Prediksi Kebangkrutan dengan Teknik Model Z-Score Altman

Dalam melakukan prediksi kebangkrutan perusahaan diperlukan analisis rasio melalui laporan keuangan. Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan, yakni model Beaver 1966, Altman 1968, Springate 1978, Ohlson 1980, dan Zmijewski 1983.

2.1.6 Prediksi Kebangkrutan dengan Teknik Model Z-Score Altman

Berdasarkan jurnal “Predicting Financial Distress of Companies: Revisiting the Z- score and Zeta Model” yang ditulis oleh Altman 2000, model Z-Score Altman merupakan model prediksi yang dirumuskan oleh Altman pada tahun 1968, model ini digunakan untuk melakukan prediksi terhadap kemungkinan kebangkrutan suatu perusahaan. Model Z-score Altman menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis MDA dimana dalam perhitungannya menggunakan rasio-rasio keuangan. Dalam jurnal yang sama Altman 2000 menjelaskan pula bahwa rumus perhitungan Z-score Altman telah mengalami perkembangan, pertama adalah rumus yang digunakan untuk perusahaan manufaktur yang telah go public, yaitu Z-score = 1,2 X 1 + 1,4 X 2 + 3,3 X 3 + 0,6 X 4 + 0,999 X 5 . Perkembangan selanjutnya ditujukan bagi perusahaan pribadi, telah dilakukan perubahan pada nilai X4 = book value of equity book value of total liabilities sehingga rumusnya menjadi Z-score = 0,717 X 1 + 0,847 X 2 + 3,107 X 3 + 0,420 X 4 + 0,998 X 5 . Untuk perusahaan yang bergerak pada Universitas Sumatera Utara bidang non-manufaktur dan emerging markets, rumusnya dimodifikasi menjadi Z-score = 3,25 + 6,56 X 1 + 3,26 X 2 + 6,72 X 3 + 1,05 X 4 . Oleh karena PT. Te1komsel Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa sehingga penulis akan menggunakan rumus Z-score untuk perusahaan non-manufaktur, yaitu: Z-score = 3,25 + 6,56 X 1 + 3,26 X 2 + 6,72 X 3 + 1,05 X 4 . Penjabaran dari masing-masing variabel X 1 , X 2 , X 3 , X 4 yang berdasarkan pada penjelasan Altman 2000 : 12-13 berikut ini: 1. X 1 = Working Capital Total Assets Working capital total assets merupakan rasio yang digunakan pertama, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. Biasanya apabila sebuah perusahaan mengalami kerugian operasi yang terus menerus maka aset lancar akan mengalami penurunan. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya nilai working capital total assets karena modal kerja dihitung dengan cara mengurangkan aset lancar dengan utang lancar. Rasio ini secara lengkap diajabarkan sebagai: X 1 = ������� ������� ����� ������ = ������� ������ − ������� ����������� ����� ������ 2. X 2 = Retained Earnings Total Assets Retained earning merupakan akun yang menunjukkan jumlah total dari laba danatau rugi yang ditanamkan kembali dalam perusahaan selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan dapat dilihat secara tersirat pada rasio ini, hal ini karena pada perusahaan yang muda rasio retained earnings total assets menunjukkan nilai yang rendah, yang disebabkan oleh keterbatasan waktu dalam pengumpulan keuntungan kumulatifnya. Universitas Sumatera Utara Selain itu, rasio retained earnings total assets juga dapat mengukur leverage dari suatu perusahaan. Perusahaan dengan nilai retained earnings total assets yang lebih tinggi dibandingkan dengan total asset menunjukkan bahwa perusahaan membiayai aset-asetnya dengan menahan keuntungan dan bukannya dengan menggunakan utang untuk membiayainya. Rasio ini secara lengkap diajabarkan sebagai: X 2 = �������� �������� ����� ������ 3. X 3 = Earning Before Interest and Taxes Total Assets Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas yang sebenarnya dari aset perusahaan, di luar dari faktor pajak atau leverage. Rasio ini sangat cocok dalam menentukan kebangkrutan perusahaan karena keberlanjutan perusahaan sangatlah tergantung dari tingkat kemampuan aset perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Selain itu, keadaan bangkrut terjadi saat total laibilitas melebihi penilaian wajar terhadap aset perusahaan yang ditentukan dari kemampuan aset dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini secara lengkap diajabarkan sebagai: X 3 = ������� ������ �������� ��� ����� ����� ������ 4. X 4 = Book Value of Equity Book Value of Total Liabilities Dalam rasio ini liabilitas meliputi liabilitas lancar dan liabiltas jangka panjang. Liabilitas merupakan bagian sangat penting untuk diperhatikan karena liablitas yang terlalu besar akan berbahaya bagi keberlangsungan hidup perusahaan, sebab liabilitas akan memunculkan bunga yang harus dibayar. Rasio ini menunjukan seberapa banyak aset perusahaan dapat menurun nilainya sebelum liabilitas melebihi aset dan perusahaan menjadi insolvent. Rasio ini secara lengkap diajabarkan sebagai: Universitas Sumatera Utara X 4 = ���� ����� �� ������ ���� ����� �� ����� ����������� Klasifikasi risiko kebangkrutan sebuah perusahaan non manufaktur berdasarkan model Z-score Altman dalam Kpodoh 2009 : 33 adalah : 1. untuk nilai Z-score lebih kecil dari 1,10 berarti perusahaan berada pada distressed zone artinya perusahaan memiliki kesulitan keuangan dan risiko kebangkrutan yang tinggi. 2. untuk nilai Z-score antara 1,10 sampai 2,60 berarti perusahaan dianggap berada pada daerah abu - abu gray zone. Pada zona ini, perusahaan memiliki kemungkinan bangkrut akan tetapi masalah keuangan yang dihadapi tidaklah separah perusahaan yang berada pada distressed zone, masalah keuangan ini haruslah segera ditangani dengan cara yang tepat. Sehingga pada zona ini peran manajemen sangatlah penting dalam mencegah terjadinya kebangkrutan tersebut. 3. untuk nilai Z-score lebih besar dari 2,60 berarti perusahaan berada pada safe zone sehingga perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat dan tidak bangkrut. Universitas Sumatera Utara

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu