Keadilan Organisasi LANDASAN TEORI

hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Arti sempit dari segi subjeknya, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa. Penegakan hukum dilandasi oleh nilai etik, moral dan spritual yang memberi keteguhan komitmen terhadap kedalam tugas hukum kita. Penegakan hukum, dengan demikian lebih dari sekadar menegakkan kebenaran formal, tetapi juga ditujukan untuk mencari kebenaran materiil yang diharapkan dapat mendekati kebenaran yang hakiki sifatnya. Tanggung jawab penegak hukum dengan demikian bertumpu kepada sikap etis, moral dan spiritual.

2.4 Keadilan Organisasi

Greenberg 1987 dalam Rae and Subramaniam 2008 menyatakan pendapatnya mengenai keadilan organisasi sebagai berikut: The term organizational justice is defined as an individual’s perception of and reactions to fairness in an organization. Keadilan digambarkan sebagai situasi sosial ketika norma-norma tentang hak dan kelayakan dipenuhi Lind dan Tyler, 1988 dalam Christofel 2010. Pemahaman tentang makna keadilan sering lebih menekankan pada distribusi yang adil dibandingkan dengan prosedur dan interaksi yang adil, yang selanjutnya kemudian disebut sebagai keadilan distributif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional. 1. Keadilan Distributif Keadilan distributif adalah persepsi karyawan tentang keadilan pendistribusian sumber daya organisasi yang mengevaluasi distribusi hasil-hasil organisasi, dengan memperhatikan beberapa aturan distributif, yang paling sering digunakan adalah hak menurut keadilan dan kewajaran. 2. Keadilan Prosedural Keadilan prosedural mengacu pada persepsi tentang pengambilan keputusan yang adil. Konsep keadilan prosedural menjelaskan bahwa individu tidak hanya melakukan evaluasi terhadap alokasi atau distribusi outcomes, namun juga mengevaluasi terhadap keadilan prosedur untuk menentukan alokasi tersebut. 3. Keadilan Interaksional Keadilan interaksional mengacu persepsi kewajaran atas pemeliharaan hubungan antar pribadi atau informal interaction antara karyawan yang menerima keputusan dengan pembuat keputusan. Menurut Lind dan Tyler 1988 dalam Christofel 2010, menyebutkan ada tiga hal penting yang patut diperhatikan dalam membahas keadilan interaksional yaitu: a. Penghargaan Penghargaan, khususnya penghargaan kepada status seseorang tercermin dalam kelakuan, khususnya dari orang yang berkuasa terhadap anggota kelompoknya. Semakin baik kualitas perlakuan penguasa terhadap anggotanya maka interaksinya dinilai semakin adil. b. Netralitas Konsep tentang berkembang dari keterlibatan pihak ketiga ketika ada masalah hubungan sosial antara satu pihak dengan pihak yang lain. Netralitas dapat tercapai bila dasar-dasar dalam pengambilan keputusan, misalnya, menggunakan fakta dan bukan opini, yang objektif dan validitasnya tinggi c. Kepercayaan Kepercayaan adalah harapan pihak lain dalam melakukan hubungan sosial, yang didalamnya mencakup resiko yang berkaitan dengan harapan tersebut. Menurut Folger dan Cropanzano 1998 dalam Fransiskus 2006 menjelaskan keadilan organisasi meliputi persepsi anggota organisasi tentang kondisi keadilan yang mereka alami dalam organisasi, secara khusus tentang rasa keadilan yang terkait dengan alokasi penghargaan organisasi seperti gaji dan promosi.

2.5 Kesesuaian Kompensasi