Laporan Keuangan Konsolidasi CAR Capital Adequacy Ratio Komposisi Aset

22 Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu Bank dalam kurun waktu 1 satu tahun.

b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan dan dipublikasikan setiap triwulan, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum dan dipublikasikan setiap bulan, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

d. Laporan Keuangan Konsolidasi

Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau memiliki anak perusahaan, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku serta menyampaikan laporan tersebut.

e. Laporan Publikasi Lain.

Dari laporan keuangan diatas biasanya mencakup : a. Neraca, menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal bank. 23 b. Laporan Laba Rugi, menyajikan informasi mengenai seluruh hasil operasi pendapatan dan beban yang dikeluarkan beban usaha dalam kegiatan selama periode tertentu dalam rangka memperoleh laba. c. Laporan Perubahan Ekuitas, memberikan informasi mengenai perubahan jumlah modal pemilik dan sumber-sumber yang mengakibatkan perubahannya. d. Laporan Arus Kas, menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai akibat dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama periode yang bersangkutan. e. Catatan atas Laporan Keuangan, menginformasikan kebijakan akuntansi yang memperngaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan bank.

2.1.3 Profitabilitas

Menurut Harahap 2011 : 304, Profitabilitas adalah “ukuran spesifik dari performance sebuah bank, dimana ia merupakan tujuan dari manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan minimalisasi risiko yang ada”. Profit yang diraih bank merupakan cerminan kinerja sebuah bank dalam menjalankan bisnisnya. Nugroho 2012 : 17 menyatakan bahwa “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva atau modal yang dimilikinya”. Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi bank karena profitabilitas merupakan tujuan setiap bank. 24 “Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan” Kuncoro, 2002 : 548. Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan perbankan, salah satunya dengan menggunakan rasio Return on Equity ROE. ROE = ��� ������ ����� ������ ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income. “Semakin tinggi ROE semakin baik, berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning juga semakin besar” Harahap, 2005. Menurut Permatasari 2012 : 36, ROE merupakan titik awal yang baik dalam analisis kondisi keuangan bank karena alasan berikut : a. Jika ROE suatu bank relatif rendah dibandingkan dengan bank lain, ROE akan cenderung mengurangi akses bank dalam memperoleh modal baru yang mungkin akan digunakan dalam memperluas atau mempertahankan posisi kompetitif di pasar. b. ROE yang rendah akan membatasi pertumbuhan bank karena peraturan BI mengharuskan aset menjadi jumlah tertentu dari modal ekuitas. c. ROE dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang membantu untuk mengidentifikasi tren dalam kinerja bank. Ekuitas terdiri dari dua komponen penting yaitu modal setoran paid-in capital dan laba ditahan retained earnings. Modal setoran terdiri dari modal saham capital stock, tambahan modal disetor additional paid-in capital dan 25 komponen lain yang merefleksikan transaksi pemilik, misalnya saham treasury dan modal donasi.

2.1.4 Rasio Keuangan Bank

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan hanya menyerdahanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini, kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio yang penting, misalnya rasio ideal mengenai likuiditas untuk bank tidak sama dengan rasio pada perusahaan industri, perdagangan, atau jasa. Rasio keuangan sangat penting bagi analisis eksternal yang menilai suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang diumumkan. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 131PBI2011 menjelaskan bahwa “penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan pendekatan risiko risk-based bank rating”. Penilaian ini meliputi profil risiko risk profile, good corporate governance, rentabilitas earnings, dan permodalan capital. Sudarini 2005 : 195 menyatakan “Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah, dan pemakai dan para pemakai laporan 26 keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan perusahaan, tidak terkecuali perusahaan perbankan”.

a. CAR Capital Adequacy Ratio

Modal merupakan faktor penting dalam upaya mengembangkan usaha bank. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan setiap bank. Ketentuan pemenuhan permodalan minimum bank disebut juga Capital Adequacy Ratio CAR. CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kreditaktiva produktif berisiko. “Jika nilai CAR tinggi sesuai ketentuan BI 8 berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas” Harahap, 2005. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut Dendawijaya, 2009 : 116 : CAR = ����� ���� ������ ���������� ������� ������

b. Komposisi Aset

Perusahaan yang memiliki aset tidak berwujud dan aset lancar yang besar cenderung menerapkan corporate governance yang lebih ketat, hal ini dikarenakan 27 aset lancar dan aset tidak berwujud lebih mudah diselewengkan dibandingkan aset berwujud. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 1324DPNP2011, rasio untuk menghitung komposisi aset dari bank sebagai berikut : Komposisi aset = ���� ������ ������ ��� ���� ������ �������� ����� ���� Aset likuid primer adalah aset yang sangat likuid untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atas penarikan dana pihak ketiga dan kewajiban jatuh tempo, yang terdiri dari kas, penempatan pada Bank Indonesia, surat berharga kategori tersedia untuk dijual, dan seluruh surat berharga pemerintah. Aset likuid sekunder adalah sejumlah aset likuid dengan kualitas lebih rendah untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atas penarikan dana pihak ketiga dan kewajiban jatuh tempo, yang terdiri dari surat berharga pemerintah kategori trading dengan kualitas baik, surat berharga pemerintah kategori HTM, dam surat berharga pemerintah kategori trading dan AFS dengan nilai haircut 25.

c. NIM Net Interest Margin