17
berpacaran dengan melakukan petting. Dengan penelitian yang sama terungkap bahwa remaja perempuan mengalami tekanan budaya terbesar sebagai akibat dari
perilaku seksnya. Perempuan mengambil tanggung jawab terbesar dalam kehamilan, kontrasepsi, palayanan, dll CH.Wahyuhrini,2000.
Hasil penelitian PKBI Yogyakarta memperlihatkan perilaku seksual remaja,mencakup kegiatan mulai dari berpegangan tangan, berpelukan,
berciuman, mecking, petting, sampai dengan hubungan seksual dengan banyak orang.
Penelitian sahabat remaja tentang perilaku seksual di empat kota menunjukan 3,6 remaja di kota Surabaya, serta 31,7 remaja di kota Kupang
telah terlibat hubungan seks secara aktif. Penelitian yang pernah dilakukan pusat penelitian kependudukan UGM menemukan 33,5 responden laki-laki, di kota
Bali pernah berhubungan seks, sedangkan di desa Bali sebanyak 23,6 laki-laki. Di Yogyakarta kota sebanyak 15,5 sedangkan di desa 0,5 Pusat Study
Seksulitas, PKBI, 2004
2.5.1. Bentuk – bentuk dari perilaku seks bebas
Menurut Sofyan berbagai bentuk perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk di lakukan karena dianggap tidak wajar, antara lain dikenal sebagai:
a. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi
terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang sering kali menimbulkan gejolak pribadi dan
emosi.
Universitas Sumatera Utara
18
b. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan,
pegangan tangan, sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan
dorongan seksual. c.
Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam
mengendalikannya atau kegagalan untuk menghentikan dorongan tersebut, kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.
2.5.2 Pendidikan seks bagi remaja
Dengan melihat begitu besar perhatian seseorang terhadap kebutuhan seksual, berarti masyarakat sudah mulai sadar arti pentingnya mendapatkan
pengetahuan seks secara jelas dan terbuka. Jadi, sebetulnya pendidikan seks ini tidak terbatas jangkauannya, dari usia anak-anak, remaja, sampai orang tua.
Anggapan sebagian orangtua bahwa membicarakan masalah seks adalah sesuatu yang tabu sebaiknya dihilangkan. Anggapan seperti inilah yang menghambat
penyampaian pengetahuan seks yang seharusnya sudah dapat dimulai dari segala usia. Di samping “tabu” kemungkinan besar orangtua merasa khawatir jika
mengetahui lebih banyak masalah seksualitas, anak akan semakin meningkatkan rasa penasaran dan keberaniannya untuk memperaktekkan seks tersebut. Jika para
orangtua dapat secara aktif dan bijaksana menyikapi permasalahan yang dialami oleh anak-anak dan lingkungan sekitarnya terhadap masalah seks ini, arti seks itu
sendiri akan berubah menjadi sangat indah dan berarti bagi kelangsungan hidup manusia.
Universitas Sumatera Utara
19
Pada usia remaja, seorang anak belum dapat bertanggungjawab sepenuhnya. Ketidak jelasan pendidikan seks dari orangtua akan menimbulkan
berbagai masalah yang mengacu pada gangguan seksual ketika memasuki kehidupan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya. Memberikan
pendidikan seks pada remaja, maksudnya membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam
kehidupan manusia. Selain itu, harus memasukkan ajaran agama dan norma- norma yang berlaku. Lebih baik pendidikan seks itu diketahui dari orangtua, dari
pada anak mendapatkannya dari pendapat atau khayalan sendiri, teman, buku- buku, ataupun film-film porno yang kini dijual bebas. Dari khayalan itu mereka
dapat saja menyalah gunakan arti dan fungsi organ seksualnya, sehingga akan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kehamilan diluar nikah, aborsi, berbagai
penyakit kelamin, atau kelainan seksual Dianawati, 2006 Pada saat sekarang ini peneliti sendiri menggamati ada beberapa faktor
yang mendukung terjadinya seks bebas tersebut. Bebasnya penjualan VCD porno tanpa membatasi usia yang membelinya, di tambah lagi bebasnya menggunakan
internet dan dari internet setiap orang bisa memperoleh informasi apa saja yang di butuhkannya. Informasi sangat berpengaruh dalam mengetahui bagaimana
perilaku remaja terhadap seks bebas, dan berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.Bagaimana sikap remaja dalam memberi tanggapan tentang seks bebas
apakah setuju atau tidak setuju dengan seks bebas. Pendidikan seks yang hanya berupa larangan atau berupa kata-kata “tidak
boleh” tanpa adanya penjelasan lebih lanjut adalah sangat tidak efektif, karena
Universitas Sumatera Utara
20
pendidikan seperti ini tidak cukup untuk mempersiapkan remaja dalam menghadapi kehidupannya yang semakin sulit. Dengan komunikasi yang terbuka
antara orang tua dan anak, beban masalah yang dirasakan si anak semakin berkurang. Dengan demikian, para remaja akan lebih menghargai dan mengetahui
hubungan seksual yang sebenarnya bersama seseorang yang di cintainya bila tiba saatnya nanti Dianawati ,2006 .
2.5.4 Dampak buruk perilaku pre marital seksual . 1.