Gambar 2.1 Fraud Triangle Sumber: Donald R. Cressey dalam Tuanakotta 2007
Penelitian  ini  memproksikan  variabel  independen  berdasarkan  teori  fraud triangle, dimana pressure diproksikan dengan adanya persepsi keadilan organisasi
dan  kesesuaian  kompensasi.  Untuk  memproksikan  rationalization  digunakan variabel  perilaku  tidak  etis  dan  komitmen  organisasi,  sedangkan  opportunity
diproksikan dengan adanya variabel keefektifan pengendalian internal, kepatuhan pengendalian internal dan penegakan hukum.
2.2 Kecurangan Fraud
2.2.1 Pengertian Kecurangan Fraud
Menurut Black’s Law Dictionary, kecurangan fraud didefinisikan sebagai
suatu istilah generik: Embracing all multifarious means which human ingenuity can devise, and
which are resorted to by one individual to get an advantage over another by false suggestions or suppression of truth, and includes all
Fraud Triangle
Opportunity
Rationalization Pressure
surprise, trick, cunning, or dissembling, and any unfair way by which another is cheated.
Menurut  IAI  2001  dalam  Wilopo  2008  menjelaskan  kecurangan akuntansi  sebagai  salah  saji  yang  timbul  dari  kecurangan  dalam  pelaporan
keuangan  yaitu  salah  saji  atau  penghilangan  secara  sengaja  jumlah  atau pengungkapan  dalam  laporan  keuangan  untuk  mengelabuhi  pemakai  laporan
keuangan  dan  salah  saji  yang  timbul  dari  perlakuan  tidak  semestinya  terhadap aktiva  seringkali  disebut  dengan  penggelapan  atau  penyalahgunaan  berkaitan
dengan pencurian aktiva entitas  yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Tampubolon  2005  dalam  Kurniawati  2012  berpendapat,  fraud  tidak selalu  sama  dengan  tindak  kriminal.  Tindak  kriminal  didefinisikan  sebagai  an
intentional at that violates the Criminal Law under which no legal excuse applies. Sementara  itu  fraud  didefinisikan  sebagai  any  behavior  by  which  one  person
gains or intend to gain a dishonest advantage over another. Tindakan fraud dapat dikatakan  sebagai  kriminal  apabila  niat  atau  perbuatan  untuk  mendapatkan
keuntungan yang tidak jujur tersebut juga sekaligus melanggar ketentuan hukum, misalnya  korupsi  atau  penggelapan  pajak.  Fraud  yang  bukan  kriminal  masuk
kategori  risiko  operasional,  sedangkan  fraud  yang  sekaligus  tindak  kriminal masuk kategori risiko ilegal.
2.2.2 Klasifikasi Kecurangan Fraud
The  Association  of  Certified  Fraud  Examiners  ACFE  atau  Asosiasi Pemeriksa  Kecurangan  Bersertifikat,  merupakan  organisasi  profesional  yang
bergerak  di  bidang  pemeriksaan  atas  kecurangan  fraud  yang  berkedudukan  di Amerika  Serikat  dan  mempunyai  tujuan  untuk  memberantas  kecurangan,
mengklasifikasikan  kecurangan  fraud  dalam  beberapa  klasifikasi,  dan  dikenal dengan istilah “Fraud Tree” yaitu:
1. Kecurangan Laporan Keuangan Financial Statement Fraud
Kecurangan  laporan  keuangan  dapat  didefinisikan  sebagai  kecurangan  yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material  Laporan Keuangan
yang  merugikan  investor  dan  kreditor.  Kecurangan  ini  dapat  bersifat  financial atau kecurangan non financial.
2. Penyalahgunaan Aset Asset Misappropriation
Penyalahgunaan  aset  dapat  digolongkan  ke  dalam  kecurangan  kas  dan kecurangan  atas  persediaan  dan  aset  lainnya,  serta  pengeluaran
‐pengeluaran biaya secara curang fraudulent disbursement.
3. Korupsi Corruption
Korupsi  dalam  konteks  pembahasan  ini  adalah  korupsi  menurut  ACFE, bukannya  pengertian  korupsi  menurut  UU  Pemberantasan  TPK  di  Indonesia.
Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan conflict of interest,  suap  bribery,  pemberian  illegal  illegal  gratuity,  dan  pemerasan
economic extortion.
2.2.3 Kecurangan Fraud di Sektor Pemerintahan