, pupuk, obat-obatan, alat dan mesin pertanian. Khusus untuk pupuk selama 5 tahun 2010-2014 diperkirakan kebutuhan Urea 35,15 juta ton, SP-36 22,23 juta ton, ZA 6,29 juta ton, KCl 13,18 juta ton, NPK 45,99 juta ton dan organik 53,09 juta ton.

2.4. Peranan Pupuk terhadap Peningkatan Produktivitas Padi Sawah

Sebagai sumber hara, pupuk merupakan sarana produksi yang memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman pangan Abdulrachman et al.2009. Kebutuhan dan efesiensi pemupukan ditentukan oleh tiga faktor yang saling berkaitan yaitu: a ketersediaan hara dalam tanah, termasuk pasokan melalui air irigasi dan sumber lainnya, b kebutuhan hara tanaman, dan c target hasil yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, rekomendasi pemupukan harus bersifat spesifik lokasi dan spesifik varietas Peraturan Menteri Pertanian, 2007. Sering terdengar bahwa, apabila terjadi kelangkaan pupuk target produksi tidak tercapai. Oleh sebab itu, tantangan dalam upaya meningkatkan efesiensi pemupukan adalah mengelola pupuk secara tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lahan agar produktivitas tanaman tetap tinggi. Dalam Universitas Sumatera Utara penerapan teknologi pemupukan untuk meningkatkan produktivitas lahan perlu memperhatikan: a kemampuan sifat fisik, kimia dan biologi tanah dalam mendukung penyediaan nutrisi, b kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara, dan c pemilihan jenis pupuk yang akan digunakan. Pertimbangan ketiga hal tersebut diperlukan agar pencapaian produksi pertanian dapat dioptimalkan Abdulrachman et al.2009. Ismunadji et.al.,1975 dan Makarim dkk., 1999 dalam Abdulrachman et al., 2009, menyatakan; telah banyak diketahui bahwa ketersediaan beberapa unsur hara dalam tanah relatif kurang, sehingga untuk menopang tercapainya sasaran hasil padi yang tinggi diperlukan pemupukan. Disamping hara N, P, dan K, di beberapa tempat yang memiliki karakteristik lahan sawah berkapur, berbahan induk berkadar S rendah, berdraenase buruk dan bereaksi masam dengan pH5,00 ditenggarai kahat akan S dan kadang-kadang Zn. Oleh karena itu selain N, P, dan K yang sejak lama diaplikasikan secara luas dalam bentuk pupuk, dibeberapa tempat hara S, Zn dan Cu juga perlu ditambahkan untuk menunjang perolehan hasil padi yang tinggi. Selain nitrogen dari tanah, untuk tanaman padi masa kini yang menginginkan produksi tinggi, diperlukan tambahan nitrogen dari luar yang pada umumnya berupa pupuk buatan. Oleh sebab itu, penambahan pupuk N sangat diperlukan apabila diharapkan produksi yang tinggi. Namun demikian, dalam kenyataannya pemupukan N tidak selalu meningkatkan hasil tanaman, akan tetapi dapat juga menurunkan atau tidak memberikan pengaruh terhadap hasil padi. Perbedaan respons terhadap pemupukan N ini dapat disebabkan adanya kandungan N yang terdapat di dalam tanah. Pada tanah yang kandungan N-nya Universitas Sumatera Utara rendah pemberian N dapat meningkatkan hasil padi, sedangkan pada tanah yang kandungan N-nya tinggi pemberian N tidak meningkatkan hasil, tetapi bahkan dapat menurunkan hasil padi Abdulrachman et al.2009. Ismunadji dan Dijkshoorn, 1971 dalam Abdulrachman et.al., 2009 menyatakan bahwa pembentukan anakan, tinggi tanaman, lebar daun dan jumlah gabah dipengaruhi oleh ketersediaan N. Fosfor dalam tanah merupakan hara yang tidak mobil, sebagian besar terikat oleh partikel tanah, sebagian sebagai P-organik dan hanya sedikit dalam bentuk tersedia bagi tanaman. Pada tanah sawah ketersediaan P meningkat setelah penggenangan. Hal ini disebabkan karena penggenangan membantu terjadinya proses reduksi feri fosfat menjadi fero fosfat, hidrolisis aluminium fosfat, peningkatan kelarutan kalsium fosfat, dan netralnya reaksi tanah Abdulrachman et al.2009. Makarim dkk., 1993 dalam Abdulrachman et.al., 2009 mengatakan fenomena menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfat secara terus menerus menyebabkan penimbunan P, sehingga menurunkan respons tanaman terhadap pemupukan fosfat. Penimbunan P selain mengurangi efesiensi P juga dapat mempengaruhi ketersediaan hara lain bagi tanaman, diantaranya adalah Fe dan Mn. Oleh karena itu, pola pemberian P hendaknya didasarkan pada status P untuk tanah yang bersangkutan. Hara P sangat diperlukan tanaman padi terutama pada saat awal pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan tanaman tersebut, P berfungsi memacu pertumbuhan akar dan penambahan jumlah anakan. Disamping itu, P juga Universitas Sumatera Utara berfungsi mempercepat pembungaan dan pemasakan gabah Abdulrachman et al.2009. Secara umum tanah-tanah di Indonesia tergolong sebagai tanah yang miskin akan hara fosfor. Namun pada lahan pertanian intensif akibat pemupukan P yang terus menerus timbul efek residu P tanah yang nyata, sehingga di beberapa lahan sawah berpengairan teknis di Jawa tidak memerlukan lagi pemupukan P dalam takaran yang tinggi bahkan untuk sementara waktu pupuk tidak diperlukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi respons tanaman padi terhadap fosfat adalah intensitas penanaman, macam dan jumlah pupuk fosfor, lamanya pertumbuhan dan potensi hasil varietas padi yang digunakan, kondisi iklim, keadaan tata air dan penambahan pupuk organik Abdulrachman et al.2009. Defesiensi P ditandai dengan terhambatnya pertumbuhan vegetatif tanaman. Daun terlihat menyempit, kecil, sangat kaku dan berwarna hijau gelap. Batang kurus dan sering timbul warna keunguan, sehingga tanaman menjadi kerdil. Doberman dan Fairhust 2000 menyatakan bahwa defisiensi P dapat meningkatkan persentase gabah hampa, menurunkan bobot dan kualitas gabah, menghambat pemasakan, bahkan pada keadaan defisiensi P yang parah, tanaman padi tidak akan berbunga sama sekali Abdulrachman et al.2009. Kalium merupakan unsur ketiga yang penting setelah N dan P. Kalium berfungsi antara lain untuk meningkatkan proses fotosintetis, mengefesienkan penggunaan air, mempertahankan turgor, membentuk batang yang lebih kuat, sebagai aktivator bermacam sistem enzim, memperkuat perakaran, sehingga tanaman lebih tahan rebah dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Meskipun pada kenyataannya total K yang diserap oleh tanaman lebih Universitas Sumatera Utara besar daripada N maupun P, namun demikian perhatian mengenai kalium sampai saat ini masih kurang dibandingkan dengan kedua unsur tersebut Abdulrachman et al.2009. Kekurangan kalium menyebabkan 1 pinggir daun berwarna kuning kecoklatan disertai bercak warna jingga terutama pada daun tua, tanaman tumbuh kerdil dan daun-daun terkulai, 2 sering terjadi rebah karena NK rasio tinggi, penuaan daun lebih cepat leaf senescence, 3 kehampaan gabah tinggi dan pengisian gabah tidak sempurna banyak butir hijau, 4 pertumbuhan akar tidak sehat banyak akar yang busuk karena kehilangan daya oksidasi, sehingga serapan hara terganggu, dan 5 tanaman mudah terserang penyakit blas, busuk batang, dan bercak daun; terlebih bila dipupuk N berlebihan Abdulrachman et al.2009. Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga terkait dengan keberlanjutan sistem produksi sustainable production system, kelestarian lingkungan, dan penghematan sumberdaya energi Peraturan Menteri Pertanian, 2007 Berdasarkan uraian diatas maka perlu diketahui bagaimana penggunaan pupuk secara efesien untuk mendapatkan produktivitas padi yang optimal. Efesiensi penggunaan pupuk adalah tambahan hasil yang diperoleh dari suatu pertanaman untuk tiap unit hara yang berasal dari pupuk yang digunakan dalam suatu kondisi tanah dan iklim tertentu. Pemupukan yang efesien akan menghemat penggunaan pupuk, karena dengan jumlah pupuk yang lebih sedikit akan diperoleh hasil yang sama atau lebih tinggi. Usaha peningkatan efesiensi Universitas Sumatera Utara pupuk ini akan menguntungkan banyak petani kecil. Sebaliknya pupuk yang diaplikasikan dapat menjadi tidak efesien untuk tanaman bilamana; a hara dari pupuk yang digunakan tersebut tidak diserap tanaman. Hal itu dapat terjadi karena bentuk pupuk, cara, waktu dan dosis yang diberikan kurang tepat, atau karena suatu hal tanaman sendiri tidak menyerap hara tersebut, dan b hara dari pupuk yang diserap tanaman tidak digunakan untuk pembentukan gabah, yang mungkin terjadi akibat beberapa faktor lingkungan tidak menunjang, misalnya kekurangan airkekeringan atau cuaca sering mendung atau hal-hal lainnya tidak seimbang Abdulrachman et al.2009.

2.5. Pentingnya Pemupukan sesuai dengan Rekomendasi