Dampak Fly Ash terhadap Lingkungan Kandungan Bahan Berbahaya dalam Fly Ash Kandungan Bahan Berbahaya dalam Fly Ash Kandungan Bahan Berbahaya dalam Fly Ash

sebagai medium pemanas dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan biasanya dilakukan dengan minyak bakar. Setelah temperatur pasir mencapai temperature bakar batubara 300 o C maka diumpankanlah batubara. Sistem ini menghasilkan abu terbang dan abu yang turun di bawah alat. Abu-abu tersebut disebut dengan fly ash dan bottom ash. Teknologi fluidized bed biasanya digunakan di PLTU Pembangkit Listruk Tenaga Uap . Komposisi fly ash dan bottom ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : 80-90 berbanding 10-20. b. Fixed bed system atau Grate system Fixed bed system atau Grate system adalah teknik pembakaran dimana batubara berada di atas conveyor yang berjalan atau grate. Sistem ini kurang efisien karena batubara yang terbakar kurang sempurna atau dengan perkataan lain masih ada karbon yang tersisa. Ash yang terbentuk terutama bottom ash masih memiliki kandungan kalori sekitar 3000 kkalkg. Di China, bottom ash digunakan sebagai bahan bakar untuk kerajinan besi pandai besi. Teknologi Fixed bed system banyak digunakan pada industri tekstil sebagai pembangkit uap steam generator. Komposisi fly ash dan bottom ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : 15-25 berbanding 75-25. Koesnadi, 2008.

2.4.6.2 Dampak Fly Ash terhadap Lingkungan

Adapun dampak yang ditimbulkan dari fly ash, yaitu: 1. Dampak Positif Universitas Sumatera Utara Fly ash abu terbangabu layang dimanfaatkan sebagai adsorben limbah sasirangan dan logam berat berbahaya, bahan pembuat beton, bahan pembuat refaktori cor tahan panas. Hal itu didasari oleh struktur fly ash yang berpori dan luas permukaan yang besar, sehingga dengan sedikit perlakuan dan modifikasi manjadikan fly ash sebagai bahan yang cukup potensial untuk berbagai keperluan sehingga dapat menghemat biaya dan tanpa disadari dapat mengurangi pencemeran lingkungan akibat fly ash itu sendiri. Bagi industri yang menggunakan bahan bakar batu bara, seperti PLTU dapat memanfaatkan fly ash sebagai sumber ekonomi sampingan. 2. Dampak Negatif Apabila fly ash lingkungan dan manusi Berbahaya dan Beracun

2.4.6.3 Kandungan Bahan Berbahaya dalam Fly Ash

Fly ash abu terbangabu layang dimanfaatkan sebagai adsorben limbah sasirangan dan logam berat berbahaya, bahan pembuat beton, bahan pembuat refaktori cor tahan panas. Hal itu didasari oleh struktur fly ash yang berpori dan luas permukaan yang besar, sehingga dengan sedikit perlakuan dan modifikasi manjadikan fly ash sebagai bahan yang cukup potensial untuk berbagai keperluan sehingga dapat menghemat biaya dan tanpa disadari dapat mengurangi pencemeran lingkungan akibat fly ash itu sendiri. Bagi industri yang menggunakan bahan bakar batu bara, seperti PLTU dapat memanfaatkan fly ash sebagai sumber ekonomi sampingan. ash didiamkan dan tidak diolah maka akan be nusia, karena fly ash merupakan salah satu lim acun. Tabel 2.8 Waktu paparan fly ash

2.4.6.3 Kandungan Bahan Berbahaya dalam Fly Ash

Fly ash abu terbangabu layang dimanfaatkan sebagai adsorben limbah sasirangan dan logam berat berbahaya, bahan pembuat beton, bahan pembuat refaktori cor tahan panas. Hal itu didasari oleh struktur fly ash yang berpori dan luas permukaan yang besar, sehingga dengan sedikit perlakuan dan modifikasi manjadikan fly ash sebagai bahan yang cukup potensial untuk berbagai keperluan sehingga dapat menghemat biaya dan tanpa disadari dapat mengurangi pencemeran lingkungan akibat fly ash itu sendiri. Bagi industri yang menggunakan bahan bakar batu bara, seperti PLTU dapat memanfaatkan fly ash sebagai sumber ekonomi sampingan. n berdampak pada limbah B3 Bahan

2.4.6.3 Kandungan Bahan Berbahaya dalam Fly Ash

Universitas Sumatera Utara Fly ash terdiri atas senyawa silicate glass yang mengandung silika Si, alumina Al, ferrum fe, dan kalsium Ca. Selain itu fly ash jugan mengandung logam berat yang berbahaya bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Logam berat adalah unsur logam dengan berat jenis lebih besar dari 5 gramcm 3 dan bersifat toksik Sutamihardja dkk, 1982. Dikatakan toksik karena sulit terdegradasi sehingga dalam perairan dapat terakumulasi dalam organisme seperti ikan, karang dan lain-lain. Logam berat ini banyak dihasilkan dari limbah industri seperti industri pelapisan logam dan industri tekstil. Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu: 1. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. 2. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, abu terbang dan abu dasar dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan oksida logam berat yang akan mengalami pelindian secara alami dan mencemari lingkungan. Salah satu logam yang sangat populer dan banyak dikenal oleh masyarakat awam adalah Timbal Pb. Hal ini disebabkan oleh banyaknya Pb yang digunakan Universitas Sumatera Utara di industri nonpangan dan paling banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup. Pb adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Dalam pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam PbS, yang sering disebut galena. Senyawa ini banyak ditemukan dalam pertambangan di seluruh dunia dan merupakan satu unsur logam berat yang lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya. Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan Pb ini adalah sering menyebabkan keracunan. Menurut Darmono 1995, Pb mempunyai sifat bertitik lebur rendah, mudah dibentuk, mempunyai sifat kimia yang aktif, sehingga dapat digunakan untuk melapisi logam untuk mencegah perkaratan. Bila dicampur dengan logam lain, membentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya, mempunyai kepadatan melebihi logam lain. Tabel 4.6 Hasil Analisa Timbal untuk Fly Ash No. Parameter Satuan Hasil Metode 1 Timbal Pb mgkg 0,02 AAS Sumber: Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan Tabel 4.7 Hasil Analisa Timbal untuk Abu Boiler No. Parameter Satuan Hasil Metode 1 Timbal Pb mgkg 1,40 AAS Sumber: Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan Logam Pb banyak digunakan pada industri baterai, kabel, cat sebagai zat pewarna, penyepuhan, pestisida, dan yang paling banyak digunakan sebagai zat antiletup pada bensin. Pb juga digunakan sebagai zat penyusun patri atau solder Universitas Sumatera Utara dan sebagai formulasi penyambung pipa yang mengakibatkan air untuk rumah tangga mempunyai banyak kemungkinan kontak dengan Pb Saeni, 1997. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, pemaparan maupun saluran pencernaan. Lebih kurang 90 partikel timbal dalam asap atau debu halus di udara dihisap melalui saluran pernafasan. Penyerapan di usus mencapai 5 – 15 pada orang dewasa. Pada anak-anak lebih tinggi yaitu 40 dan akan menjadi lebih tinggi lagi apabila si anak kekurangan kalsium, zat besi dan zinc dalam tubuhnya, sehingga bila makanan tercemar oleh logam tersebut, tubuh akan mengeluarkannya sebagian. Sisanya akan terakumulasi pada bagian tubuh tertentu seperti ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut.

2.4.6.4 Perkembangan Fly Ash di Dunia