3.4 Penyediaan Bahan Penyusun Beton
Setelah dilakukan pemeriksaan karakteristik terhadap bahan pembuatan beton seperti pasir, batu pecah, semen dan bahan tambahan yang akan digunakan
untuk mendapatkan mutu material yang baik sesuai dengan persyaratan yang ada, maka penyediaan bahan penyusun beton adalah disaring, dicuci dan dijemur
hingga kering permukaan. Kemudiaan bahan tersebut disimpan dalam kotak dan ditempatkan di ruangan tertutup, hal ini untuk menghindari pengaruh cuaca luar
yang dapat merusak bahan ataupun mengakibatkan perbedaan kualitas bahan. Sehari sebelum dilakukan pengecoran benda uji bahan yang telah
dipersiapkan tersebut ditimbang berapa beratnya sesuai dengan variasi campuran yang ada dan diletakkan dalam wadah yang terpisah untuk mempermudah
pelaksanaan pengecoran yang dilakukan.
3.5 Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji terdiri dari lima variasi campuran untuk percobaan, yaitu campuran normal tanpa bahan substirusi, campuran dengan substitusi fly ash
dan abu boiler masing-masing sebesar 2,5; 5; 7,5; 10, dan 12,5 dari penggunaan semen.
Setelah semua bahan selesai disediakan, hidupkan mesin molen dan masukkan campuran beton sembarang ke dalamnya yang berfungsi untuk
membasahi mesin tersebut supaya adukan beton yang sebenarnya tidak berkurang. Setelah ± 30 detik, campuran tersebut di buang. Untuk beton normal, langkah
pertama masukkan agregat halus dan semen selama ± 30 detik supaya agregat halus dan semen tercampur rata. Kemudian air dimasukkan sebagian-sebagian ke
Universitas Sumatera Utara
dalam molen secara menyebar, hal ini dilakukan supaya air tidak hanya tercampur di beberapa tempat dan menyebabkan adukannya tidak rata menggumpal.
Selanjutnya masukkan batu pecah dan biarkan mesin molen selama ± 1 menit sampai campuran beton benar-benar tercampur secara merata dan homogen.
Adukan yang sudah tercampur merata, dituangkan ke dalam sebuah pan besar yang tidak menyerap air, dan kemudian adukan diukur kekentalannya
dengan menggunakan metode slump test dari kerucut Abrams-Harder. Setelah pengukuran nilai slump, campuran beton dimasukkan ke dalam cetakan silinder
yang berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 dengan cara dibagi dalam tiga tahapan, dimana masing-masing tahapan diisi 13 bagian dari cetakan silinder dan
lalu dipadatkan dengan menggunakan alat vibrator. Pada beton normal dan beton hasil substitusi setelah umur beton 24 jam,
cetakan silinder dibuka dan mulai dilakukan perawatan beton dengan cara direndam dalam bak perendaman sampai pada masa yang direncanakan untuk
melakukan pengujian.
3.6 Penggunaan
Fly Ash dan Abu Boiler
Pada tugas akhir saya ini, penggunaan tetes tebu yang saya gunakan adalah sebagai bahan tambah pada beton normal.
Adapun variasi yang digunakan adalah : 2,5; 5; 7,5; 10, dan 12,5 Cara penghitungan berat fly ash dan abu boiler yang digunakan yaitu M
2
= M
1
Dimana diketahui, volume total silinder beton = 0,1192 mᶾ per variasi, •
Berat isi fly ash; 709,02 kgm
3
• Berat isi abu boiler; 218,89 kgm
3
Universitas Sumatera Utara
Rumus yang dipakai : M
2
= M
1 x
Berat isi fly ash M
2
= M
1 x
Berat isi abu boiler Dimana
: M
1
= Volume total silinder beton M
2
= Berat fly ash atau abu boiler yang dipakai
Dan kebutuhan fly ash yang digunakan adalah : a. Variasi I
: kosong M
2=
0 M
1
b. Variasi II : M
2
= 2,5 M
1 x
Berat isi fly ash M
2
= 2.113 kg c. Variasi III
: M
2
= 5 M
1
x Berat isi fly ash M
2
= 4.226 kg d. Variasi IV
: M
2
= 7,5 M
1
x Berat isi fly ash M
2
= 6.339 kg e. Variasi V
: M
2
= 10 M
1
x Berat isi fly ash M
2
= 8.452 kg f.
Variasi VI : M
2
= 12,5 M
1
x Berat isi fly ash M
2
= 10.565 kg
Dan kebutuhan abu boiler yang digunakan adalah : a. Variasi I
: kosong M
2=
0 M
1
b. Variasi II : M
2
= 2,5 M
1 x
Berat isi abu boiler M
2
= 0.652 kg
Universitas Sumatera Utara
c. Variasi III : M
2
= 5 M
1
x Berat isi abu boiler M
2
= 1.304 kg d. Variasi IV
: M
2
= 7,5 M
1
x Berat isi abu boiler M
2
= 1.956 kg e. Variasi V
: M
2
= 10 M
1
x Berat isi abu boiler M
2
= 2.608 kg f.
Variasi VI : M
2
= 12,5 M
1
x Berat isi abu boiler M
2
= 3.26 kg
3.7 Pengujian Sampel