3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli 2005 sampai dengan Bulan November 2005. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada Bulan September
2005 di Perairan Karang Serang, Tangerang.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode survei. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer
diperoleh dari hasil pengamatan langsung dilokasi penelitian dengan melakukan wawancara serta pengisian lembar kuesioner terhadap 30 unit kapal bubu keong
macan dari 78 unit kapal bubu keong macan yang ada di lokasi penelitian. Data yang diambil berupa faktor-faktor produksi data jumlah bubu, setting, umpan, bahan bakar
minyak, GT dan PK, data jumlah perbekalan yang digunakan setiap satu kali trip, data biaya investasi dan biaya perawatan. Pengambilan responden dilakukan dengan
cara purposive sampling. Data sekunder diperoleh dari informasi pihak Dinas Perikanan setempat dan studi pustaka lainnya.
3.3 Batasan Penelitian
Batasan yang digunakan dalam pengambilan data hasil tangkapan dan alat tangkap adalah :
1 Jenis hasil tangkapan adalah keong macan; 2 Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam penelitian adalah jumlah
bubu, jumlah setting, jumlah tenaga kerja, jumlah umpan, bahan bakar, GT dan PK;
3 Kapal yang digunakan adalah kapal bubu keong macan yang berukuran 0,87-2,48 GT dan beroperasi di wilayah pantai yaitu Tanjung Kait, Tanjung
Pasir dan Pulau Rambut.
3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Fungsi produksi
Hubungan kuantitatif antara faktor-faktor produksi dengan produksi dapat dihitung berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas. Model Cobb-
DouglasLogaritma Soekartawi, 1994
e x
x x
a Y
n
a n
a a
+ +
+ +
+ =
...
2 1
2 1
Fungsi ini dapat disederhanakan dengan cara membuat normalnya sebagai berikut :
e Ln
Logx b
Logx b
Logx b
Loga LogY
n n
+ +
+ +
+ =
...
2 2
1 1
Keterangan :
Y =
Produksi X
1
.... Xn = Faktor produksi
a
o
= Titik potong intersep b
1
sd b
n
= Koefisien regresi dari parameter penduga e
= Peubah pengganggu Dugaan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diuji dengan pengujian hipotesis.
Pengujian akan menggunakan pengujian statistik uji-F, R
2
dan dapat pula dengan melihat tanda positif atau negatif dari parameter-parameter yang diduga. Pengujian
koefisien regresi dilakukan dengan uji statistik t-student. Semua perhitungan yang berhubungan dengan data parameter-parameter penduga X
n
dan parameter yang diduga Y langsung dengan komputer.
Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor produksi yang digunakan terhadap produksi ikan Y adalah sebagai berikut :
: =
i
b H
untuk i
= 1,2,3,…,n,
berarti bahwa Y dengan Xi tidak ada
hubungan.
:
1
H
minimal salah satu b
i
≠ 0 untuk i = 1,2,3,…,n, berarti bahwa Y tergantung terhadap Xi secara bersamaan.
Jika : F
hitung
F
tabel
maka Tolak Ho ; Pada tingkat kepercayaan tertentu secara bersama-sama faktor produksi X
i
yang digunakan berpengaruh nyata terhadap
perubahan produksi ikanY. F
hitung
F
tabel
maka Terima Ho ; Pada tingkat kepercayaan tertentu secara bersama-sama faktor produksi X
i
yang digunakan tidak menunjukkan pengaruh nyata
terhadap perubahan produksi ikan Y. Pengujian pengaruh masing-masing faktor produksi X
i
terhadap perubahan produksi Y adalah sebagai berikut :
: =
i
b H
untuk i
= 1,2,3,…,n,
berarti bahwa Y dengan Xi tidak ada
hubungan.
:
1
H
minimal salah satu b
i
≠ 0 untuk i = 1,2,3,…,n, berarti bahwa Y tergantung terhadap Xi secara bersamaan.
Jika : T
hitung
T
tabel
maka Tolak Ho ; Pada tingkat kepercayaan tertentu atau taraf nyata tertentu, faktor produksi X
i
yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap
perubahan produksi ikan Y T
hitung
T
tabel
maka Terima Ho ; Pada tingkat kepercayaan tertentu atau taraf nyata tertentu, faktor produksi X
i
yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata
terhadap perubahan produksi ikan Y Koefisien-koefisien regresi b
1
,b
2
,...b
n
adalah merupakan elastisitas produksi dari variabel input. Besarnya elastisitas produksi Ep dapat digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis dari penggunaan input variabel. Tingkat efisiensi teknis dalam penggunaan input tercapai bila Ep=1,
Atas dasar elastisitas produksi dari masing-masing input variabel dapat dihitung marjinal fisik produk MPP dan rata-rata fisik produk APP. Nilai MPP dan APP
didapat dengan menggunakan rumus :
i i
input iabel
rata rata
produksi rata
rata APP
var −
− =
i i
i
Ep APP
MPP ×
= Dimana :
i = Faktor-faktor produksi MPP dan APP untuk mengetahui sampai sejauh mana penambahan faktor-faktor
produksi masih bisa menaikkan atau mungkin menurunkan produksi total. Analisis selanjutnya adalah untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua
variabel dalam model produksi yang telah didapat yaitu dengan menggunakan nilai koefisien korelasi r.
Jika : r = 0 berarti hubungannya lemah sekali atau tidak ada hubungan. r = 1 berarti hubungan kedua variabel sempurna dan positif.
r = -1 berarti hubungan kedua variabel sempurna dan negarif. Ada beberapa kriteria atau asumsi-asumsi dari penggunaan fungsi produksi
Cobb-Douglas yang dianggap berlaku juga dalam ruang lingkup penelitian ini yaitu : 1. Data yang digunakan pengambilannya secara purposive sampling
2. Teknologi yang digunakan di daerah penelitian tetap dan seragam 3. Jumlah pengamatan harus lebih besar daripada jumlah koefisien yang ditaksir
n k. Faktor produksi yang mempengaruhi proses produksi dalam usaha penangkapan
ikan sangat banyak jumlahnya. Oleh karena itu dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter penentu didalam unit penangkapan ikan
dengan menggunakan bubu keong macan. Dalam analisa ini faktor-faktor yang dianalisis adalah :
1 Produksi Y Produksi merupakan variabel tak bebas, yaitu jumlah produksi ikan yang di
hasilkan oleh suatu unit penangkapan ikan dalam hal ini bubu keong macan dalam setiap trip operasi penangkapan. Satuan produksi dinyatakan dalam
kilogram.
2 Jumlah bubu X
1
Jumlah bubu merupakan variabel bebas yaitu banyaknya bubu yang digunakan tiap trip operasi penangkapan. Satuan jumlah bubu dinyatakan dengan n buah
bubu. 3 Jumlah setting X
2
Jumlah setting adalah banyaknya setting yang dilakukan selama operasi penangkapan bubu keong macan. Satuan jumlah setting dinyatakan dalam n
setting .
4 Jumlah umpan X
4
Jumlah umpan merupakan variabel bebas yaitu banyaknya umpan yang digunakan tiap trip operasi penangkapan. Satuan jumlah umpan dinyatakan
dengan n kg umpan. 5 Bahan bakar X
5
Bahan bakar merupakan variabel bebas yaitu banyaknya solar yang digunakan tiap trip operasi penangkapan pada satu unit penangkapan ikan. Satuan bahan
bakar dinyatakan dengan n liter solar. 6 Ukuran perahu X
6
Perahu di pergunakan sebagai sarana utama untuk operasi penangkapan. Perahu diukur dalam satuan gross tonage GT. Untuk mendapatkan nilai GT di
pergunakan rumus yang dikeluarkan oleh FAO dalam Nomura dan Yamazaki 1977 adalah sebagai berikut :
8329 .
2 LxBxDxC
GT =
Keterangan : L = Panjang perahu m
B = Lebar perahu m D = Dalam perahu m
C = konstanta jenis bahan pembuat perahu. Untuk kayu 0,55
8 Daya mesin X
7
Daya mesin yang dimaksud adalah tingkat kekuatan mesin dalam menggerakan perahu, sehingga akan menentukan kecepatan gerak perahu. Semakin besar
daya mesin semakin besar pula daya jelajah kapal sehingga fishing ground yang dicakup semakin besar. Dengan demikian diduga keong macan yang dihasilkan
semakin banyak. Ukuran daya mesin dinyatakan dalam satuan PK. Data tambahan yang akan diambil adalah data dan informasi mengenai metode
penangkapan dan analisis usaha penangkapan keong macan. Informasi tersebut didapatkan dari nelayan bubu keong macan.
3.4.2 Analisis usaha 3.4.2.1 Analisis laba-rugi
Analisis pendapatan usaha pada umumnya digunakan untuk melihat apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini menguntungkan atau merugikan. Analisis
ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat didalam usaha dan besar keuntungan
π yang diperoleh dari usaha yang dilakukan dengan rumus Djamin, 1984:
π = TR − TC
Dimana π = Keuntungan
TR = Total Revenue total penerimaan
TC = Total Cost total biaya
Apabila: TR TC berarti usaha menguntungkan, sehingga usaha dapat dilanjutkan
TR TC berarti usaha mengalami kerugian, sehingga usaha tersebut tidak
layak untuk dilanjutkan TR
= TC berarti usaha tersebut tidak mengalami keuntungan atau kerugian, dengan kata lain usaha tersebut berada pada titik
impas.
3.4.2.2 Analisis imbangan penerimaan dan biaya R-C ratio
R-C ratio dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya
yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya Djamin, 1984, rumus yang digunakan yaitu:
Biaya Total
Penerimaan Total
ratio C
R =
− Apabila : R-C ratio 1 berarti usaha tersebut mengalami keuntungan, berarti usaha
tersebut layak untuk dilanjutkan R-C
ratio = 1 berarti usaha tidak menguntungkan dan tidak merugikan, dengan kata lain usaha berada pada titik impas.
R-C ratio 1 berarti usaha tersebut tidak menguntungkan, berarti usaha
tersebut tidak layak intuk dilanjutkan.
3.4.2.3 Analisis titik impas BEP
Suatu usaha perlu diketahui pada jumlah penjualan dan volume produksi yang tidak memperoleh kerugian dan tidak memperoleh laba, juga pada jumlah penjualan
dan volume produksi yang dapat mencapai keuntungan tertentu. Untuk itu digunakan analisa titik impasBEP Djamin, 1984, yaitu :
penjualan Hasil
tetap tidak
Biaya tetap
Biaya BEP
− =
1
Rp
tetap tidak
Biaya penjualan
Hasil oduksi
x tetap
Biaya BEP
Pr =
Kg
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografi dan Topografi
Secara geografis Kabupaten Tangerang terletak pada posisi 6º00’ - 6º20’ LS dan 106º20’ - 106º43’ BT dengan luas wilayah kurang lebih 1.230,3 Ha, terdiri atas 26
kecamatan yang membentang sejauh 40 km dari utara ke selatan dan sejauh 50 km dari barat ke timur. Menurut undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah
Daerah yaitu sepertiga wilayah laut Propinsi Banten pengelolaannya diserahkan kepada Kabupaten Tangerang. Adapun batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
1 Di sebelah barat : Kabupaten Lebak dan Serang 2 Di sebelah timur : Propinsi DKI Jakarta
3 Di sebelah utara : Laut Jawa 4 Di sebelah selatan : Kabupaten Bogor
Secara topografi kabupaten Tangerang merupakan daerah yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-1 meter menurun ke Utara. Ketinggian wilayah
berkisar antara 0-85 meter di atas permukaan laut. Lokasi penelitian dilakukan di perairan Karang Serang yang merupakan desa
pantai yang terletak di wilayah paling utara Kecamatan Sukadiri dan berhadapan langsung dengan Laut Jawa. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.2 Unit Penangkapan Ikan
Unit penangkapan ikan adalah satu kesatuan teknis didalam melakukan operasi penangkapan yang terdiri atas perahu beserta mesin penggerak, alat tangkap dan
tenaga kerja nelayan.
4.2.1 Kapal
Kapal atau perahu penangkap ikan di Kabupaten Tangerang dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu kapal motor KM, perahu motor tempel
PMT dan perahu tanpa motor PTM. Kapal motor adalah kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin yang disimpan di dalam badan kapal inboard
engine , biasanya kapal motor ini digunakan untuk usaha perikanan skala besar.
Perahu motor tempel adalah kapal atau perahu yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor tempel outboard engine dan biasanya kapal atau perahu motor tempel
ini umum dipakai oleh nelayan lokal dengan skala usaha perikanan kecil. Perahu tanpa motor adalah kapal atau perahu yang pengoperasiannya tidak menggunakan
mesin, tetapi menggunakan tenaga penggerak lain, seperti layar. Merk mesin yang sering digunakan adalah Yanmar, Kubota, Mitsubishi dan Dongpheng. Perkembangan
jumlah kapal atau perahu periode 1999-2003 di Kabupaten Tangerang menurut jenisnya dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2.
Tabel 1 Perkembangan jumlah perahu dan kapal di Kabupaten Tangerang periode 1999-2003
Tahun Jumlah unit
Jumlah total unit KM PMT PTM
1999 136 847 12 995
2000 197 623 12 832
2001 291 1716 9
2016 2002 291
1716 9 2016
2003 89 1740
74 1903
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang 2004
500 1000
1500 2000
1999 2000
2001 2002
2003
Tahun Ju
m lah
Kap al
U n
it
KM PMT
PTM
Gambar 2 Perkembangan jumlah perahu dan kapal di Kabupaten Tangerang periode 1999-2003.
Jumlah unit perahu di Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan. Jenis kapal motor yang mendominasi setiap tahun pada periode 1999-2003 adalah perahu
motor tempel PMT. Pada tahun 2003 PMT berjumlah 1740 unit atau meningkat 105,43 dari tahun 1999. Sementara jumlah KM mengalami penurunan dari 291
unit pada tahun 2002 menjadi 89 unit atau menurun 226,97 pada tahun 2003 sedangkan PTM mengalami peningkatan sebesar 516,67 pada tahun 2003.
4.2.2 Alat tangkap
Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Tangerang sangat bervariasi terdiri dari jenis pukat udang, pukat kantong, dogol, jaring klitik, Pancing,
perangkap, alat pengumpul kerang dan alat tangkap lainnya. Alat tangkap dominan yang digunakan nelayan di Kabupaten Tangerang adalah jaring klitik, dogol, jaring
insang hanyut, pancing dan garok kerang yang memiliki jumlah unit alat tangkap lebih dari 100 unit pada tahun 2003. Lebih lengkap tentang perkembangan jumlah
alat tangkap di Kabupaten Tangerang periode 1999-2003 dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 3.
Tabel 2 Jenis dan jumlah alat tangkap di Kabupaten Tangerang periode 1999-2003
No. Jenis
alat tangkap
1999 2000 2001 2002 2003 1
Payang 56 24 84 83 81
2 Dogol 24
24 230 220 119
3 Jaring
insang hanyut
239 182 462 492 532 4
Jaring insang
tetap - - - - 2
5 Jaring
klitik 374 338 500 526 526
6 Jaring
lingkar 13 7 2 8 16
7 Bagan
tancap 25 39 28 38 38
8 Jaring angkat lainnya
61 57
61 61
61 9
Pancing 209 344 399 401 401
10 Sero 36
37 1
2 2
11 Bubu
12 12 12 25 25 12 Garok
kerang 42
57 72
192 192
13 Alat tangkap lain
62 62
62 50
50 14
Bubu rajungan
- - - - 14
15 Jaring kolor Purse seine
- -
- -
1 Jumlah total unit
1.153 1.159
1.913 2.098
2060
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang 2004
100 200
300 400
500 600
1999 2000
2001 2002
2003
Tahun Ju
m lah
al at
t an
g kap
u n
it
Dogol Jaring insang
hanyut Jaring klitik
Pancing Garok kerang
Gambar 3 Perkembangan jenis alat tangkap yang dominan di Kabupaten Tangerang periode 1999-2003.
4.2.3 Nelayan
Nelayan di Kabupaten Tangerang dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik atau juragan adalah nelayan
yang memiliki sarana produksi dan membiayai operasi penangkapan. Nelayan ini sekaligus sebagai bakul yang berperan dalam proses pendaratan sampai tahap
pemasaran. Nelayan buruh adalah nelayan yang secara langsung melakukan operasi penangkapan. Nelayan buruh ada yang memiliki kapal dan ada juga yang hanya
melakukan operasi penangkapan. Jumlah nelayan buruh lebih banyak dibandingkan dengan nelayan pemilik. Di Kabupaten Tangerang selain nelayan asli daerah tersebut
terdapat juga nelayan pendatang yang umumnya berasal dari daerah Jawa Tengah. Perkembangan jumlah nelayan pemilik dan buruh di Kabupaten Tangerang periode
1999-2003 dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 4.
Tabel 3 Jumlah nelayan pemilik dan buruh di Kabupaten Tangerang periode 1999-2003
Tahun Nelayan pemilik
Nelayan buruh Jumlah orang
1999 820 3.279
4.099 2000 713
2.851 3.564
2001 1.994 6.708
8.702 2002 2.016
4.062 6.078
2003 1.903 3.774
5.677
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang 2004
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
1999 2000
2001 2002
2003
Tahun Ju
m la
h n
e la
yan o
r an
g
Nelayan pemilik
Nelayan buruh
Gambar 4 Perkembangan jumlah nelayan pemilik dan buruh di Kabupaten Tangerang periode 1999-2003.
Jumlah nelayan di Kabupaten Tangerang pada tahun 2001 meningkat secara drastis, karena diduga pada tahun tersebut terjadi pemutusan hubungan kerja PHK
secara besar-besaran akibat terjadinya krisis moniter dan perekonomian yang berkepanjangan.
4.3 Sarana dan Prasarana Perikanan
Sarana dan prasarana perikanan yang baik merupakan salah satu pendukung pembangunan perikanan, sehingga dapat memberikan kemudahan bagi petani nelayan
untuk melaksanakan usahanya yang akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Sarana dan prasarana perikanan tangkap, salah satunya adalah
tersedianya Pangkalan Pendaratan Ikan PPI. Ada 8 Pangkalan Pendaratan Ikan di wilayah administratif Kabupaten Tangerang, yaitu :
1. PPI Kronjo di Kecamatan Kronjo; 2. PPI Benyawakan di Kecamatan Kemiri;
3. PPI Ketapang di Kecamatan Mauk; 4. PPI Karang Serang di Kecamatan Sukadiri;
5. PPI Cituis di Kecamatan Paku Haji; 6. PPI Tanjung Pasir di Kecamatan Teluk Naga;
7. PPI Dadap di Kecamatan Kosambi; dan 8. PPI Mauk Barat di Kecamatan Mauk.
Kendala utama PPI yang ada di Kabupaten Tangerang khususnya PPI Karang Serang di Kecamatan Sukadiri sebagai tempat penelitian adalah masih kurangnya
fasilitas pokok dan penunjang serta tata letak yang kurang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga sulit dikembangkan secara optimal. Disamping itu
umumnya PPI tersebut berada di alur sungai atau muara yang sering kali mengalami pendangkalan.
4.4 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan