Analisis Tingkat Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Terhadap Penggunaan Pembayaran Non Tunai

(1)

KUESIONER PENELITIAN I. Identitas Responden :

Isilah data anda dengan memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang :

1. Jenis Kelamin : a. Pria

b. Wanita 2. Umur :

a. 15 – 25 tahun d. 46 – 55 tahun b. 26 – 35 tahun e. 56 – 65 tahun c. 36 – 45 tahun f. Lebih dari 65 tahun 3. Pendidikan Terakhir :

a. Tidak Sekolah d. SMU/SMK/MAN Sederajat b. SD/MI Sederajat e. Diploma I/Diploma III

c. SMP/MTs Sederajat f. Sarjana (S1/DIV Sederajat, S2, S3) 4. Pekerjaan :

a. PNS/ABRI/Polisi c. Wiraswasta e. Pelajar b. Karyawan BUMN/Swasta d. Pensiunan f. Lainnya... 5. Pendapatan per bulan :

a. Kurang dari Rp. 1.000.000 b. Rp. 1.000.001 - Rp. 2.500.000 c. Rp. 2.500.001 - Rp. 5.000.000 d. Rp. 5.000.000 - Rp. 10.000.000 e. Lebih dari Rp. 10.000.000

6. Apakah anda adalah nasabah suatu bank negeri/swasta/daerah ? a. Bank Negeri (BRI, BNI, Mandiri, dan BTN)

b. Bank Swasta (Danamon, Mega, CIMB, Permata, dll)

c. Bank Pembangunan Daerah (Bank SUMUT, Bank DKI, Bank Jabar Banten, dll)

7. Jika ya, berapa jumlah rekening bank yang dimiliki ? a. Tidak ada

b. 1 c. 2 d. 3

e. Lebih dari 3

8. Jika ya, berapa lama telah menjadi nasabah : a. 0 - 1 tahun

b. 1 - 2 tahun c. 3 - 4 tahun d. 4 - 5 tahun

e. Lebih dari 5 tahun

9. Apakah anda pernah mendengar atau mengetahui tentang pembayaran non tunai (e-money/e-payment) ?


(2)

10. Dari mana informasi pertama kali mengenal tentang pembayaran non tunai (e-money/e-payment) ?

a. Teman/keluarga/saudara d. Baliho/pamflet/selebaran e. Internet

b Televisi/iklan e. Koran f. Petugas

bank

11. Sistem pembayaran non tunai adalah salah satu peran Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan keuangan, apakah anda merasa ada manfaatnya bagi perekonomian ?

a. Ya b. Tidak

II. Kuesioner

Cara menjawab pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda benar (√) pada kotak yang merupakan pendapat anda :

Keterangan :

SS = Sangat Setuju S = Setuju

RR = Ragu - Ragu TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

a. Pemahaman tentang instrumen pembayaran non tunai

NO Pernyataan SS S RR TS STS

1. Saya dapat membedakan antara Kartu ATM dengan Kartu Kredit

2. Saya dapat membedakan Kartu ATM dengan Kartu Debet melalui penggunaannya

3. Saya dapat mengetahui berbagai macam aplikasi pembayaran elektronik (e-money / e-payment)


(3)

SP = Sangat Paham P = Paham

CP = Cukup Paham TP = Tidak Paham

STP = Sangat Tidak Paham

b. Pemahaman arti dan fungsi

NO Pernyataan SP P CP KP STP

1. Pembayaran non tunai adalah pembayaran yang dilakukan tidak dengan menggunakan uang sebagai alat pembayaran, tetapi dengan cara transfer antar-bank ataupun transfer intra-bank melalui jaringan internal bank

2. Pembayaran non tunai juga dilakukan dengan menggunakan kartu sebagai alat pembayaran (Misalnya kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit)

3. Pembayaran non tunai juga dilakukan malalui sistem elektronik (money / e-payment)

4. Pembayaran non tunai menciptakan budaya Less Cash Society (LCS), yakni mengurangi jumlah transaksi menggunakan uang tunai

5. Pembayaran non tunai dapat menurunkan biaya transaksi bagi konsumen dan produsen serta meningkatkan kepuasan masyarakat karena terpenuhinya kebutuhan akan alat pembayaran yang lebih praktis dan mudah

SS = Sangat Setuju S = Setuju

RR = Ragu - Ragu TS = Tidak Setuju


(4)

c. Pemahaman tentang manfaat penggunaan pembayaran non tunai

NO Pernyataan SS S RR TS STS

1. Transaksi aman

2. Lebih mudah, praktis, dan fleksibel 3. Tidak repot membawa uang tunai 4. Bisa digunakan untuk berbagai

pembayaran (Pembayaran tagihan telepon, listrik, air, pulsa, token, tiketing, dll)

5. Lebih cepat 6. Ada diskon

7. Bisa menambah poin atau voucher 8. Bisa mendapat undian hadiah 9. Lebih percaya diri / status social 10. Bisa menggunakan sistem cicilan 11. Meningkatkan konsumsi / pengeluaran

d. Pemahaman tentang cara menggunakan instrumen pembayaran non tunai

NO Pernyataan SS S RR TS STS

1. Saya paham penggunaan pembayaran non tunai melalui Kartu ATM

2. Saya paham penggunaan pembayaran non tunai melalui Kartu Debet

3. Saya paham penggunaan pembayaran non tunai melalui Kartu Kredit

4. Saya paham penggunaan pembayaran non tunai melalui Electronic Banking / Internet Banking / Phone Banking / SMS Banking


(5)

SS = Sangat Setuju S = Setuju

RR = Ragu - Ragu TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

e. Pemahaman tentang risiko atau kerugian penggunaan pembayaran non tunai

NO Pernyataan SS S RR TS STS

1. Saya memahami penggunaan pembayaran non tunai dapat menambah beban biaya 2. Saya memahami fasilitas pembayaran non

tunai yang disediakan oleh bank masih terbatas

3. Saya memahami penggunaan pembayaran non tunai lebih rumit dibandingkan dengan tunai/cash

4. Saya memahami bahwa penggunaan pembayaran non tunai rentan terhadap penipuan dan penyalahgunaan (tidak aman)

5. Saya memahami jika menggunakan pembayaran non tunai kegagalan transaksi/pembayaran sangat mungkin terjadi

6. Saya memahami akibat mudahnya melakukan transaksi non tunai, sehingga pengeluaran meningkat dan lebih boros


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara, 2014, Tapanuli Utara dalam Angka 2014, Tapanuli Utara: BPS Taput bekerjasama dengan BAPPEDA TAPUT.

Bank Indonesia (2006), Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan Lembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai, Bank Indonesia.

Kotler, Philip, 2003, Marketing Management, 11th Edition. Prentice Hall Int’l, New Jersey, p 138.

Mowen, Jhon. C., Minor, Michael, 2002, Perilaku Konsumen, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Peter, J. Paul, Olson, Jerry C., 2000, Consumer Behavior : Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Jakarta, Erlangga.

Pohan, Aulia, 2011, Sistem Pembayaran : Strategi dan Implementasi di Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers.

Sevilla, Consuelo G. et. al, 2007, Research Methods, Quezon City, Rex Printing Company.

Sumarwan, Ujang, 2002, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran, Bogor Selatan, Ghalia Indonesia.


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, melakukan pengujian, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian untuk mengetahui tingkat pemahaman penggunaan pembayaran non tunai ini, dilakukan pada masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian dengan penyebaran kuesioner dimulai pada 28 Oktober 2015 - 08 November 2015.

3.3. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Variabel Indikator Aspek-Aspek a. Pemahaman Penggunaan Pembayaran Non Tunai

Pemahaman adalah usaha masyarakat Kabupaten Tapanuli

Utara untuk

1. Pengetahuan produk 2. Pemahaman arti dan

fungsi

3. Pemahaman cara

1. Pembelajaran

kognitif (cognitive

learning)


(8)

mengartikan atau menginterpretasikan penggunaan pembayaran non tunai

menggunakan

4. Pemahaman tentang resiko

melalui pendidikan

(learning throught education)

3. Pembelajaran

melalui pengalaman

(learning throught experience)

3.4. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara. Namun karena membutuhkan biaya yang besar dan banyak, maka tidak harus meneliti seluruh masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara dalam populasi yang ada. Penelitian dilakukan dengan meneliti sebagian dari populasi, diharapkan hasil yang diperoleh dapat mewakili populasi yang ada. Menurut Nasir (2003:271,276) menyatakan bahwa

populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri yang telah ditetapkan. Sedangkan pengertian sampel adalah prosedur dimana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan digunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki oleh populasi. Dalam menetapkan jumlah anggota sampel, bilamana analisis yang dipakai adalah teknik korelasi, maka banyaknya responden yang diambil sebagai anggota sampel minimal sebanyak 30 subjek.

Namun dikarenakan jumlah populasinya tidak diketahui secara pasti maka untuk menentukan besarnya sampel yaitu dengan menggunakan rumus Unknow

Population :


(9)

Keterangan :

n = Jumlah sampel

Za = Ukuran tingkat kepercayaan a = 0,05 (tingkat kepercayaan 95% berarti Z ⁄ .95% = Z 0,475 dalam tabel ditemukan 1,96)

σ = Standart deviasi

e = Standart error 5% = 0,05 Dengan perhitungan :

[ ⁄ ]

[

]

Penentuan sampel juga dapat didasarkan pada pedoman ukuran sampel, Frankel dan Wallen (1993:92) menyarankan besar sampel minimum untuk penelitian deskriptif sebanyak 100 responden. Dikarenakan jumlah sampel minimal tidak terpenuhi maka pedoman ukuran sampel mengikuti teknik maximum likehood estimation yang menyatakan bahwa ukuran sampel 100 – 200 (Ferdinan, 2002:28). Berdasarkan pedoman pengambilan sampel diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 100 responden.


(10)

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Sampling Insidental

Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,

yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

b. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang inibelum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya sehingga, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

3.6. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian secara langsung di lapangan. Data yang diperoleh adalah data hasil kuesioner tingkat pemahaman masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara. Data sekunder adalah data


(11)

yang diperoleh dari literatur-literatur dan referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan didalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang akan diisi oleh masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Terlebih dahulu dilakukan pembuatan kuesioner pendahulan untuk memperoleh informasi tambahan yang terarah kepada variabel-variabel yang akan diteliti.

Setelah kuesioner pendahuluan disebarkan maka dibuat kuesioner tertutup yang terbagi atas tiga bagian yaitu kuesioner untuk pemahaman mengenai pembayaran non tunai, kuesioner untuk pemahaman mengenai manfaat pembayaran non tunai, kuesioner untuk pemahaman penggunaan pembayaran non tunai. Kuesioner ini terdiri dari beberapa pertanyaan yang telah diberikan 5 jenis pernyataan sikap. Kemudian dari pernyataan itu ditentukan skornya dengan menggunakan skala likert. Pernyataan-pernyataan sikap yang ditampilkan pada kuesioner kemudian akan diberi nilainya, yaitu :

a. Pernyataan sangat paham diberi skor 5 b. Pernyataan paham diberi skor 4 c. Pernyataan cukup paham diberi skor 3 d. Pernyataan kurang paham diberi skor 2 e. Pernyataan tidak paham diberi skor 1


(12)

Untuk memastikan bahwa alat ukur yang akan digunakan yaitu kuesioner memiliki validitas dan realibilitas, maka dilakukan uji skala pemahaman dan kepuasan masyarakat. Skala pemahaman dan kepuasan masyarakat tersebut menggunakan skala likert.

3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Mengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, maka kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Keabsahan atau keaslian suatu penelitian sosial sangat ditentukan oleh alat ukur yang digunakan.

Apabila alat ukur yang dipakai tidak valid dan atau tidak dapat dipercaya, maka hasil penelitian yang dilakukan tidak akan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Dalam mengatasi hal tersebut diperlukan dua macam pengujian, yaitu uji validitas (test of validity) dan uji keandalan (test of reliability) untuk menguji kesungguhan jawaban responden.

a. Uji Validitas (Test of Validity)

Validitas adalah suatu ukuran yang membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi didalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan memang sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Pengukuran ini juga bertujuan untuk mengetahui kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen, yakni instrumen itu sungguh-sungguh mengukur


(13)

variabel yang sesungguhnya (Nasution, 1996:105). Validitas berhubungan dengan keakuratan sebuah kusioner.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan nilai r hasil Corrected Item Total Correlation. Pengujian dilakukan dengan

software SPSS 19.0 (Statistic Package for The Social Science 19.0) for windows

dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.

2. Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

d. Uji Reliabilitas (Test of Reliability)

Setelah dilakukan uji validitas atas pertanyaan atau pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah sesuatu instrumen yang merujuk pada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) apabila instrumen tersebut digunakan orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan atau digunakan oleh kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau berlainan (Suryabrata, 2004:58). Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen dan hasil pengujian tersebut merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur.

Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi jawaban kuesioner. Dalam penelitian ini reliabilitas diukur dengan menggunakan metode Alpha Cronbach


(14)

dengan menggunakan program SPSS 19.0. Nilai alpha yang diperoleh akan dibandingkan dengan rtabel. Apabila nilai alpha lebih besar daripada rtabel, maka

instrumen tersebut dapat disebut reliabel. Indikator pengukuran reliabilitas yang dibuat oleh J. P. Gurlford dengan taraf kepercayaan 95% dengan kriteria rhitung <

rtabel adalah sebagai berikut :

0,00 ≤ rhitung ˂ 0,20 : Reliabilitas sangat rendah

0,20 ˂ rhitung ˂ 0,40 : Reliabilitas rendah

0,40 ˂ rhitung ˂ 0,60 : Reliabilitas sedang/cukup

0,60 ˂ rhitung ˂ 0,80 : Reliabilitas tinggi

0,80 ˂ rhitung ˂ 1,00 : Reliabilitas sangat tinggi

3.9. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif statistik. Deskriptif statistik adalah suatu teknik analisis yang menggambarkan data yang telah terkumpul secara deskriptif sehingga tercipta sebuah kesimpulan yang bersifat umum. Analisis statistik deskriptif dibentuk dalam tabel, tabulasi silang (cross-tab), persentase, diagram dan grafik.


(15)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Karakteristik Responden 4.1.1. Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, maka responden yang diambil adalah laki-laki dan perempuan. Dari hasil kuesioner yang diperoleh data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 55 55

Perempuan 45 45

Jumlah 100 100

Sumber : Data primer diolah, 2015

Dari tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sebanyak 55 orang atau 55% dan sisanya 45 orang atau 45% adalah berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang dijumpai pada saat penelitian lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.

4.1.2. Umur

Berdasarkan umur responden terbagi dalam 6 kelompok yaitu umur 15 - 25 tahun, 26 - 35 tahun, 36 - 45 tahun, 46 - 55 tahun, 56 - 65 tahun, dan lebih dari 65 tahun. Data karakteristik responden berdasarkan umur adalah sebagai berikut :


(16)

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase (%)

15 - 25 tahun 6 6

26 - 35 tahun 18 18

36 - 45 tahun 13 13

46 - 55 tahun 22 22

56 - 65 tahun 32 32

lebih dari 65 tahun 9 9

Jumlah 100 100

Sumber : Data primer diolah, 2015

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kelompok umur 15 - 25 tahun yang menjadi responden sebanyak 6 orang (6%), kelompok umur 26 - 35 tahun yang menjadi responden sebanyak 18 orang (18%), kelompok umur 36 - 45 tahun sebanyak 13 orang (13%), kelompok umur 46 - 55 tahun sebanyak 22 orang (22%), kelompok umur 56 - 65 tahun sebanyak 32 orang (32%), dan kelompok umur lebih dari 65 tahun sebanyak 9 orang (9%).

Sumber : Data primer diolah, 2015

Gambar 4.1

Grafik Persentase Responden Berdasarkan Umur

0 10 20 30 40

15 - 25 Tahun 26 - 35 Tahun 36 - 45 Tahun 46 - 55 Tahun 56 - 65 Tahun > 65 Tahun


(17)

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi sampel untuk dijadikan responden paling banyak adalah masyarakat yang umurnya 46 - 55 tahun dan 56 - 65 tahun. Hal ini dikarenakan masyarakat yang berumur 46 - 55 tahun dan 56 - 65 tahun lebih banyak yang mempunyai rekening di bank dan telah lama mengetahui adanya sistem pembayaran non tunai serta telah lama menggunakannya dalam aktivitas keuangannya.

4.1.3. Pendidikan Terakhir

Berdasarkan pendidikan terakhir responden terbagi dalam 6 kelompok yaitu tidak sekolah, SD/MI, SMP/MTs Sederajat, SMU/SMK/MAN Sederajat, Diploma I/III, dan Sarjana (S1/DIV Sederajat, S2, S3). Data karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)

Tidak Sekolah 0 0

SD/MI 6 6

SMP/MTs Sederajat 11 11

SMU/MA/SMK Sederajat 54 54

Diploma I/III 10 10

Sarjana (DIV,S1/S2/S3) 19 19

Jumlah 100 100

Sumber : Data primer diolah, 2015

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kelompok yang tidak sekolah yang menjadi responden tidak ada (0%), kelompok pendidikan SD/MI yang menjadi responden sebanyak 6 orang (6%), kelompok pendidikan SMP/MTs Sederajat sebanyak 11 orang (11%), kelompok pendidikan SMU/SMK/MAN Sederajat


(18)

sebanyak 54 orang (54%), kelompok pendidikan Diploma I/III sebanyak 10 orang (10%), dan kelompok pendidikan Sarjana (DIV/S1/S2/S3) sebanyak 19 orang (19%).

4.1.4. Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan responden terbagi dalam 6 kelompok yaitu PNS/ABRI/Polisi, Karyawan BUMN/Swasta, Wiraswata, Pensiunan, Pelajar/Mahasiswa, dan Lainnya. Data karakteristik responden berdasarkan pekerjaan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

PNS/ABRI/Polisi 12 12

Karyawan BUMN/Swasta 9 9

Wiraswata 23 23

Pensiunan 8 8

Pelajar/Mahasiswa 6 6

Lainnya 42 42

Jumlah 100 100

Sumber : Data primer diolah, 2015

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kelompok pekerjaan PNS/ABRI/Polisi yang menjadi responden sebanyak 12 orang (12%), kelompok pekerjaan Karyawan BUMN/Swasta yang menjadi responden sebanyak 9 orang (9%), kelompok pekerjaan Wiraswata sebanyak 23 orang (23%), kelompok pekerjaan Pensiunan sebanyak 8 orang (8%), kelompok pekerjaan Pelajar/Mahasiswa sebanyak 6 orang (6%), dan kelompok lainnya yang terdiri dari Petani, pengrajin/petenun dan pekerja upahan sebanyak 42 orang (42%).


(19)

Sumber : Data primer diolah, 2015

Gambar 4.2

Grafik Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi sampel untuk dijadikan responden paling banyak adalah masyarakat yang memiliki pekerjaan lainnya yang terdiri dari Petani, pengrajin/petenun, dan pekerja upahan serta Wiraswasta. Menurut data BPS Tapanuli Utara dalam Angka Tahun 2014, sektor pertanian sampai adalah tulang punggung perekonomian daerah sebagai penghasil nilai tambah dan devisa maupun sumber penghasilan atau penyedia lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk. Hal ini ditunjukkan dari kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB pada tahun 2013 masih tetap dominan yakni mencapai 50,25% dari total PDRB yang dihasilkan.

Kemudian kelompok pekerjaan wiraswasta yang termasuk dalam kelompok usaha industri kecil paling banyak di Kabupaten Tapanuli Utara. Dan yang paling dominan adalah Perdagangan Besar dan Eceran (3.711 Unit), Industri Pengolahan

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45


(20)

(3.631 Unit), serta penyedia Akomodasi dan Penyediaan Makan dan Minum (3.063 Unit).

4.1.5. Pendapatan Per Bulan

Berdasarkan pendapatan per bulan responden terbagi dalam 5 kelompok yaitu (a) Kurang dari Rp 1.000.000, (b) Rp 1.000.001 s.d Rp 2.500.00, (c) Rp 2.500.001 s.d. Rp 5.000.000, (d) Rp 5.000.001 s.d. Rp 10.000.000, dan dengan pendapat per bulan (e) diatas Rp 10.000.000. Data karakteristik responden berdasarkan pendapatan per bulan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Per Bulan Pendapatan Per Bulan Frekuensi Persentase (%)

Kurang Dari Rp 1.000.000 22 22

Rp 1.000.001 s.d Rp 2.500.000 42 42

Rp 2.500.001 s.d Rp 5.000.000 35 35

Rp 5.000.001 s.d Rp 10.000.000 1 1

Lebih dari Rp 10.000.000 0 0

Jumlah 100 100

Sumber : Data primer diolah, 2015

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kelompok berpendapatan per bulan Kurang Dari Rp 1.000.000 yang menjadi responden sebanyak 22 orang (22%), kelompok berpendapatan Rp 1.000.001 s.d Rp 2.500.000 yang menjadi responden sebanyak 42 orang (42%), kelompok berpendapatan Rp 2.500.001 s.d Rp 5.000.000 sebanyak 35 orang (35%), kelompok berpendapatan Rp 5.000.001 s.d Rp 10.000.000 sebanyak 1 orang (1%), dan kelompok berpendapatan lebih dari Rp 10.000.000 tidak ada (0%).


(21)

Sumber : Data primer diolah, 2015

Gambar 4.3

Grafik Persentase Responden Berdasarkan Pendapatan Per Bulan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi sampel untuk dijadikan responden paling banyak adalah masyarakat yang memiliki pendapatan per bulan Rp 1.000.001,- s.d Rp 2.500.000,-. Hal ini dikarenakan masyarakat yang berpendapatan tersebut berlatar-belakang pekerjaan berupa Petani, petenun dan pekerja upahan lainnya, sebagaimana diungkapkan pada uraian sebelumnya bahwa banyak responden berlatar-belakang Petani, pengrajin/petenun, dan pekerja upahan lainnya maka ini juga dapat memberikan gambaran penghasilan rata-rata Petani, pengrajin/petenun dan pekerja upahan lainnya per bulan.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

45


(22)

4.1.6. Responden Berdasarkan Nasabah Bank

Berdasarkan informasi dari responden maka dapat data disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Nasabah Bank Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Bank Negeri 75 75

Bank Swasta 1 1

Bank Pembangunan Daerah 24 24

Jumlah 100 100

Sumber : Data primer diolah, 2015

Dari hasil pengolahan data dari jawaban responden maka dapat diperoleh bahwa sebanyak 75 orang menyatakan bahwa mereka merupakan nasabah dari suatu bank negeri, 1 orang nasabah bank swasta dan 24 orang nasabah bank pembangunan daerah. Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan bank yang paling mendominasi di Kabupaten Tapanuli Utara yang terdiri dari cabang dan unit. Belum ada data yang lengkap mengenai berapa jumlah kantor cabang/unit/ATM BRI, namun Bank BRI sangat menjangkau di Kabupaten Tapanuli Utara bahkan untuk daerah terpencil.

4.1.7. Jumlah Rekening yang Dimiliki Responden

Berdasarkan jumlah rekening yang dimiliki responden terbagi dalam 5 kelompok yaitu (a) Tidak ada , (b) 1 rekening, (c) 2 rekening, (d) 3 rekening, dan (e) Lebih dari 3 rekening. Data karakteristik responden berdasarkan jumlah rekening yang dimiliki responden adalah sebagai berikut :


(23)

Tabel 4.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Rekening yang Dimiliki Jumlah Rekening Frekuensi Persentase (%)

Tidak ada 0 0

1 rekening 86 86

2 rekening 13 13

3 rekening 0 0

Lebih dari 3 rekening 1 1

Jumlah 100 100

Sumber : Data primer diolah, 2015

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden yang tidak memiliki rekening tidak ada (0%), responden yang memiliki 1 rekening sebanyak 86 orang (86%), responden yang memiliki 2 rekening sebanyak 13 orang (13%), responden yang memiliki 3 rekening tidak ada (0%), dan responden yang memiliki lebih dari 3 rekening sebanyak 1 orang (1%).

Sumber : Data primer diolah, 2015

Gambar 4.4

Grafik Persentase Responden Berdasarkan Banyaknya Rekening

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi responden paling banyak adalah masyarakat yang memiliki 1 rekening. Hal ini

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Tidak ada 1 Rekening 2 Rekening 3 Rekening Lebih dari 3 Rekening Jumlah Responden


(24)

dikarenakan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara masih hanya membutuhkan 1 rekening dalam aktivitas keuangan mereka.

4.1.8. Lama Menjadi Nasabah

Berdasarkan lama menjadi nasabah responden terbagi dalam 5 kelompok yaitu (a) Kurang dari 1 tahun, (b) 1 - 2 tahun, (c) 3 - 4 tahun, (d) 5 - 6 tahun, (e) Lebih dari 6 tahun. Data karakteristik responden berdasarkan lama menjadi nasabah adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Nasabah Lama Menjadi Nasabah Frekuensi Persentase (%)

Kurang dari 1 Tahun 2 2

1 - 2 Tahun 18 18

3 - 4 Tahun 15 15

5 - 6 Tahun 11 11

Lebih dari 6 Tahun 54 54

Jumlah 100 100

Sumber : Data primer diolah, 2015

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden yang telah menjadi nasabah selama kurang dari 1 tahun sebanyak 2 orang (2%), responden yang telah menjadi nasabah selama 1 - 2 tahun sebanyak 18 orang (18%), responden yang menjadi nasabah selama 3 - 4 tahun sebanyak 15 orang (15%), responden yang menjadi nasabah selama 5 - 6 tahun sebanyak 11 orang (11%) dan responden yang telah menjadi nasabah selama lebih dari 6 tahun sebanyak 54 orang (54%).


(25)

Sumber : Data primer diolah, 2015 Gambar 4.5

Grafik Persentase Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah

4.1.9. Pengetahuan Tentang Pembayaran Non Tunai

Sumber : Data primer diolah, 2015

Gambar 4.6

Diagram Persentase Responden Berdasarkan Pengetahuannya Tentang Pembayaran Non Tunai

Diagram diatas memperlihatkan bahwa 69% responden menjawab ya, pernah mendengar atau mengetahui tentang pembayaran non tunai, sedangkan sisanya 31% tidak atau belum pernah mendengar tentang pembayaran non tunai walaupun mereka adalah nasabah dari sebuah bank.

0 10 20

30

40 50 60

1 Tahun 1 - 2 Tahun

3 - 4 Tahun

5 - 6 Tahun

6 Tahun

Jumlah Responden

69

%

31 %

Ya Tidak


(26)

Sumber : Data primer diolah, 2015

Gambar 4.7

Grafik Persentase Responden Berdasarkan Asal Informasi Mengetahui Pembayaran Non Tunai

Responden yang pernah mendengar tentang pembayaran non tunai termasuk yang baru mengenal saat peneliti memberikan keterangan tentang pembayaran non tunai, mengaku bahwa informasi pertama sekali mendengar tentang pembayaran non tunai sebanyak 58% berasal teman/keluarga/saudara, disusul 23% dari petugas bank dan 19% dari televisi/iklan.

Sumber : Data primer diolah, 2015

Gambar 4.8

Grafik Persentase Responden yang Merasakan Manfaat Pembayaran Non Tunai

0 20 40 60

Teman/keluarga/saudara Televisi/iklan Baliho/pamflet/selebaran Koran Internet Petugas Bank

Jumlah Responden

86 %

14 %

Ya Tidak


(27)

Sebagian besar atau 86% responden merasakan bahwa pembayaran non tunai yang merupakan salah satu peran Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan keuangan sangat bermanfaat bagi perekonomian. Walaupun sebenarnya saat peneliti menanyakan apa manfaat langsung bagi responden, sebagian besar responden hanya percaya saja bahwa penggunaan pembayaran non tunai akan memberikan manfaat yang besar bagi perekonomian.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Pengukuran valid atau tidaknya suatu item atau butir pernyataan dalam kuesioner, dilakukan dengan cara membandingkan �hitung dengan �tabel. Adapun

kriteria pengujian validitas sebagai berikut:

1. Jika rhitung bernilai positif dan �hitung > �tabel maka butir pernyataan dinyatakan valid.

2. Jika rhitung bernilai negatif dan �hitung < �tabel, maka butir pernyataan dinyatakan tidak valid.

3. Nilai �hitung dapat dilihat pada tabel Item-Total Statistic di kolom Corrected Item-Total Correction.

4. Nilai �tabel dapat dilihat pada tabel r dengan menggunakan df = n (jumlah responden) – 2 = 100 – 2 = 98, maka dapat diketahui �� �� =0,1966.


(28)

b. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan �alpha di kolom Cronbach’s Alpha pada tabel Reliability Statistics dengan angka 0,6. Jika

�alpha bernilai positif dan �alpha > 0,6 maka reliabel. Sedangkan jika �alpha bernilai

negatif dan �alpha < 0,6 maka tidak reliabel. Hasil perhitungan menunjukan reliabel bila koefisien Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6, artinya kuesioner dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian.

4.2.2. Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Instrumen Pembayaran Non Tunai

Sebelum dilakukan pengolahan data maka akan dilakukan terlebih dahulu uji validitas dan realibilitas sebagai berikut :

Tabel 4.9

Hasil Uji Validitas Pernyataan (a)

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 4,75 4,412 ,839 ,815

VAR00002 5,17 4,365 ,827 ,826

VAR00003 5,12 4,834 ,726 ,911

Sumber : Data primer diolah, 2015

Kolom Corrected Item Total Correlation pada tabel 4.9 di atas merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item yang akan digunakan untuk menguji validitas instrumen. Dalam hal ini �tabel ditetapkan sebesar 0,1966, dan diperoleh dari setiap pertanyaan bahwa �hitung positif dan �hitung > �tabel, maka


(29)

pernyataan dikatakan valid. Selanjutnya perlu dilakukan uji reliabilitas sebagai berikut :

Tabel 4.10

Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan (a)

Cronbach's Alpha N of Items

,897 3

Sumber : Data primer diolah, 2015

Dari tabel diatas, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0,897 lebih besar dari

0,6 dengan demikian data reliabel dan kuesioner dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian.

4.2.3. Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Terhadap Arti dan Fungsi Pembayaran Non Tunai

Sebelum dilakukan pengolahan data maka akan dilakukan terlebih dahulu uji validitas dan realibilitas sebagai berikut :

Tabel 4.11

Hasil Uji Validitas Pernyataan (b)

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 12,84 14,459 ,684 ,885

VAR00002 13,04 12,988 ,781 ,864

VAR00003 13,56 12,451 ,722 ,880

VAR00004 13,35 12,917 ,795 ,860

VAR00005 13,17 13,294 ,746 ,871


(30)

Kolom Corrected Item Total Correlation pada tabel 4.11 merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item yang akan digunakan untuk menguji validitas instrumen. Dalam hal ini �tabel ditetapkan sebesar 0,1966, dan diperoleh dari setiap pertanyaan bahwa �hitung positif dan �hitung > �tabel, maka

pernyataan dikatakan valid. Selanjutnya perlu dilakukan uji reliabilitas sebagai berikut :

Tabel 4.12

Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan (b)

Cronbach's Alpha N of Items

,895 5

Sumber : Data primer diolah, 2015

Dari tabel diatas, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0,895 lebih besar dari

0,6 dengan demikian data reliabel dan kuesioner dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian.

4.2.4. Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Manfaat Penggunaan Pembayaran Non Tunai

Sebelum dilakukan pengolahan data maka akan dilakukan terlebih dahulu uji validitas dan realibilitas sebagai berikut :


(31)

Tabel 4.13

Hasil Uji Validitas Pernyataan (c)

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 35,48 25,080 ,683 ,835

VAR00002 35,49 24,959 ,624 ,837

VAR00003 35,33 24,951 ,686 ,834

VAR00004 35,25 25,321 ,550 ,842

VAR00005 35,36 24,596 ,692 ,833

VAR00006 36,54 24,857 ,460 ,851

VAR00007 36,62 25,470 ,395 ,856

VAR00008 36,42 25,721 ,453 ,849

VAR00009 35,82 24,654 ,517 ,845

VAR00010 35,93 24,490 ,663 ,834

VAR00011 36,16 24,964 ,435 ,853

Sumber : Data primer diolah, 2015

Kolom Corrected Item Total Correlation pada tabel 4.13 di atas merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item yang akan digunakan untuk menguji validitas instrumen. Dalam hal ini �tabel ditetapkan sebesar 0,1966, dan diperoleh dari setiap pertanyaan bahwa �hitung positif dan �hitung > �tabel, maka

pernyataan dikatakan valid. Selanjutnya perlu dilakukan uji reliabilitas sebagai berikut :

Tabel 4.14

Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan (c)

Cronbach's Alpha N of Items

,855 11

Sumber : Data primer diolah, 2015

Dari tabel diatas, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0,855 lebih besar dari

0,6 dengan demikian data reliabel dan kuesioner dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian.


(32)

4.2.5. Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Cara Menggunakan Instrumen Pembayaran Non Tunai

Sebelum dilakukan pengolahan data maka akan dilakukan terlebih dahulu uji validitas dan realibilitas sebagai berikut :

Tabel 4.15

Hasil Uji Validitas Pernyataan (d)

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 6,06 9,350 ,228 ,920

VAR00002 7,64 6,394 ,792 ,693

VAR00003 7,69 5,994 ,779 ,692

VAR00004 7,62 5,773 ,801 ,679

Sumber : Data primer diolah, 2015

Kolom Corrected Item Total Correlation pada tabel 4.15 di atas merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item yang akan digunakan untuk menguji validitas instrumen. Dalam hal ini �tabel ditetapkan sebesar 0,1966, dan diperoleh dari setiap pertanyaan bahwa �hitung positif dan �hitung > �tabel, maka

pernyataan dikatakan valid. Selanjutnya perlu dilakukan uji realiabilitas sebagai berikut :

Tabel 4.16

Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan (d)

Cronbach's Alpha N of Items

,815 4


(33)

Dari tabel 4.16, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0,815 lebih besar dari 0,6

dengan demikian data reliabel dan kuesioner dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian.

4.2.6. Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Risiko atau Kerugian Penggunaan Pembayaran Non Tunai

Sebelum dilakukan pengolahan data maka akan dilakukan terlebih dahulu uji validitas dan realibilitas sebagai berikut :

Tabel 4.17

Hasil Uji Validitas Pernyataan (e)

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 15,60 7,051 ,388 ,583

VAR00002 15,03 6,141 ,285 ,678

VAR00003 15,60 5,859 ,577 ,499

VAR00004 15,68 5,957 ,510 ,526

VAR00005 15,48 6,535 ,374 ,585

VAR00006 15,04 6,968 ,270 ,627

Sumber : Data primer diolah, 2015

Kolom Corrected Item Total Correlation pada tabel 4.17 di atas merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item yang akan digunakan untuk menguji validitas instrumen. Dalam hal ini �tabel ditetapkan sebesar 0,1966, dan diperoleh dari setiap pertanyaan bahwa �hitung positif dan �hitung > �tabel, maka

pernyataan dikatakan valid. Selanjutnya perlu dilakukan uji reliabilitas sebagai berikut :


(34)

Tabel 4.18

Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan (e)

Cronbach's Alpha N of Items

,633 6

Sumber : Data primer diolah, 2015

Dari tabel diatas, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0,633 lebih besar dari

0,6 dengan demikian data reliabel dan kuesioner dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian.

4.3. Analisis Deskriptif

4.3.1. Deskripsi Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Pembayan Non Tunai

Analisis ini akan memperlihatkan seberapa besar pengetahuan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara dapat membedakan instrumen pembayaran non tunai seperti kartu ATM, kartu Debet, dan pembayaran elektronik (e-money/e-payment). Masyarakat juga harus dapat membedakan masing-masing instrumen dari ciri seperti bentuk, ukuran, warna, dan ciri khas lainnya dari instrumen tersebut. Dengan mengetahui tentang ciri-ciri instrumen tersebut maka masyarakat dapat membedakan masing-masing instrumen. Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang pemahaman masyarakat tentang instrumen pembayaran non tunai, maka peneliti menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti pada tabel berikut ini :


(35)

Tabel 4.19

Jawaban Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Pemahaman Instrumen Pembayaran Non Tunai

NO Pernyataan SS S RR TS STS Total

% % % % % %

1. Saya dapat membedakan antara Kartu ATM dengan Kartu Kredit

6 21 33 24 16 100

2. Saya dapat membedakan Kartu ATM dengan Kartu Debet melalui penggunaanya

3 16 24 27 30 100

3. Saya dapat mengetahui berbagai macam aplikasi pembayaran elektronik (e-money/e-payment)

3 15 28 27 27 100

Sumber: Data primer diolah, 2015

Dari pernyataan 1, frekuensi terbesar 33% responden menjawab ragu-ragu terhadap pernyataan kemampuan responden dalam membedakan antara kartu ATM dengan kartu kredit. Kemudian 24% menjawab tidak setuju, 21% menjawab setuju, 16% menjawab sangat tidak setuju, dan frekuensi terkecil 6% menjawab sangat setuju.

Dari pernyataan 2, frekuensi terbesar 30% responden menjawab sangat tidak setuju terhadap pernyataan kemampuan responden dalam membedakan antara kartu ATM dengan kartu debet melalui penggunaannya. Kemudian 27% menjawab tidak setuju, 24% menjawab ragu-ragu, 16% menjawab setuju, dan frekuensi terkecil 3% menjawab sangat setuju

Dari pernyataan 3, frekuensi terbesar 28% menjawab ragu-ragu terhadap pernyataan kemampuan responden mengetahui berbagai macam aplikasi pembayaran elektronik (e-money/e-payment). Kemudian 27% menjawab tidak setuju, 27% menjawab sangat tidak setuju, 15% menjawab setuju, dan frekuensi terkecil 3% menjawab sangat setuju.


(36)

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa belum sepenuhnya masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara paham terhadap instrumen pembayaran non tunai. Rata-rata paling besar 28,3% respoden menjawab ragu-ragu terhadap pemahaman tentang instrumen pembayaran non tunai. Dari hasil wawancara kepada responden, instrumen yang paling umum dikenal adalah hanya sebatas kartu ATM saja, sedangkan kartu kredit dan aplikasi elektronik sebagian besar responden belum memilikinya bahkan tidak mengenal instrumen tersebut. Hal ini juga dikarenakan fasilitas yang mendukung untuk penggunaan kartu kredit dan pembayaran elektronik masih terbatas.

4.3.2. Deskripsi Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Terhadap Arti dan Fungsi Pembayaran Non Tunai

Analisis ini akan memperlihatkan seberapa besar pemahaman masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara terhadap arti dan fungsi pembayaran non tunai. Apabila masyarakat. Pemahaman arti dan fungsi akan mendorong masyarakat dalam hal pentingnya penggunaan pembayaran non tunai. Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang pemahaman masyarakat tentang instrumen pembayaran non tunai, maka peneliti menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti pada tabel berikut ini :


(37)

Tabel 4.20

Jawaban Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Pemahaman Arti dan Fungsi Pembayaran Non Tunai

NO Pernyataan SP P CP KP STP Total

% % % % % %

1. Pembayaran non tunai adalah pembayaran yang dilakukan tidak dengan menggunakan uang sebagai alat pembayaran, tetapi dengan cara transfer antar-bank ataupun transfer intra-bank melalui jaringan internal bank

11 59 18 8 4 100

2. Pembayaran non tunai juga dilakukan dengan menggunakan kartu sebagai alat pembayaran (Misalnya kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit)

10 50 24 7 9 100

3. Pembayaran non tunai juga dilakukan malalui sistem elektronik (e-money/e-payment)

7 32 25 19 17 100

4. Pembayaran non tunai menciptakan budaya Less Cash Society (LCS), yakni mengurangi jumlah transaksi menggunakan uang tunai

5 41 25 21 8 100

5. Pembayaran non tunai dapat menurunkan biaya transaksi bagi konsumen dan produsen serta meningkatkan kepuasan masyarakat karena terpenuhinya kebutuhan akan alat pembayaran yang lebih praktis dan mudah

8 45 25 15 7 100

Sumber: Data primer diolah, 2015

Dari pernyataan 1, frekuensi terbesar 59% menjawab paham bahwa pembayaran non tunai adalah pembayaran yang dilakukan tidak dengan menggunakan uang sebagai alat pembayaran, tetapi dengan cara transfer antar-bank ataupun transfer intra-antar-bank melalui jaringan internal antar-bank. Kemudian 18% menjawab cukup paham, 11% menjawab sangat paham, 8% kurang paham, dan frekuensi terkecil 4% menjawab sangat tidak paham.

Dari peryataan 2, frekuensi terbesar 50% menjawab paham bahwa pembayaran non tunai juga dilakukan dengan menggunakan kartu sebagai alat


(38)

pembayaran (misalnya kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit). Kemudian 24% menjawab cukup paham, 10% menjawab sangat paham, 9% menjawab sangat tidak paham, dan frekuensi terkecil 7% menjawab kurang paham.

Dari pernyataan 3, frekuensi terbesar 32% menjawab paham bahwa pembayaran non tunai juga dilakukan melalui sistem elektronik (e-money/e-payment). Kemudian 25% menjawab cukup paham, 19% menjawab kurang paham, 17% sangat tidak paham, dan frekuensi terkecil 7% menjawab sangat paham.

Dari pernyataan 4, frekuensi terbesar 41% menjawab paham bahwa pembayaran non tunai menciptakan budaya Less Cash Society (LCS), yakni mengurangi jumlah transaksi menggunakan uang tunai. Kemudian 25% menjawab cukup paham, 21% menjawab kurang paham, 8% menjawab sangat tidak paham, dan frekuensi terkecil 5% menjawab sangat paham.

Dari pernyataan 5, frekuensi terbesar 45% menjawab paham bahwa pembayaran non tunai dapat menurunkan biaya transaksi bagi konsumen dan produsen serta meningkatkan kepuasan masyarakat karena terpenuhinya kebutuhan akan alat pembayaran yang lebih praktis dan mudah. Kemudian 25% menjawab cukup paham, 15% menjawab kurang paham, 8% menjawab sangat paham, dan frekuensi terkecil 7% menjawab sangat tidak paham.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara memahami arti dan fungsi penggunaan pembayaran non tunai. Rata-rata paling besar 45,4% responden menjawab setuju atau paham terhadap arti dan fungsi penggunaan pembayaran non tunai. Dari hasil


(39)

wawancara peneliti kepada responden juga, bahwa masyarakat setuju dan paham bahwa penggunaan pembayaran non tunai sangat bermanfaat.

4.3.3. Deskripsi Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Terhadap Manfaat Penggunaan Pembayaran Non Tunai

Analisis ini akan memperlihatkan seberapa besar pemahaman masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara terhadap manfaaat penggunaan pembayaran non tunai. Manfaat dari penggunaan pembayaran non tunai tentunya didorong karena berbagai alasan dan motivasi yang dirasakan oleh responden. Semakin besar manfaatnya maka semakin mendorong masyarakat untuk menggunakan pembayaran non tunai. Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang pemahaman masyarakat tentang instrumen pembayaran non tunai, maka peneliti menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.21

Jawaban Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Pemahaman Manfaat Pembayaran Non Tunai

NO Pernyataan SS S RR TS STS Total

% % % % % %

1. Transaksi aman 14 71 13 1 1 100

2. Lebih mudah, praktis, dan fleksibel 16 68 12 3 1 100 3. Tidak repot membawa uang tunai 23 68 7 1 1 100 4. Bisa digunakan untuk berbagai

pembayaran (Pembayaran tagihan telepon, listrik, air, pulsa, token, tiketing, dll)

34 53 12 0 1 100

5. Lebih cepat 25 60 14 0 1 100

6. Ada diskon 4 16 54 18 8 100


(40)

NO Pernyataan SS S RR TS STS Total

% % % % % %

8. Bisa mendapat undian hadiah 1 24 54 18 3 100 9. Lebih percaya diri / status sosial 7 61 24 3 5 100 10. Bisa menggunakan sistem cicilan 4 52 36 7 1 100 11. Meningkatkan konsumsi / pengeluaran 4 44 32 16 4 100

Sumber: Data primer diolah, 2015

Dari pembahasan diatas memperlihatkan bahwa rata-rata 48,5% responden dengan pernyataan setuju atas manfaat penggunaan pembayaran non tunai, dengan urutan (1) Transaksi aman 71%, (2) Lebih mudah, praktis, dan fleksibel 68%, (3) Tidak repot membawa uang tunai 68%. Sedangkan untuk manfaat (6) Ada diskon, (7) Bisa menambah poin atau voucher, (8) Bisa mendapat undian hadiah, ada diurutan terbawah dengan pernyataan setuju rata-rata 19% dan memilih jawaban ragu-ragu dengan rata-rata 55%.

4.3.4. Deskripsi Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Cara Penggunaan Pembayaran Non Tunai

Analisis ini akan memperlihatkan seberapa besar pemahaman masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara tentang cara penggunaan pembayaran non tunai. Untuk memudahkan dalam menganalisis data, maka peneliti menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti pada tabel berikut ini :


(41)

Tabel 4.22

Jawaban Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Cara Penggunaan Instrumen Pembayaran Non Tunai

NO Pernyataan SS S RR TS STS Total

% % % % % %

1. Saya paham penggunaan pembayaran non tunai melalui Kartu ATM

13 51 22 12 2 100

2. Saya paham penggunaan pembayaran non tunai melalui Kartu Debet

0 11 20 30 39 100

3. Saya paham penggunaan pembayaran non tunai melalui Kartu Kredit

1 14 13 26 46 100

4. Saya paham penggunaan pembayaran non tunai melalui Electronic Banking / Internet Banking / Phone Banking / SMS Banking

1 17 11 28 43 100

Sumber: Data primer diolah, 2015

Dari pernyataan 1, frekuensi terbesar 51% menjawab setuju atau paham dengan penggunaan pembayaran non tunai melalui kartu ATM. Kemudian 22% menjawab ragu-ragu, 13% menjawab sangat setuju, 12% menjawab tidak setuju dan frekuensi terkecil 2% menjawab sangat tidak setuju.

Dari pernyataan 2, frekuensi terbesar 39% menjawab sangat tidak setuju bahwa masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara paham penggunaan pembayaran non tunai melalui kartu ATM. Kemudian 30% menjawab tidak setuju, 20% menjawab ragu-ragu, 11% menjawab setuju, dan frekuensi terendah 0% menjawab sangat setuju.

Dari pernyataan 3, frekuensi terbesar 46% menjawab sangat tidak setuju bahwa masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara paham penggunaan pembayaran non tunai melalui kartu kredit. Kemudian 26% menjawab tidak setuju, 14%


(42)

menjawab setuju, 13% menjawab ragu-ragu, dan frekuensi terkecil 1% menjawab sangat setuju.

Dari pernyataan 4, frekuensi terbesar 43% menjawab sangat tidak setuju bahwa masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara paham penggunaan pembayaran non tunai melalui Electronic Banking / Internet Banking / Phone Banking / SMS

Banking. Kemudian 28% menjawab tidak setuju, 17% menjawab setuju, 11%

menjawab ragu-ragu, dan frekuensi terkecil 1% menjawab sangat setuju.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara kurang paham tentang cara menggunakan pembayaran non tunai. Rata-rata paling besar 33% responden menjawab sangat tidak setuju atau sangat tidak paham terhadap cara menggunaan pembayaran non tunai. Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara memahami cara penggunaan pembayaran non tunai hanya sebatas pada kartu ATM saja, yakni terbukti dengan jawaban responden 51% paham penggunaan kartu ATM. Dari hasil wawancara peneliti kepada responden juga, bahwa masyarakat kurang paham dengan penggunaan instrumen pembayaran non tunai melalui kartu debet, kartu kredit dan pembayaran elektronik. Alasan responden adalah karena belum merasa perlu, terlalu rumit, dan fasilitasnya sangat terbatas.


(43)

4.3.5. Deskripsi Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Terhadap Risiko/Kerugian Penggunaan Pembayaran Non Tunai

Analisis ini akan memperlihatkan seberapa besar pemahaman masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara terhadap risiko/kerugian penggunaan pembayaran non tunai. Untuk memudahkan dalam menganalisis data, maka peneliti menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 4.23

Jawaban Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Terhadap Risiko/Kerugian Penggunaan Instrumen Pembayaran Non Tunai

NO Pernyataan SS S RR TS STS Total

% % % % % %

1. Saya memahami penggunaan pembayaran non tunai dapat menambah beban biaya

0 17 52 29 2 100

2. Saya memahami fasilitas pembayaran non tunai yang disediakan oleh bank masih terbatas

7 58 28 6 1 100

3. Saya memahami penggunaan pembayaran non tunai lebih rumit dibandingkan dengan tunai/cash

3 18 43 32 4 100

4. Saya memahami bahwa penggunaan pembayaran non tunai rentan terhadap penipuan dan penyalahgunaan (tidak aman)

1 23 33 37 6 100

5. Saya memahami jika menggunakan pembayaran non tunai kegagalan transaksi / pembayaran sangat mungkin terjadi

1 29 41 23 6 100

6. Saya memahami akibat mudahnya melakukan transaksi non tunai, sehingga pengeluaran meningkat dan lebih boros

8 42 34 14 2 100

Sumber: Data primer diolah, 2015

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara masih ragu-ragu dalam memahami


(44)

risiko/kerugian penggunaan pembayaran non tunai. Rata-rata paling besar 39% responden menjawab ragu-ragu. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat dan kurangnya rasa keingin-tahuan masyarakat tentang pembayaran non tunai.


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari pembahasan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Sebagian besar responden (69%) sudah pernah mendengar atau mengetahui tentang penggunaan pembayaran non tunai, dan hanya sebagian kecil saja (31%) yang belum pernah mendengar atau mengetahuinya. Namun walaupun sebagian besar responden ini mengetahui tentang penggunaan pembayaran non tunai, pemahamannya mengenai berbagai instrumen pembayaran non tunai masih sebatas pada kartu ATM saja. Sedangkan pada instrumen lainnya seperti kartu kredit dan e-money/e-payment, pemahaman responden masih ragu-ragu. Hal ini disebabkan karena fasilitas untuk kartu tersebut masih kurang serta kurangnya keingintahuan masyarakat untuk mengenal instrumen tersebut.

b. Dalam hal pemahaman arti dan fungsi penggunaan pembayaran non tunai sebagian besar responden (45,4%) paham atau setuju, sedangkan pemahaman tentang manfaat penggunaan pembayaran non tunai sebagian besar responden (48,5%) paham atau setuju. Artinya sebagian besar masyarakat sebenarnya mengetahui tentang penggunaan pembayaran non tunai, namun masih kurang dalam hal pelaksanaan. Hal ini dibuktikan dari


(46)

pemahaman responden tentang cara menggunakan instrumen non tunai, sebagian besar (33%) sangat tidak paham.

c. Untuk memperluas penggunaan pembayaran non tunai, media yang paling baik digunakan adalah melalui teman/keluarga/saudara.

5.2. Saran

Saran yang dapat dijadikan sebagai masukan adalah sebagai berikut :

a. Potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai ternyata cukup besar pada masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara. Hal ini terlihat dari antusiasme masyarakat yang sudah memanfaatkan beberapa instrumen pembayaran non tunai (walaupun masih sebatas kartu ATM saja).

b. Untuk lebih mempercepat pengembangan dan meningkatkan pemahaman masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara dalam penggunaan pembayaran non tunai, sangat dibutuhkan sosialisasi secara luas dengan menggunakan saluran atau media yang efektif seperti melalui teman/keluarga/saudara. Peran anggota keluarga sangat dibutuhkan dalam penggunaan pembayaran non tunai ini, terutama bagi yang sudah berpengalaman menggunakannya. Menyampaikan informasi dan pengalaman yang baik dalam menggunakan instrumen pembayaran non tunai akan merubah pemikiran anggota keluarga lain bahwa sistem pembayaran non tunai sangat aman, murah, dan nyaman digunakan. Sehingga lewat informasi dan pengalaman yang baik dari


(47)

lingkungan masyarakat bahwa penggunaan pembayaran non tunai merupakan sistem pembayaran yang paling efektif digunakan.


(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemahaman

2.1.1.Definisi Pemahaman

Secara umum pemahaman adalah usaha konsumen untuk mengartikan atau menginterpretasikan stimulus. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat imbuhan me- i menjadi memahami, berarti: (1) mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak.

Pemahaman memiliki arti yang lebih tinggi dari pengetahuan. Nana Sudjana, 1992: 24) menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu: (1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang


(49)

pokok dengan yang tidak pokok dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ekstrapolasi.

Memiliki pemahaman tingkat ekstrapolasi berarti seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya. Sejalan dengan pendapat diatas, (Suke Silversius, 1991: 43-44) menyatakan bahwa

pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: (1) menerjemahkan (translation), pengertian menerjemahkan disini bukan saja pengalihan (translation), arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain, dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata-kata kedalam gambar grafik dapat dimasukkan kategori menerjemahkan, (2) menginterpretasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, (3) mengekstrapolasi (extrapolation), agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.

2.1.2.Indikator-indikator Pemahaman

Menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Olson dalam bukunya “Comsumer Behavior tahun 2000, indikator yang menunjukkan pemahaman seseorang

terhadap barang atau jasa adalah pengetahuan dalam ingatan, keterlibatan, dan lingkungan. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan Produk

Meliputi pengetahuan konsumen tentang ciri: berupa bentuk, ukuran, warna, dan ciri khas lainnya.


(50)

2. Pemahaman Arti dan Fungsi

Dalam hal keterlibatan konsumen memiliki pengaruh besar terhadap motivasi memahami informasi dan pengetahuan konsumen tentang arti, fungsi, manfaat, dimana, serta pada saat kapan suatu produk digunakan. 3. Pemahaman Cara Menggunakan

Dimana konsumen harus paham bagaimana prosedur penggunaan suatu produk.

4. Pemahaman tentang Resiko

Konsumen juga harus mengerti tentang resiko penggunaan suatu produk. Artinya konsumen harus mengetahui sistem keamanan produk, penggunaan yang salah akan dapat merugikan konsumen dan produsen.

2.1.3.Aspek-aspek yang Mempengaruhi Pemahaman Konsumen

Aspek-aspek yang dapat mempengaruhi pemahaman konsumen terhadap suatu produk atau jasa diperoleh dari hasil pembelajaran sebagai berikut:

a. Pembelajaran Kognitif (Cognitive learning)

Didefinisikan sebagai proses dimana orang membentuk asosiasi diantara konsep, belajar urutan konsep (seperti, menghapalkan daftar), menyelesaikan masalah, dan mendapatkan masukan. Pembelajaran seperti ini melibatkan hipotesis intuisi – proses pembangkitan dimana orang mengadaptasi kepercayaan mereka untuk membuat data baru menjadi masuk akal. Jadi, pembelajaran kognitif adalah sebuah proses aktif dimana orang berusaha untuk mengendalikan informasi yang mereka dapatkan.


(51)

b. Pembelajaran Melalui Pendidikan (Learning throught education)

Pembelajaran melalui pendidikan melibatkan perolehan informasi dari perusahaan melalui iklan, wiraniaga, dan usaha konsumen sendiri dalam mencari data.

c. Pembelajaran Melalui Pengalaman (Learning throught experience)

Adalah memperoleh pengetahuan melalui kontak nyata dengan produk. Pembelajaran melalui pengalaman umumnya merupakan sarana yang lebih efektif untuk mendapatkan pengetahuan bagi konsumen. Pembelajaran ini mempromosikan pencarian kembali dan pengingatan yang lebih baik karena konsumen terlibat dalam pengalaman pembelajaran, dan informasi yang diperoleh lebih jelas, konkret, dan penting.

2.1.4.Variasi Pemahaman

Menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Olson dalam bukunya “Consumer Behavior” tahun 2000, proses pemahaman konsumen dapat berbeda dalam empat hal yang penting: (1) pemahaman dapat terjadi secara otomatis atau terkontrol, (2) dapat menghasilkan sedikit atau banyak arti, dan (4) dapat menciptakan ingatan yang lebih lemah atau lebih kuat.

a. Pemrosesan Otomatis (Automatic Processing)

Proses pemahaman yang sederhana cenderung terjadi secara otomatis. Misalnya, sebagian besar konsumen di seluruh dunia yang melihat kaleng Coca-Cola atau sebuah restoran McDonald dengan segera akan berpikir tentang “Coke” atau “McDonald”. Kita dapat berpikir bahwa pengenalan langsung produk yang


(52)

telah akrab sebagai suatu proses pemahaman sederhana dalam hal eksposur pada rangsangan yang telah akrab secara otomatis mengaktifkan arti yang relevan dari ingatan. Mungkin namanya atau pengetahuan lain yang terkait. Oleh karena itu, orang tersebut “mengenali” rangsangan yang datang.

Sebaliknya, pemahaman rangsangan yang kurang dikenali biasanya membutuhkan pikiran yang lebih jernih dan adanya kontrol. Karena konsumen tidak memiliki struktur pengetahuan yang telah berkembang dengan baik untuk suatu objek atau kejadian yang kurang akrab, mereka harus lebih jernih dalam membangun arti informasi tersebut (atau dengan sadar mengabaikannya). Eksposur pada rangsangan yang benar-benar tidak dikenali cenderung mengaktifkan struktur pengetahuan yang paling maksimal, hanya relevan sebagian saja. Dalam kasus tersebut, pemahaman cenderung menjadi sangat disadari dan terkontrol serta membutuhkan kapasitas kognitif yang besar. Interpretasi cenderung sulit dan tidak pasti.

b. Tingkat (Level)

Arti khusus yang dibangun konsumen untuk mewakili produk dan informasi pemasaran lain dalam lingkungan tergantung pada tingkat pemahaman yang muncul selama interpretasi. Pemahaman dapat beragam di sepanjang garis kontinum dari dangkal hingga dalam. Pemahaman yang dangkal menghasilkan arti pada tingkat yang nyata dan berbentuk. Misalnya, seorang konsumen harus menerjemahkan suatu produk dalam konteks ciri-cirinya yang nyata (sepatu lari ini warnanya hitam, berukuran 10, dan terbuat dari kulit serta nilon).


(53)

Sebaliknya, pemahaman yang dalam menciptakan arti yang lebih abstrak yang mewakili konsep yang kurang nyata, lebih subjektif, dan lebih simbolis. Misalnya, pemahaman yang mendalam terhadap informasi produk dapat menciptakan arti tentang konsekuensi fungsional penggunaan produk tersebut (“Saya dapat lari lebih cepat dengan sepatu ini”) atau konsekuensi psikososial atau nilai (“Saya merasa percaya diri ketika mengenakan sepatu itu”). Dari sudut pandang arti-akhir, proses pemahaman yang lebih dalam menciptakan arti yang terkait pada produk yang lebih relevan secara pribadi, sementara proses pemahaman yang dangkal cenderung menciptakan arti tenteng ciri yang nyata. c. Perincian (Elaboration)

Proses pemahaman juga beragam dalam perinciannya. Tingkat perincian selama proses pemahaman menentukan jumlah pengetahuan atau arti yang dihasilkan, disamping tingkat kerumitan hubungan antar-arti tersebut. Pemahaman dengan sedikit rincian (sederhana) menghasilkan arti yang relatif sedikit dan hanya membutuhkan sedikit upaya kognitif, kontrol, dan kapasitas kognitif. Pemahaman terinci membutuhkan kapasitas kognitif lebih besar, upaya, dan kontrol pada proses berpikir. Pemahaman yang terinci menghasilkan jumlah arti yang lebih banyak dan cenderung diorganisasi sebagai struktur pengetahuan yang lebih rumit (skema atau tulisan).

d. Keteringatan (Memorability)

Tingkat dan perincian proses pemahaman mempengaruhi kemampuan konsumen untuk mengingat arti yang diciptakan pada saat pemahaman terjadi. Proses pemahaman yang lebih dalam menciptakan lebih banyak abstraksi, lebih


(54)

banyak arti berelevansi pribadi yang cenderung diingat dengan lebih baik (tingkat ingatan dan pengenalan yang lebih tinggi) ketimbang arti lebi nyata yang dihasilkan oleh proses pemahaman yang dangkal. Proses pemahaman terinci menciptakan jumlah arti yang lebih besar dan cenderung disalinghubungkan dalam struktur pengetahuan. Ingatan diperkuat karena pengaktifan suatu arti dapat menyebar pada arti yang berhubungan dan membawanya pada suatu kesadaran. Dengan demikian, strategi pemasaran yang mendorong konsumen untuk melakukan proses pemahaman yang lebih dalam serta lebih rinci cenderung menciptakan arti dan pengetahuan yang diingat secara lebih baik oleh konsumen.

PEMROSESAN OTOMATIS

TINGKAT

PERINCIAN

KETERINGATAN

Gambar 2.1 Variasi Pemahaman Sangat Otomatis Kurang

disadari

Lebih terkontrol Kesadaran yang tinggi

Dangkal: Fokus pada arti yang nyata

dan berbentuk

Dalam: Fokus pada arti yang lebih

abstrak

Kurang dirinci; arti lebih sedikit

Lebih rinci; arti lebih banyak

Sulit diingat; Daya ingat lemah

Mudah diingat Daya ingat kuat


(55)

2.1.5.Kesimpulan Pada Saat Pemahaman

Ketika konsumen terlibat dalam proses pemahaman yang dalam dan rinci, mereka menciptakan kesimpulan. Kesimpulan adalah pengetahuan atau kepercayaan yang tidak didasarkan pada informasi eksplisit di lingkungan. Kesimpulan adalah penerjemahan yang selalu melampaui informasi yang diberikan. Penyimpulan memiliki peran yang besar dalam penyusunan rantai arti-akhir. Dengan melakukan penyimpulan selama pemahaman, konsumen dapat menghubungkan arti ciri fisik suatu produk dengan arti yang lebih abstrak tentang konsekuensi fungsionalnya, dan bahkan mungkin konsekuensi psikososial serta nilai dari penggunaan produk.

Penyimpulan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang ada dalam ingatan konsumen saat ini. Jika diaktifkan selama pemahaman, pengetahuan yang relevan dapat menjadi dasar untuk membentuk kesimpulan. Konsumen sering menggunakan ciri produk yang nyata dan berbentuk sebagai arahan dalam membuat kesimpulan tentang ciri, konsekuensi, dan nilai yang lebih abstrak. Dalam situasi yang akrab, penyimpulan dapat dibuat secara otomatis tanpa membuat kesadaran penuh. Pemasar terkadang mencoba mendorong konsumen untuk segera membentuk kesimpulan pada saat proses pemahaman.


(56)

2.2. Sistem Pembayaran Non Tunai

Alat pembayaran non tunai dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yakni alat pembayaran untuk credit transfer dan alat pembayaran untuk debit transfer. Perbedaan antara credit transfer dan debit transfer terletak pada perintah pengiriman uang. Berdasarkan terminologi yang dibuat oleh Bank for International Settlement (BIS), credit transfer adalah perintah pembayaran untuk tujuan penempatan dana dari pengirim ke penerima melalui jalur transfer dana dari bank pengirim ke bank penerima dan dimungkinkan melalui bank lain sebagai perantara.

Sedangkan debit transfer adalah sistem transfer dana dimana perintah transfer dibuat atau diotorisasi oleh pihak yang memiliki dana dan akan melakukan pengiriman dana tersebut kepada pihak lain. Perintah transfer tersebut disampaikan kepada pihak yang akan menerima dana untuk kemudian dicairkan. Selanjutnya, bank tersebut mengkliringkan perintah transfer debit tersebut di lembaga kliring, untuk menagihkan dana ke bank pengirim. Alat pembayaran yang digunakan saat ini adalah cek, bilyet giro, dan nota debet.

Ragam dari kedua jenis transfer ini bermacam-macam. Ada yang berbasiskan kertas/paper based : dulu ada nota kredit, berbasis kartu/card based misalnya kartu ATM, kartu debet, kartu kredit, kartu prabayar (e-money) dan berbasis elektronik/electronic based.


(57)

Tabel 2.1 Contoh Perbandingan Alat Pembayaran

Credit transfer Debit transfer Paper based Card based Electronic based Paper based Dulu ada nota

kredit (sebelum diterapkan SKNBI)

-Kartu ATM -Kartu ATM dan

debet -Kartu kredit -Kartu prabayar

(e-money)

- Transfer kredit via RTGS dan SKNBI

- Server based e-money

-Cek -BG

-Nota debit lain

Sumber : Aulia Pohan, Sistem pembayaran: Strategi dan Implementasi Di Indonesia, 2011

Perkembangan sistem pembayaran non tunai diawali dengan instrumen pembayaran yang bersifat paper based seperti cek, bilyet giro, dan warkat lainnya. Sejak perbankan mendorong penggunaan sistem elektronik serta penggunaan alat pembayaran menggunakan kartu dengan segala bentuknya, berangsur-angsur pertumbuhan penggunaan alat pembayaran yang paper based semakin menurun. Apalagi sejak sistem elektronik, seperti transfer dan sistem kliring mulai banyak digunakan.

Selanjutnya berkembangnya instrumen pembayaran yang berbasis kartu sejalan dengan perkembangan teknologi. Saat ini, instrumen pembayaran berbasis kartu yang telah berkembang dengan berbagai variannya. Mulai dari kartu kredit, kartu ATM, kartu debit, dan berbagai jenis uang elektronik.

2.3. Jenis-jenis Alat Pembayaran Non Tunai

Alat pembayaran non tunai yang ada saat ini terdiri dari berbagai jenis, berikut uraian masing-masing :


(58)

a. Cek dan Bilyet Giro

Instrumen pembayaran non tunai dalam bentuk cek dan bilyet giro merupakan instrumen pembayaran yang sudah lama digunakan oleh masyarakat untuk bertransaksi. Walaupun dalam kurun waktu lima tahun ini telah muncul beragam instrumen pembayaran baru yang lebih praktis dan efisien, terlihat masih terdapat segmen tertentu dalam masyarakat yang masih memilih untuk menggunakan cek dan bilyet giro. Hal ini terlihat dari peningkatan penggunaan cek dan bilyet giro. Sebagai contoh, di Indonesia pada periode 2007-2008, penggunaan cek dan bilyet giro meningkat 6,1 %. Jumlahnya naik dari 39 juta transaksi menjadi 42 juta transaksi. Dari sisi nilai, juga melonjak 23,9 %, dari Rp. 900 triliun menjadi Rp. 1.200 triliun.

Dari jumlah tersebut, porsi cek sebesar 12,4 % dan sisanya adalah bilyet giro. Adapun dilihat dari pertumbuhannya, dibanding tahun sebelumnya pertumbuhan cek lebih tinggi dibanding bilyet giro. Volume cek yang dikliringkan mencapai 3,6 juta transaksi dengan nilai Rp. 153,7 triliun, atau meningkat 8,8 % (volume), dan 25,1 % (nilai). Sementara itu disisi bilyet giro, volume yang dikliringkan mencapai 38,2 juta transaksi dengan nilai sebesar Rp. 1.077,9 triliun, atau mengalami peningkatan 5,9 % disisi volume dan 23,9 % disisi nominal.

b. Kartu Kredit

Kartu kredit merupakan salah satu transaksi non tunai yang dananya berasal dari kredit perbankan. Jenis alat transaksi ini berkembang cukup pesat. Di Indonesia kartu kredit mulai berkembang sejak dekade 90-an. Kartu kredit


(59)

umumnya dimiliki oleh kalangan menengah ke atas. Selain menawarkan keuntungan yang tinggi, segmen penggunanya merupakan kalangan atas dimana eksposur risiko gagal bayar dianggap relatif kecil. Hal ini semakin menarik minat banyak bank untuk masuk dalam industri kartu kredit tersebut.

Industri kartu kredit berkembang pesat seiring dengan banyaknya bank yang menjadi penerbit kartu kredit. Bank-bank yang semula tidak terjun ke kredit konsumsi retail mulai ikut merambah ke bisnis kartu kredit. Iming-iming potensi keuntungan yang besar walaupun sebenarnya hal tersebut untuk meng-cover risiko yang sangat tinggi, tidak menyurutkan minat bank untuk menjadi penerbit kartu kredit. Bahkan beberapa bank yang fokus bisnisnya sebagai corporate banking atau UMKM mulai mencari celah di pangsa kredit retail khususnya kredit konsumsi ini.

Dorongan bank untuk memasuki industri kartu kredit juga disebabkan oleh pangsa pasar di Indonesia yang masih terbuka untuk pengembangan kartu kredit. Salah satu faktor untuk melihat potensi pasar tersebut adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia produktif dengan jumlah pemegang kartu kredit. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa dari 230 juta penduduk Indonesia terdapat 127 juta penduduk yang tergolong dalam usia produktif (usia 20-50 tahun). Sementara itu, jumlah kartu kredit per Desember 2008 mencapai 11,5 juta kartu. Asumsi, 1 orang memiliki 2 kartu kredit, maka saat ini jumlah pemegang kartu kredit di Indonesia dibandingkan dengan potensi pasar yang ada (jumlah penduduk usia produktif) baru mencapai 4,5 %. Berdasarkan kondisi tersebut, pasar di Indonesia tentunya masih menarik untuk bisnis kartu kredit.


(60)

Potensi pengembangan bisnis kartu kredit juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti gaya hidup dan tuntutan kemudahan serta kenyamanan dalam bertransaksi.

Image memiliki status yang tinggi bagi pemegang kartu kredit turut mendorong

masyarakat untuk memiliki uang plastik ini. Fenomena gaya hidup uang plastik ini dengan cepat menjadi trigger bagi berbagai lapisan masyarakat untuk memiliki kartu kredit. Selain itu, upaya marketing yang gencar dan iming-iming hadiah atau promosi apabila seseorang memiliki kartu kredit baru juga sangat berperan dalam mendorong diterimanya kartu kredit sebagai alternatif instrumen pembayaran oleh masyarakat. Saat ini bila kita ke pusat perbelanjaan banyak sekali dijumpai tenaga pemasaran penerbit kartu kredit yang gigih menawarkan produknya.

Pesatnya pertumbuhan kartu kredit tercermin pada trend peningkatan jumlah kartu beredar tiap tahunnya. Pada tahun 2003 jumlah kartu baru sekitar 4,5 juta kartu, saat ini telah mencapai 11,5 juta kartu, atau rata-rata pertumbuhan per tahun waktu 5 tahun tersebut turut pula mendorong peningkatan penggunaannya. Disisi volume pertumbuhan per tahun mencapai 20,7 %, sementaraitu disisi nilai mencapai 30,5 %.

c. Account Based Card (Kartu ATM dan Debet)

Account based card adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang

dananya berasal dari rekening (account) nasabah. Jenis kartu yang masuk dalam kategori ini adalah kartu ATM, kartu debet atau perpaduan ATM dan debet. Pada awalnya perkembangannya, jenis account based card, yang banyak dipakai adalah murni kartu ATM. Ini karena tujuan awal teknologi ATM hanya sebagai pengganti fungsi teller untuk meningkatkan efisiensi overhead cost, seperti


(61)

penyediaan kantor cabang baru dan penambahan penggunaan sumber daya manusia. Fitur yang ada pada waktu itu pun baru sekadar untuk tarik tunai, cek saldo, dan transfer antar rekening pada bank yang sama.

Dalam perkembangannya, infrastruktur jaringan ATM makin diperluas penggunaannya. Bank yang memiliki basis teknologi relatif maju mulai menjajagi pengembangan kartu debet sekaligus membuat perusahaan yang menangani infrastruktur switching transfer dana antar bank. Mulailah muncul bank yang menawarkan metode pembayaran di merchant dengan menggunakan kartu ATM yang notabene telah ditambahkan fungsi sebagai kartu debet. Pada awalnya perkembangan kartu debet tidak sepesat kartu ATM, karena waktu itu merchant yang bisa menerima pembayaran dengan kartu debet masih terbatas. Selain itum penggunaan kartu debet memerlukan investasi tambahan berupa penyediaan mesin pembaca atau Electronic Data Capture (EDC) di setiap merchant, yang pada saat itu nilainya cukup mahal. Awareness masyarakat akan kemudahan yang ditawarkan dan kepercayaan masyarakat terhadap uang plastik ini pun masih kurang sehingga pada waktu itu masyarakat masih lebih memilih menggunakan uang tunai sebagai alat bayar.

Penggunaan kartu debet mulai masif digunakan semenjak munculnya beberapa perusahaan penyedia jasa switching. Bank yang hanya memiliki sedikit mesin ATM dapat bersinergi untuk sharing penggunaan infrasrukturnya bersama-sama dan diintegrasikan ke jariangan antar bank yang disediakan oleh perusahaan

switching tadi. Keuntungan dari sinergi tersebut adalah efisiensi biaya investasi


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan ... 5

1.3.2 Manfaat ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemahaman ... 7

2.1.1 Definisi Pemahaman ... 7

2.1.2 Indikator-indikator Pemahaman ... 8

2.1.3 Aspek-aspek yang mempengaruhi Pemahaman Konsumen... .. 9

2.1.4 Variasi Pemahaman ... 10

2.1.5 Kesimpulan Pada Saat Pemahaman ... 14

2.2. Sistem Pembayaran Non Tunai... 15

2.3. Jenis-jenis Alat Pembayaran Non Tunai ... 16

a. Cek dan Bilyet Giro ... 17


(2)

c. Account Based Card (Kartu ATM dan Debet) ... 19

d. Uang Elektronik ... 23

e. Interbank Transfer ... 25

f. Sistem Host to Host ... 26

g. Delivery Channel ... 27

2.4 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai ... 29

2.5 Penelitian Terdahulu ... 30

2.6 Kerangka Konseptual ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 34

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

3.3. Definisi operasional ... 34

3.4. Populasi dan Sampel ... 35

3.5. Teknik Pengambilan Sampel……… .. 37

3.6. Jenis dan Sumber Data……….... 37

3.7. Metode Pengumpulan Data……… . 38

3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39

a. Uji Validitas (Test of Validity) ... 39

b. Uji Reliabilitas (Test of Reliability) ... 40

3.9. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Karakteristik Responden ... 42

4.1.1 Jenis Kelamin ... 42

4.1.2 Umur ... 42

4.1.3 Pendidikan Terakhir ... 44

4.1.4 Pekerjaan ... 45

4.1.5 Pendapatan Per Bulan ... 47


(3)

4.1.6 Responden Berdasarkan Nasabah Bank ... 49

4.1.7 Jumlah Rekening yang Dimiliki Responden ... 49

4.1.8 Lama Menjadi Nasabah ... 51

4.1.9 Pengetahuan Tentang Pembayaran Non Tunai ... 52

4.2. Pembahasan………. ... 54

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas……….... 54

4.3. Analisis Deskriptif……….... .. 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(4)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Contoh Perbandingan Alat Pembayaran………... 16

Tabel 3.1 Definisi Operasional……… ... 34

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………. ... 42

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur……… ... .43

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir………... ... 44

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……... ... 45

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Per Bulan……… ... 47

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Responden Berdasarkan Nasabah Bank………. ... 49

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Rekening Yang Dimiliki……….... ... .50

Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Menjadi Nasabah………... ... 51

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Pernyataan (a)……… ... 55

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan (a)……… 56

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Pernyataan (b)………... .. 56

Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan (b)……… 57

Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Pernyataan (c)………... ... 58

Tabe 4.14 Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan (c)……… 58

Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas Pernyataan (d)………... .. 59

Tabe 4.16 Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan (d)……… 59

Tabel 4.17 Hasil Uji Validitas Pernyataan (e)………... ... 60


(5)

Tabe 4.18 Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan (e)……… 61 Tabel 4.19 Jawaban Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Pemahaman

Instrumen pembayaran Non Tunai……… ... 62 Tabel 4.20 Jawaban Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Pemahaman

Arti dan Fungsi Pembayaran Non

Tunai………... 64 Tabel 4.21 Jawaban Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Pemahaman

Manfaat Pembayaran Non Tunai ………. 66 Tabel 4.22 Jawaban Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Tentang Cara

Penggunaan Instrumen Pembayaran Non Tunai

………... ... 68

Tabel 4.23 Jawaban Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Terhadap Risiko/Kerugian Penggunaan Instrumen Non Tunai


(6)

DAFTAR GAMBAR

No Tabel Judul Halaman

Gambar 2.1 Variasi Pemahaman…………. ... 13 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... ………32 Gambar 4.1 Grafik Persentase Responden Berdasarkan Umur……….. 43 Gambar 4.2. Grafik Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan……….. . 46 Gambar 4.3 Grafik Persentase Responden Berdasarkan Pendapatan Per

Bulan……….. ... 48 Gambar 4.4 Grafik Persentase Responden Berdasarkan Banyaknya

Rekening……….. ... 50 Gambar 4.5 Grafik Persentase Responden Berdasarkan Lama Menjadi

Nasabah……….. ... 52 Gambar 4.6 Diagram Persentase Responden Berdasarkan Pengetahuannya

Tentang Pembayaran Non Tunai……….. ... 52 Gambar 4.7 Grafik Persentase Responden Berdasarkan Asal Informasi

mengetahui Pembayaran Non Tunai……….. ... 53 Gambar 4.8 Grafik Persentase Responden yang merasakan Manfaat Pembayaran

Non Tunai……….. ... 53