- 39 -
2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM
Pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Provinsi dan KabupatenKota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan
ketentuan perUndang-Undangan. Secara umum penjelasan mengenai pelayanan umum terbagi kedalam dua urusan pokok yang terkait dengan layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan.
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
a. Pada tahun 2010, APS usia 7-12 tahun mencapai 94,04, usia 13-15 tahun menurun
menjadi 89,95, usia 16-18 tahun mencapai 58,98, dan untuk usia 19-24 hanya mencapai 14,45.
b. Rasio SiswaGuru: Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswaguru pada tahun 2007
mencapai 22 siswa, pada tahun 2008 mencapai 20 siswa, pada tahun 2009 mencapai 21 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 20 siswa.
c. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswaguru pada tahun 2007 mencapai 10 siswa,
pada tahun 2008 mencapai 9 siswa, pada tahun 2009 mencapai 11 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 14 siswa.
d. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswaguru pada tahun 2007 mencapai 13 siswa,
pada tahun 2008 mencapai 13 siswa, pada tahun 2009 mencapai 12 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 13 siswa.
e. Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 23 siswa per
kelas, pada tahun 2008 mencapai 23 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 30 siswa per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 25 siswa per kelas.
f. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 36 siswa
per kelas, pada tahun 2008 mencapai 27 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 33 siswa per kelas.
g. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 32 siswa,
pada tahun 2008 mencapai 33 siswa, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 32 siswa.
h. Rasio kelassekolah pada jenjang pendidikan SD bernilai 5,59 pada tahun 2008. Pada
tahun 2009 rasio kelassekolah menurun menjadi 4,03. Namun pada tahun 2010 rasio tersebut meningkat menjadi 6,15.
- 40 - i.
Rasio kelassekolah pada jenjang pendidikan SLTP bernilai 7,34 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 rasio kelassekolah menurun menjadi 5,87. Namun pada tahun 2010 rasio
tersebut meningkat menjadi 6,84. j.
Rasio kelassekolah pada jenjang pendidikan SLTA bernilai 10,26 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 rasio kelassekolah menurun menjadi 9,64. Pada tahun 2010 rasio tersebut
menurun menjadi 9,57. 2.
Kesehatan a.
Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 110 Puskesmas, 367 Puskesmas Pembantu, 145 Puskesmas Keliling, dan 297 Puskesmas Polindes. Ketersediaan fasilitas
kesehatan di Provinsi Papua Barat yang paling banyak di Kabupaten Manokwari jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya, yaitu terdapat 22 Puskesmas, 84 Puskesmas
Pembantu, 19 Puskesmas Keliling, dan 74 unit Poliklinik Kampung. b.
Jika diamati dari jumlah penduduk, dapat dikatakan bahwa 14 rumah sakit yang ada di Provinsi Papua Barat tahun 2010 melayani 760.433 penduduk. Hal ini berarti satu
rumah sakit melayani sekitar 54.316 penduduk. c.
Jika diperhatikan dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barattahun 2010 dan jumlah dokter yang tersedia, maka rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter di Provinsi
Papua Barat adalah sebesar 4.045 atau dengan kata lain satu dokter rata-rata melayani 4.045 orang. Faktanya pada tahun 2010 jumlah dokter telah meningkat dan
distribusinya telah tersebar dengan alokasi yang lebih baik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio ini menurun jika dibandingkan dengan rasio 5.026 pada tahun 2009.
Artinya terjadi coverage yang lebih baik dalam hal tertanganinya penduduk dengan peningkatan jumlah dokter. Rasio penduduk terhadap dokter tertinggi berada di Kota
Sorong yaitu sebesar 9.531 penduduk dan yang terkecil berada di Kabupaten Teluk Wondama dengan rasio sebesar 1.645 penduduk per seorang dokter.
Gambar 2-15 Cakupan Layanan Kesehatan di Provinsi Papua Barat Tahun 2006-2009
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
58.46 58.46
70.15 68.18
27.76 27.76
27.70 26.22
50.58 55.99
57.83 60.43
2006 2007
2008 2009
Cakupan puskesmas Cakupan puskesmas pembantu
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
- 41 - 3.
Lingkungan Hidup Perkembangan akses penduduk di Provinsi Papua Barat terhadap air bersih pada tahun
2008-2010 menunjukkan peningkatan. Peningkatan konsumsi air bersih untuk air minum dari 42,81 persen pada tahun 2008 menjadi 49,20 pada tahun 2009, dan 53,11
pada tahun 2011. Akses air bersih tertinggi pada tahun 2010 di Kota Sorong yaitu 78,44 dan terendah di Kabupaten Maybrat yaitu sebesar 9,76 .
4. Sarana dan Prasarana Umum
a. Jaringan Jalan
i. Infrastruktur utama yang berperan penting dalam aspek daya saing daerah
merupakan sarana dan prasarana yang terkait dengan sistem transportasi. Wilayah Papua Barat secara regional sangat bergantung kepada moda
transportasi udara yang menjangkau hampir seluruh wilayah KabupatenKota. ii.
Selain keberadaan transportasi udara, moda transportasi laut dan darat ikut berperan dalam pengembangan wilayah Papua Barat. Untuk wilayah laut,
keberadaan pelabuhan sebagai simpul pengangkut orang maupun barang tersebar menjadi tiga pelabuhan utama. Untuk Pelabuhan internasional wilayah
Papua Barat terdapat di Kota Sorong, sedangkan dua pelabuhan utama lainnya merupakan pelabuhan nasonal di wilayah Manokwari dan Kaimana.
- 42 -
Gambar 2-16 Rencana Jaringan Transportasi Provinsi Papua Barat
Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat iii.
Berbeda dengan kedua jenis transportasi sebelumnya, salah satu kunci pencapaian transportasi darat terlihat dari perkembangan rasio panjang jalan
per jumlah kendaraan yang menunjukan angka perbandingan 1:0.077 pada tahun 2006. Angka ini berarti setiap satu kendaraan dilayani oleh jalan dengan
panjang 0,077 km. Peningkatan pada sektor ini terjadi hingga menunjukan angka perbandingan 1:0,101 pada tahun 2009.
- 43 -
Gambar 2-17 Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat
Sumber: Laporan Indikasi Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi Papua Barat, 2009 b.
Jaringan Irigasi i.
Banyaknya sungai besar yang mengalir di seluruh wilayah Provinsi Papua Barat dan beberapa danau cukup menguntungkan dalam upaya penyediaan air bersih.
Persentase sumber air bersih berasal dari sungai mencapai 54,6, mata air 45,3 dan sumber lainnya 0,1
1
. Namun tetap saja hal tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan air bersih penduduk sampai ke rumah tangga di daerah-
daerah terpencil karena keterbatasan kapabilitas untuk menjangkau dari sumber air. Adanya keterbatasan ini menuntut perlu dicari alternatif lokasi lain
yang dapat dijadikan sebagai catchment areawaduk guna dapat menampung air sungai.
ii. Sebagian besar wilayah memakai sistem pompa dan sistem gravitasi. Sistem
pompa dilakukan pada sumber pengambilan air water intake ke rumah pompa water treatment plant. Sedangkan dengan sistem gravitasi, air cukup dialirkan
dari sumber atau unit produksi ke unitblok distribusi reservoir. Untuk mengetahui rencana dan realisasi saluran irigasi Provinsi Papua Barat pada
tahun 2009, dapat dilihat pada Tabel 2-3 berikut, iii.
Pengadaan saluran irigasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi pertanian terus diupayakan pemenuhannya mencapai target yang telah
1
Papua Barat Dalam Angka 2009
- 44 - ditetapkan. Hingga saat ini baru dilakukan proses pembangunan saluran irigasi
seluas 9.929 Ha, jauh dibawah target realisasi seluas 28.651 Ha
Tabel 2-10 Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009 Rencana
Ha Realisasi
Ha Hambatan
Produksi tonHa
Kab. Manokwari 12,666
5,100 Pembebasan lahanketerbatasan dana
20.80 Kab. Teluk Bintuni
2,500 450
Pembebasan lahanketerbatasan dana 6.00
Kab. Sorong 9,104
2,413 Pembebasan lahanketerbatasan dana
44.85 Kab. Raja Ampat
250 155
Pembebasan lahanketerbatasan dana 8.60
Kab. Fakfak 1,431
1,431 Pembebasan lahanketerbatasan dana
6.25 Kab. Sorong Selatan
1,500 300
Pembebasan lahanketerbatasan dana 2.65
Kab. Teluk Wondama 1,200
80 Pembebasan lahanketerbatasan dana
6.00
Total 28,651
9,929 95.15
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009 c.
Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 734 masjid, 1.531 gereja protestan, 163 gereja katholik, 46 pura, 5 vihara, dan 1 kelenteng. Secara total terdapat 2.479
tempat peribadatan di Provinsi Papua Barat 5.
Rumah Tinggal Bersanitasi a.
Persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri, pembuangan akhir tinja, dan jenis kloset angsa selama tahun 2009-2010 mengalami peningkatan. Rumah tangga yang
memiliki jamban sendiri mengalami peningkatan yaitu sebesar 59,48 tahun 2009 menjadi 61,07 pada tahun 2010.
b. Rumah tangga yang memiliki TPAT septik TankSPAL mengalami peningkatan yaitu
sebesar 55,09 tahun 2009 menjadi 63,76 pada tahun 2010. Rumah tangga yang memiliki kloset leher angsa mengalami peningkatan yaitu sebesar 46,04 tahun 2009
menjadi 66,35 pada tahun 2010. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB pada periode 2009-2010 mengalami penurunan dari 17,16 menjadi 15,3
6. Persampahan
Persampahan belum betul-betul dikelola secara terpadu di Provinsi Papua Barat. Tempat Pembuangan Akhir TPA hanya dimiliki oleh Kabupaten Sorong tepatnya di distrik Makbon dan
Manokwari di Sowi 4. Persampahan di Kota Sorong di Klasaman sudah tidak layak karena sangat dekat dengan pemukiman dan dikhawatirkan akan terjadi pencemaran air tanah di pemukiman
masyarakat pada saat musim hujan system open dumping. sedangkan di wilayah lainnya, pengelolaan sampah dilakukan secara individual oleh masing-masing rumah tangga atau instansi,
- 45 - biasanya dengan cara ditimbun, dibakar, atau bahkan dibuang ke sungai atau laut. Hingga saat ini
memang dianggap belum menimbulkan masalah karena jumlahnya belum signifikan, namun bukan berarti tidak perlu diperbaiki dan dikelola secara terpadu.
7. Rumah Layak Huni
a. Terjadi peningkatan persentase rumah tangga yang memiliki tempat tinggal yang layak
huni pada tahun 2008-2010 berdasarkan empat indikator rumah layak huni. b.
Persentase rumah tangga yang memiliki lantai bukan tanah meningkat dari 91,08 pada tahun 2008, 91,6 pada tahun 2009, dan 93,02 pada tahun 2010.
c. Persentase rumah tangga yang memiliki atap layak tidak beratap dedaunan meningkat
dari 90,64 pada tahun 2008, 93,6 pada tahun 2009, dan 94,85 pada tahun 2010. d.
Persentase rumah tangga yang memiliki dinding permanen meningkat dari 51,34 pada tahun 2008, 52,27 pada tahun 2009, dan 56,68 pada tahun 2010.
e. Persentase rumah tangga yang memiliki luas lantai per kapita 10m2 menurun dari
43,26 pada tahun 2008, 38,36 pada tahun 2009, dan 39,86 pada tahun 2010.
Gambar 2-18 Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga
Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat, 2009
2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan
1. Penanaman Modal
a. Jumlah proyek dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010
sebanyak 40 proyek. Jumlah ini mengalami penuruna dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah proyek sebanyak 41 proyek.
90.1 91.08
91.6
43.14 51.34
52.27 87.01
92.4 93.6
52.69 45.52
59.49
30 40
50 60
70 80
90 100
2007 2008
2009
Persentase rumah berlantai bukan tanah
Persentase rumah berdinding permanen
Persentase rumah dengan atap layak Persentase rumah tangga bersanitasi
- 46 - b.
Jumlah proyek dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 61 proyek. Jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah
proyek sebanyak 49 dan 58 proyek. c.
Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebesar 1.185.429 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 967.478 juta rupiah. d.
Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebesar 98,459 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu
sebesar 78.360 juta rupiah. 2.
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, Koperasi terus tumbuh dengan persentase
pertumbuhan hampir mencapai 40. Pada tahun 2008 sejumlah 916 unit Koperasi kemudian tumbuh menjadi 967 unit sampai dengan tahun 2010 menjadi 1.257 unit dengan 701 unit
Koperasi aktif dan 556 Koperasi tidak aktif yang tersebar di seluruh KabupatenKota di Provinsi Papua Barat.
3. Ketenagakerjaan
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Papua Barat terus mengalami peningkatan
dari tahun 2007-2009. TPAK tahun 2010 meningkat menjadi 69,29 dari kondisi tahun 2009 dan 2008 yakni 68,52 dan 68,15.
b. TPAK tertinggi tahun 2010 dicapai oleh Kabupaten Manokwari yaitu sebesar 78,78,
sementara TPAK terendah berada di Kabupaten Fakfak yaitu hanya mencapai 54,00. c.
Jumlah penganggur tahun 2010 meningkat menjadi 26.341 orang dari sebelumnya sebanyak 24.452 orang pada tahun 2008. Sebanyak 32,90 penduduk yang bekerja
termasuk kedalam setengah pengangguran. Tingkat setengah pengangguran mencapai 30,37. Umumnya setengah pengangguran mempunyai produktivitas yang rendah, oleh
karena itu perlu dicermati dalammelihat jumlah penduduk yang bekerja, sebab dapat terjadi absolut penduduk yang bekerja tinggi namun ternyata masih tercakup
didalamnya setengah pengangguran dalam jumlah yang tinggi. d.
Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Papua Barat mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2010. TPT meningkat dari 7,65 di tahun 2008 menjadi 7,68 di tahun
2010.
- 47 -
2.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH