- 28 - Papua tidak lepas dari tingginya persentase penduduk usia produktif 15-64 tahun yang
mencapai 67,90, terutama disumbang oleh penduduk laki-laki.
Tabel 2-8Indikator Kependudukan Asli Papua dan Non Asli Papua di Provinsi Papua Barat Uraian
Penduduk Asli Papua Penduduk Non Asli Papua
Jumlah Penduduk jiwa 405.074
355.348 Laki-laki
208.658 193.740
Perempuan 196.416
161.608 Persentase Penduduk
53,27 46,73
Sex Ratio 106,23
119,88 Median Umur th
16,39 20,19
Dependency Ratio 64,07
47,27 Penduduk menurut kelompok umur
0-14 37,30
30,57 15-64
60,95 67,90
65+ 1,75
1,53 Jumlah Rumah Tangga
84.747 83.333
Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2011
2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga, dipaparkan sebagai berikut :
2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1. Pertumbuhan PDRB
Dalam perkembangan PDRB Papua Barat, baik dari segi nilai tambah bruto maupun kontribusi sektoral memiliki kontribusi terhadap PDB Nasional sekitar 0,26 di Tahun 2009, yang berarti
kapasitas perekonomian wilayah ini masih sebatas pada level lokal saja. Nilai absolut PDRB Papua Barat harga konstan Tahun 2000 pada Tahun 2008 sebesar Rp. 6.369,37 miliar, naik
menjadi Rp. 6.768,20 miliar pada Tahun 2009. Kenaikan ini cukup positif akan tetapi belum menunjukan perubahan yang signifikan terhdap pembangunan Provinsi Papua Barat
- 29 -
Gambar 2-5 Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRH ADHK 2000 Dengan Migas dan Tanpa
Migas Tahun 2006-2010
Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2011 Terkait dengan tingkat kesejahteraan, meskipun PDRB Provinsi Papua Barat memiliki laju
pertumbuhan yang cukup baik namun prosentase tingkat kemiskinan Provinsi Papua Barat berada di posisi kedua nasional. Berbagai faktor berpengaruh atas kenaikan garis kemiskinan
seperti kebijakan energi, kebijakan harga, kelancaran arus distribusi barang, kondisi alam dan lain-lain. Papua Barat tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh dari luar disamping dari internal
wilayah ini sendiri. Garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di peKampungan karena perbedaan harga barang dan jasa antara Kota dan Kampung dimana harga
di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di peKampungan.
PDRB Dengan Migas
a. Dalam kurun waktu 2007-2010 Papua Barat dapat dikatakan stabil memperlihatkan
pertumbuhan yang tinggi dan menunjukkan percepatan setiap tahunnya. Hal ini jelas terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 26,82 pada Tahun 2010 setelah
memasukkan nilai tambah gas alam cair LNG. Sementara pertumbuhan tanpa migas mencapai 6,83.
b. Pada Tahun 2010, pertumbuhan tertinggi sebesar 149,52 dicapai oleh sektor industri
pengolahan didorong oleh pertumbuhan subsektor migas terutama pertumbuhan gas alam cair akibat tercakupnya produksi gas alam cair di Teluk Bintuni. Sementara sektor
pertambangan dan penggalian justru mengalami kontraksi mencapai minus 0,84. c.
Sektor pertanianm industri pengolahan, dan bangunan tetap menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi. Bahkan 21,94 dari pertumbuhan ekonomi 26,82 pada tahun
4.55 6.95
7.84 7.02
26.82
7.63 8.61
9.25 7.86
6.83
2006 2007
2008 2009
2010 PDRB Dengan Migas
PDRB Tanpa Migas
- 30 - 2010 berasal dari sektor industri pengolahan. Sektor pertanian memberikan kontribusi
pertumbuhan sebesar 0,93. d.
Sektor-sektor utama perekonomian Papua Barat pada periode 2007-2010 adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. Ketiga
sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60 PDRB Papua Barat. e.
PDRB per kapita Papua Barat ADHB pada tahun 2010 meningkat 26,63 terhadap Tahun 2009, yaitu dari 23,40 juta Rupiah menjadi 29,62 juta rupiah. PDRB per kapita
Papua Barat ADHK mencapai 11,42 juta Rupiah atau meningkat 22,72 terhadap tahun 2009 9,31 juta Rupiah.
Gambar 2-6 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 dalam
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
Tabel 2-9Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan Tahun 2006 –
2009 No
Sektor 2006
2007 2008
2009
1 Konsumsi Rumah Tangga
9.19 6.15
10.57 6.18
2 Lembaga Swasta Nirlaba
9.54 7.59
5.3 19.91
3 Konsumsi Pemerintah
19.21 15.61
10.62 5.45
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto
4.08 5.53
2.46 4.01
5 Perubahan Stok
2.19 2.24
-0.38 -11.04
6 Ekspor
11.04 0.18
-6.99 -27.15
7 Dikurangi Impor
17.88 1.47
-3.98 -24.1
PDRB Dengan Migas 4.55
6.95 7.33
6.26 1.72
-0,13
21.94
0.03 0.93
0.42 0.88
0.25 0.80
- 31 -
Gambar 2-7 Peranan Sektor Dominan Terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2007-2010 dalam
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
PDRB Tanpa Migas
a. Pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang tercipta pada tahun 2010 sebesar 6,83.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 12,20. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan di sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan sebesar 11,02; sektor pengangkuan dan komunikasi 10,93; sektr bangunan 9,77; sektor jasa-jasa 7,34; sektor listrik dan air bersih 7,30; sektor
pertanian 6,20; sektor pengangkutan dan komunikasi 3,99. Sementara sektor industri pengolahan hanya tumbuh 2,77.
20 40
60 80
100
2007 2008
2009 2010
62.27 62.27
62.29 66.37
37.28 37.73
37.71 33.63
Sektor Pertanian, Pertambangan Penggalian, Industri Pengolahan Sektor Lainnya
- 32 -
Gambar 2-8 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Menurut Lapangan Usaha Tahun
2007-2010 dalam
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011 b.
Dalam rentang waktu empat tahun terakhir, tiga sektor utama yang mendominasi penciptaan PDRB tanpa migas di Papua Barat adalah sektor pertanian, sektor bangunan,
dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60 terhadap PDRB tanpa migas Papua Barat.
Gambar 2-9 Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2007-2010 dalam
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011 -
0.50 1.00
1.50 2.00
2.50
2.19
0.14 0.29
0.04 1.19
0.53 1.12
0.31 1.01
20 40
60 80
100
2007 2008
2009 2010
63.79 63.63
63.07 62.69
36.21 36.37
36.93 37.31
Sektor Pertanian, Bangunan, Perdagangan, Hotel, Restoran Sektor Lainnya
- 33 - PDRB per kapita ADHB mencapai 18,01 juta Rupiah. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar
10,15 dibandingkan dengan PDRB per kapita pada tahun 2009. Sementara PDRB per kapita ADHK 2000 bernilai 7,55 juta Rupiah dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,37 dibandingkan keadaan tahun
2009. 2.
Laju Inflasi Provinsi a.
Indeks Harga Konsumen IHK Papua Barat tahun 2010 sebesar 143,49 artinya terjadi kenaikan harga secara umum sebesar 43,49 dibandingkan dengan harga tahun dasar
2007, atau dengan kata lain, harga secara umum saat ini hampir satu setengah kali lebih mahal daripada Tahun 2007. Selama tahun 2008-2011, inflasi lebih banyak terjadi
daripada deflasi. Bila mencermati fluktuasi yang ada, tampaknya perkembangan harga belum terkontrol dengan baik
b. Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35 yang
terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar - 0,76.
c. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok
pengeluaran bahan makanan, yaitu sebesar 8,34. Inflasi kelompok pengeluaran sandang memiliki tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36. Pada tahun 2010 inflasi
terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran. d.
Laju inflasi peKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86, lebih tinggi dari Tahun 2009 sebesar 4,53. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi
dibandingkan tahun 2009. e.
Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35 yang terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -
0,76. f.
Inflasi Tahun 2010 tercatat 6,25. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran bahan makanan, yaitu sebesar 8,34. Inflasi kelompok pengeluaran
sandang memiliki tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36. Pada Tahun 2010 inflasi terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran.
g. Laju inflasi perkampungantahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86, lebih tinggi dari
tahun 2009 sebesar 4,53. Berarti tingkat kenaikan harga di Tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan tahun 2009.
- 34 - 3.
Indeks Gini Koefisien gini pada tahun 2007 sebesar 0,33 naik menjadi 0,35 pada tahun 2009 dan pada tahun
2010 menjadi 0,37. Meskipun terjadi kenaikan koefisien gini, namun status ketimpangan pendapatan masih pada posisi diantara ketimpangan rendah.
4. Tingkat Pemerataan Pendapatan Menurut Bank Dunia
a. Tingkat kemerataan menurut Bank Dunia, Provinsi Papua Barat masih dalam kategori
ketimpangan rendah. b.
Selama periode 2007-2010, proporsi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 terbawah terhadap total pengeluaran seluruh penduduk masih diatas 17.
2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial
1. Pendidikan
a. Angka Melek Huruf AMH Provinsi Papua Barat tahun 2010 adalah sebesar 93,19,.
dan 92,34. Angka melek huruf pada tahun 2010 meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 90,15; tahun 2008 sebesar 92,15; pada tahun 2007 sebesar
90,32; dan tahun 2006 sebesar 88,55. Semakin tinggi angka melek huruf maka kenaikan persentase angka melek huruf ini akan cenderung semakin lambat. Dalam
artian pertumbuhan angka melek hurufnya semakin kecil atau mengalami perlambatan. Dengan menggunakan angka melek huruf dapat diketahui jumlah penduduk yang
berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.
Gambar 2-10 Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di Provinsi Papua Barat
Tahun 2007-2010
90.32 92.15
92.94 93.19
9.68 7.85
7.06 6.81
2007 2008
2009 2010
Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf
- 35 - b.
AMH penduduk laki-laki tahun 2009 sebesar 94,95 atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi tahun 2008yaitu sebesar 93,01 dan kembali mengalami
peningkatan pada Tahun 2010 menjadi 95,33. c.
AMH penduduk perempuan walaupun selalu lebih rendah daripada laki-laki namun selalu mengalami peningkatan menjadi 90,83 di tahun 2010 dibandingkan dengan
tahun 2009 dan 2008 yang masing masing sebesar 88,55 dan 88,35.
Gambar 2-11 Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi Papua
Barat Tahun 2007 s.d 2010
d. Angka rata-rata lama sekolah terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 rata-rata
lama sekolah sebesar 8,21 tahun atau mengalami peningkatan dari tahun 2009 dan 2008 yakni sebesar 8,01 tahun dan 7,67 tahun. Artinya rata-rata penduduk baru mampu
menempuh pendidikan sampai kelas 2 SLTP. Berarti pencapaian pendidikan di Provinsi Papua Barat belum memenuhi Program Wajib Belajar 9 Tahun. Meskipun demikian,
masih ada disparitas gender, dimana penduduk perempuan belum sepenuhnya memperoleh pendidikan yang setara dengan penduduk laki
–laki. Sehingga perlu diperhatikan lagi faktor
–faktor yang menjadi penyebab masih lambatnya kemajuan peningkatan pendidikan bagi perempuan di Provinsi Papua Barat.
e. Angka Partisipasi Murni APM SDMI pada tahun 2010 sebesar 91,91 meningkat dari
tahun 2009 sebesar 91,25. APM SLTPMTs meningkat menjadi 49,65 di tahun 2010 setelah tahun sebelumnya sebesar 49,03. Artinya banyak penduduk yang tidak
melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTPMTs. APM SLTAMA tahun 2010 hanya mencapai 43,93 atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar
43,55. 92.69
93.61 94.95
95.33
87.86 88.35
89.55 93.19
2007 2008
2009 2010
Laki - Laki Perempuan
- 36 -
Gambar 2-12 Angka Partisipasi Sekolah APS dan Angka Partisipasi Murni APM Antar Jenjang
Pendidikan Tahun 2010
f. APK SDMI tahun 2010 sebesar 115,00, menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar
117,50. Tertinggi di Kabupaten Raja Ampat 142,15 dan terendah di kabupaten Tambrauw 107,98. APK SLTPMTs tahun 2009 sebesar 66,29 mengalami
peningkatan menjadi 66,68 pada tahun 2010 setelah sebelumnya mengalami penurunan dari 89,99 tahun 2008. Tertinggi di Kabupaten Teluk Wondama 87,72
dan terendah Kabupaten Sorong Selatan 43,24. APK SLTAMA terus meningkat dari tahun 2008 sebesar 57,25 menjadi 62,04 di tahun 2009 dan 72,07 di tahun 2010.
g. Angka Pendidikan yang Ditamatkan APT SDMI mengalami penurunan pada tahun
2010 menjadi 26,24 sementara pendidikan tinggi SLTA keatas sebesar 32,95 dengan rincian 24,59 berpendidikan SLTAsederajat dan 8,36 berpendidikan
perguruan tinggi. Meningkat 1,54 dibandingkan dengan tahun 2008 dan 2009. Menandakan terdapat perbaikan kualitas pendidikan dengan menurunnya persentase
pendidikan rendah dan meningkatnya persentase pendidikan tinggi. Kota Sorong dengan tingkat pendidikan tertinggi dan Kabupaten Tambrauw yang terendah.
2. Kesehatan
a. Angka rata-rata anak lahir hidup tahun 2010 sebesar 2,55 dan angka rata-rata anak
masih hidup sebesar 2,39. b.
Secara umum Angka Harapan Hidup AHH di masing-masing daerah mengalami kemajuan. Di tahun 2010 AHH Papua Barat mencapai 68,51 Tahun. AHH tertinggi di Kota
Sorong sebesar 71,95tahun dan terendah di Kabupaten Tambrauw sebesar 66,51tahun. Tahun 2009-2010 AHH mengalami kemajuan 0,31tahun. Peningkatan
tertinggi di kabupaten Raja Ampat dan kota Sorong sebesar 0.42tahun dan terendah di kabupaten Sorong Selatan sebesar 0,17 tahun.
94,04 89.95
58,98
14,45 91,91
49,65 43,93
7,36 SDMI
SMPMTS SMASMKMA
PT APS
APM
- 37 - c.
Status gizi buruk pada Balita di Papua Barat tahun 2010 tercatat mencapai 9,1, sedangkan gizi kurang mencapai 17,4. Angka ini masih diatas angka nasional yang
hanya mencapai 4,9 dan 13,1.
Gambar 2-13 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi Papua Barat
3. Kemiskinan
a. Dilihat dari aspek ekonomi, jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat mengalami
penurunan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu tahun 2006 – 2010, meskipun
sempat mengalami peningkatan sebesar dari 35,12 pada tahun 2008 menjadi 35,71 pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 0,59. Bila dilihat perbandingan antara
penduduk miskin dan tidak miskin pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat, jumlah penduduk tidak miskin adalah sebesar 65,12, sedangkan penduduk miskin adalah
sebesar 34,88 dengan persentase penduduk miskin kota sebesar 1,32 dan penduduk miskin Kampung sebesar 33,56.
Gambar 2-14 Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan Status
Kemiskinan Tahun 2010
36 32.7
31.6 30.5
2006 2007
2008 2009
2010
Angka Kematian Bayi
67.3 67.6
67.9 68.2
68.96
2006 2007
2008 2009
2010
Angka Harapan Hidup
Penduduk Miskin
Kota, 1.32
Penduduk Miskin
Desa, 33.56
Penduduk Tidak
Miskin, 65.12
41.34 39.31
35.12 35.71
34.88
2006 2007
2008 2009
2010 Persentase Penduduk Miskin
- 38 - b.
Penurunan angka kemiskinan di perkampungan pada tahun 2009 sebesar 44,71 menjadi 43,48 di tahun 2010 sedangkan angka kemiskinan di perkotaan naik dari
5,22 menjadi 5,73. c.
Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat memiliki angka kemiskinan diatas 40 sehingga membutuhkan effort yg sangat besar untuk
penanggulangannya. Diduga karena wilayahnya yang terbilang cukup terisolir sehingga tingginya biaya transportasi dalam pengadaan kebutuhan barang dan jasa.
d. Garis kemiskinan Provinsi Papua Barat tahun 2010 sebesar 294.727 Rupiah per kapita
per bulan, terdiri dari garis kemiskinan makanan sebesar 237.147 rupiah dan garis kemiskinan non makanan sebesar 57.580 Rupiah. Kontribusi garis kemiskinan makanan
terthadap garis kemiskinan sebesr 80,46. Dibandingkan tahun 2009, garis kemiskinan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 6,24. Kenaikan garis kemiskinan di
perkotaan 4,74 lebih rendah daripada kenaikan garis kemiskinan di perkampungan 6,74.
e. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 10,47 di tahun 2010 menjadi 8,78 di tahun
2011. f.
Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami penurunan dari 4,30 menjadi 3,43 di tahun 2010.
g. Penurunan kedua indeks kemiskinan mengandung makna bahwa kondisi kemiskinan di
Papua Barat semakin membaik. Artinya rata-rata pendapatan penduduk miskin dengan garis kemiskinan semakin dekat dan ketimpangan pendapatan antar penduduk miskin
semakin rendah. 4.
Kesempatan Kerja a.
Dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2007-2010 mencapai 13,54 dan laju pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 0,65, elastisitas kesempatan kerja Papua
Barat hanya mencapai 0,05. Artinya bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi 1 hanya akan menciptakan kesempatan kerja sebesar 0,05
b. Angkatan kerja tahun 2010 meningkat menjadi 342.888 orang dari 330.121 orang di
tahun 2009 Dan 319.675 orang di tahun 2008. Pada periode 2008-2010, peningkatan angkatan kerja diikuti oleh peningkatan penduduk yang bekerja namun jumlah
penduduk yang menganggur justru juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk bekerja meningkat dari 295.223 orang di tahun 2008 menjadi 316.547 orang di tahun
2010. Sementara jumlah penganggur meningkat dari 24.452 orang di tahun 2008 menjadi 26.341 orang di tahun 2010.
- 39 -
2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM