Komunikasi Antar Pribadi Ibu Dan Remaja Putri Terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ibu dan Remaja Putri terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri di SMU Sultan Iskandar Muda

(1)

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI IBU DAN REMAJA

PUTRI TERHADAP PENGETAHUAN PENDIDIKAN SEKS

REMAJA PUTRI

(Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ibu dan Remaja Putri terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri di SMU Sultan

Iskandar Muda Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departermen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh :

FITRI NOVALINA SITORUS

080922038

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTERMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Fitri Novalina Sitorus NIM : 080922038

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Komunikasi Antar Pribadi Ibu Dan Remaja Putri Terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri

(Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ibu dan Remaja Putri terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri di SMU Sultan Iskandar Muda Medan)

Medan, Juni 2010

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. HR.Danan Djaja, MA

NIP. 195211091983031001 NIP. 95102191987011001 Drs. Amir Purba, MA

Dekan

NIP. 196207031987111001 Prof. Dr. M. Arif Nasution


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTERMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di depan Panitia Penguji Departemen Ilmu Komunikasi oleh:

Nama : Fitri Novalina Sitorus NIM : 080922038

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Komunikasi Antar Pribadi Ibu Dan Remaja Putri Terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri

(Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ibu dan Remaja Putri terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri di SMU Sultan Iskandar Muda Medan) Hari/Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Panitia Penguji Ketua Penguji :

Penguji :


(4)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Antar Pribadi Ibu dDan Remaja Putri terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri (Studi Korelasional

Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ibu dan Remaja Putri terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri di SMU Sultan Iskandar Muda Medan). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi antar pribadi antara ibu dan remaja putri terhadap pendidikan seks remaja putrinya di SMU Sultan Iskandar Muda Medan.

Teori yang digunakan adalah teori komunikasi, komunikasi antar pribadi, teori S-O-R, remaja dan pendidikan seks. Penelitian ini merupakan studi

korelasional sebuah studi yang bertujuan untuk melihat sejauhmana variasi-variasi antara variabel komunikasi antar pribadi dan remaja putri dengan variabel

pengetahuan pendidikan seks remaja putri yang berdasarkan pada koefisien korelasi.

Populasi pada penelitian ini adalah pelajar remaja putri SMU Sultan Iskandar Muda Medan yang duduk dikelas X dan XI dengan jumlah 150 orang dan sampel sebanyak 30 orang, pengambilan sample dengan teknik Purposive Sampling.

Dari uji hipotesa dengan menggunakan korelasi Spearman’s melalui program SPSS 15.0 diperoleh hasil rs = 0,875 dengan tingkat signifikan 0,01.

Sesuai dengan kaidah spearman yaitu rs > 0, maka hipotesis pada penelitian ini

adalah Ha adalah diterima yaitu terdapat hubungan antara komunikasi antar

pribadi ibu dan remaja putri terhadap pengetahuan pendidikan seks remaja putri di SMU Sultan Iskandar Muda Medan. Berdasarkan koefisien korelasi skala

Guilford, hasil 0,875 berada pada skala 0,70 – 0,90 yang menunjukkan adanya hubungan yang tinggi dan kuat antara komunikasi antar pribadi ibu dan remaja putri dengan pengetahuan pendidikan seks remaja putri di SMU Sultan Iskandar Muda Medan, dan Besarnya pengaruh komunikasi antar pribadi ibu dan remaja putri dengan pengetahuan pendidikan seks remaja putri di SMU Sultan Iskandar Muda Medan adalah sebesar 77%.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, segala puji dan ucapan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas rahmat dan karunia-Nya yang dianugerahkan kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini sesuai rencana awal.

Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan kasih sayang yang tidak terhingga kepada Ayahanda tercinta Victor Sitorus dan juga kepada ibunda tercinta S.M Tanjung yang telah membesarkan, menyayangi, dan mendidik penulis, dan berkat doa dan semangat kedua orang tua, saya dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kakak, abang dan adik-adikku yang memberikan support atas penyelesaian skripsi ini. Terima kasih ya Tuhan Yesus, mereka anugerah terindah yang penulis miliki atas berkat-Mu yang luar biasa pada ku. Saya bersyukur untuk semuanya yang telah Engkau berikan kepadaku sepanjang hidup ku ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan Strata -1 pada Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU, Medan. Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, nasehat, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih atas apa yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi ini, mulai dari persiapan awal hingga akhir, ditujukan kepada:

1. Bapak Prof. Arif Nasution, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.


(6)

2. Bapak Drs. Humaizi, MA, Pembantu Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

3. Bapak Drs. Amir Purba, MA, Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

4. Bapak Drs. H.R. Danan Djaja, Msi, sebagai dosen pengajar dan dosen pembimbing penulis, yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dengan segenap perhatian untuk maksimalnya hasil yang dicapai melalui penelitian ini. Semua itu memberikan saya bersemangat dalam menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga terucap dari rasa ikhlas agar kiranya semua yang selama ini diberikan kepada penulis dalam proses pembimbingan bernilai ibadah, dan dibalas dengan keberkahan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Amin.

5. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU, serta seluruh civitas akademika yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam kesempatan ini, terima kasih atas bantuannya.

6. Pimpinan, staf, dan seluruh pegawai Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, yang telah membantu penelitian ini, mulai dari pemberian izin penelitian, dan penyediaan berbagai data penelitian yang dibutuhkan. Terima kasih atas semua bantuannya.

7. Kepada adik-adikku Riana, Desy-echi, Hotlas, Lely kukurda, Miranda, Ellen, sahabatku David, Daniel. Dan buat teman-temanku terkasih Ida Rosliani, Lely opung, Melva, Riyanthi, Jan, Jialick, Ory-oy, Rudi, Toha,


(7)

dan teman seperjuangan Andini Nur Bahri, serta rekan-rekan ekstensi komunikasi thanks buat dukungannya, kebersamaannya untuk berbagi semua keluh kesah, thx buat keceriaannya mengisi hari-hariku. Aku bersyukur untuk semua keadaan ini.

8. Dan buat rekan-rekan kerjaku yang memberikan semangat, sninaku Sejahtera, Erwin, B’Anto, Kak Ros, Kak Sasni, Epi 1 dan Epi 2, Hendrik, Hotman, Kak Mawar, Charli, Kak Ati, thx ya semuanya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, yang merupakan keterbatas penulis. Kritik dan saran diperlukan untuk perbaikan skripsi ini, baik dari segi redaksi, dan penyusunannya. Akhir kata penulis berharap agar penelitian ini bermanfaat seperti tujuan yang ada dalam penelitian ini.

Medan. Juni 2010

080922038 Fitri Novalina Sitorus


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah I.2. Perumusan Masalah I.3. Pembatasan Masalah

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.5.1. Tujuan Penelitian

I.5.2. Manfaat Penelitian I.5. Kerangka Teori

I.6. Kerangka Konsep I.7. Model Teoritisi I.8. Operasional Variabel I.9. Hipotesa

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

II.2. Komunikasi Antar Pribadi

II.2.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi II.2.2. Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi II.2.3. Faktor-faktor Komunikasi Antar Pribadi II.3. Teori S – O – R (Stimulus-Organisme-Respon) II.4. Remaja

II.4.1 Pengertian Remaja II.4.2 Karakteristik Remaja II.4.3 Perkembangan Remaja II.4.4 Tugas Perkembangan Remaja II.5. Pendidikan Seks

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metodoe Penelitian III.2 Lokasi Penelitian


(9)

III.3 Sejarah Singkat Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan

III.4 Subjek Penelitian

III.5. Teknik Pengumpulan Data III.6. Teknik Analisa Data

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data dan Teknik Pengolahan Data

IV.1.1. Tahap Pengumpulan Data IV.1.2. Teknik Pengolahan Data IV.1.3. Penyajian Data

IV.2. Analisis Deskriftif

IV.2.1. Karakteristik Responden

IV.2.2. Komunikasi Antar Pribadi Ibu dan Remaja Putri IV.2.3. Pengatahuan Pendidikan Seks Remaja Putri IV.3. Uji Hipotesa

III.4. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan V.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Operasional variabel Tabel 2 : Usia

Tabel 3 : Agama responden Tabel 4 : Suku responden

Tabel 5 : Pendidikan ibu terakhir Tabel 6 : Pekerjaan ibu

Tabel 7 : Status anak dalam keluarga Tabel 8 : Keterbukaan anak pada ibu

Tabel 9 : Dukungan ibu terhadap pendapat anak

Tabel 10 : Sikap remaja putri terhadap pentingnya pendidikan seksualitas

Tabel 11 : Sikap ibu terhadap remaja putri Tabel 12 : Frekuensi komunikasi antar pribadi

Tabel 13 : Hubungan komunikasi remaja putri dengan ibu

Tabel 14 : Informasi seputar pendidikan seks yang diberikan oleh ibu Tabel 15 : Keterbukaan ibu dan remaja putri terhadap seksualitas Tabel 16 : Remaja putri mengetahui pendidikan seks

Tabel 17 : Pengetahuan remaja putri terhadap perubahan organ seks Tabel 18 : Remaja putri mengetahui perbedaan fumgsi organ seks Tabel 19 : Pengetahuan remaja putri tentang perilaku seks yang tidak sehat

Tabel 20 : Remaja putri mendapatkan informasi pendidikan seks Tabel 21 : Pemahaman remaja putri terhadap pendidikan seks Tabel 22 : Sikap remaja putri terhadap pendidikan seks

Tabel 23 : Tanggungjawab remaja putri terhadap aktivitas kehidupan seknya

Tabel 24 : Hasil uji korelasi Spearman dengan menggu nakan piranti lunak SPSS 15.0


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Model teori S-O-R ... Gambar 2 : Model teoritis ...


(12)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Antar Pribadi Ibu dDan Remaja Putri terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri (Studi Korelasional

Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ibu dan Remaja Putri terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri di SMU Sultan Iskandar Muda Medan). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi antar pribadi antara ibu dan remaja putri terhadap pendidikan seks remaja putrinya di SMU Sultan Iskandar Muda Medan.

Teori yang digunakan adalah teori komunikasi, komunikasi antar pribadi, teori S-O-R, remaja dan pendidikan seks. Penelitian ini merupakan studi

korelasional sebuah studi yang bertujuan untuk melihat sejauhmana variasi-variasi antara variabel komunikasi antar pribadi dan remaja putri dengan variabel

pengetahuan pendidikan seks remaja putri yang berdasarkan pada koefisien korelasi.

Populasi pada penelitian ini adalah pelajar remaja putri SMU Sultan Iskandar Muda Medan yang duduk dikelas X dan XI dengan jumlah 150 orang dan sampel sebanyak 30 orang, pengambilan sample dengan teknik Purposive Sampling.

Dari uji hipotesa dengan menggunakan korelasi Spearman’s melalui program SPSS 15.0 diperoleh hasil rs = 0,875 dengan tingkat signifikan 0,01.

Sesuai dengan kaidah spearman yaitu rs > 0, maka hipotesis pada penelitian ini

adalah Ha adalah diterima yaitu terdapat hubungan antara komunikasi antar

pribadi ibu dan remaja putri terhadap pengetahuan pendidikan seks remaja putri di SMU Sultan Iskandar Muda Medan. Berdasarkan koefisien korelasi skala

Guilford, hasil 0,875 berada pada skala 0,70 – 0,90 yang menunjukkan adanya hubungan yang tinggi dan kuat antara komunikasi antar pribadi ibu dan remaja putri dengan pengetahuan pendidikan seks remaja putri di SMU Sultan Iskandar Muda Medan, dan Besarnya pengaruh komunikasi antar pribadi ibu dan remaja putri dengan pengetahuan pendidikan seks remaja putri di SMU Sultan Iskandar Muda Medan adalah sebesar 77%.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

I.10. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, dan di tempat kerja. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi diantara mereka satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang memilili suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial.

Masa remaja adalah suatu tahap dalam perkembangan di mana seseorang mengalami perubahan-perubahan yang dramatis dari aseksual menjadi seksual. Perubahan-perubahan tersebut terutama ditandai oleh perkembangan karakteristik seks primer dan seks sekunder. Perkembangan karakteristik seksual kemudian menyebabkan perkembangan perilaku seks seperti tertarik pada lawan jenis dan keinginan untuk melakukan hubungan seks. Perilaku seks pada remaja dapat mengarah pada problem yang serius jika perilaku tersebut diekspresikan secara tidak sehat atau tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Pergaulan bebas yang akhir-akhir ini marak dikalangan pelajar, membuat dunia pendidikan semakin tercoreng, hal ini ditunjukan dari beberapa kasus yang ada yaitu hamil di luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2 %, karena sama-sama mau sebanyak


(14)

12,9 % dan tidak terduga sebanyak 45 %. Seks bebas sendiri mencapai 22,6 % (sumber: BKKBN).

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi memiliki dampak positif, sedangkan disisi yang lain dampak buruk mengancam. Kemajuan IT akan membuat perubahan tingkah laku manusia dan membentuk budaya global. Media teknologi yang ngetrend saat ini sebagai penyebar informasi yang cepat adalah seperti televisi, handphone, internet dll.

Budaya global tersebut secara positif memiliki muatan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial dan kebudayaan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi yang mempertontonkan dan memperdengarkan perilaku seksual melalui media majalah, surat kabar, tabloid, buku-buku, televisi, radio, internet, film-film, dan video. Teknologi informasi tersebut memungkinkan setiap orang dapat berkomunikasi secara interaktif mengenai hal-hal yang berorientasi seksual secara online melalui internet.

Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian keturunannya.

Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri. Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak


(15)

memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut.

Dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet.

Memasuki Milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah. Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas.


(16)

Pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri. Diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan. Pendidikan seks ini sebaiknya diberikan dalam suasana akrab dan terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai (secara teoritis dan objektif) menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Informasi seks yang tidak sehat pada usia remaja mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks.

Dibutuhkannya peran orangtua untuk memberikan pemahaman mengenai seksualitas. Komunikasi penting artinya bagi manusia, sebab tanpa komunikasi tidak akan terjadi saling tukar pengetahuan dan pengalaman. Komunikasi ibu dan remaja putri diharapkan dapat membantu remaja putri untuk lebih mengerti dan memahami apa sebenarnya seksualitas itu. Disinilah komunikasi antar pribadi antara ibu dan anak sangat dibutuhkan. Pada hakekatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan sorang komunikan. Komunikasi ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan (Liliweri, 1991: 12). Komunikasi antar pribadi yang dimaskud adalah komunikasi yang berlangsung secara tatap muka dimana ada proses saling percaya satu sama lain yang dikenal dengan komunikasi diadik.


(17)

Dengan adanya komunikasi antar pribadi ibu dan anak, maka kemungkinan anak dalam hal ini remaja putri dapat lebih lagi terbuka kepada ibunya untuk berbicara mengenai seksualitas begitu juga ibu lebih terbuka untuk memberikan pemahaman mengenai seksualitas kepada putrinya.

Berdasarakan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti sejauh manakah komunikasih antar pribadi yang terjadi antara ibu dan pelajar remaja putri terhadap pengetahuan pendidikan seks pelajar remaja putri di SMU Sultan Iskandar Muda Medan.

I.11. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : ”Sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi ibu terhadap pendidikan seks pelajar remaja putri Sekolah Menengah Umum Sultan Iskandar Muda Medan?”

I.12. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas maka diperlukan pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yang mencari hubungan dan menguji hipotesis.

2. Objek penelitian adalah pelajar remaja putri kelas X dan kelas XI di Sekolah Menengah Umum Sultan Iskandar Muda Medan.

3. Komunikasi antar pribadi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komunikasi yang dilakukan dengan tatap muka antara pelajar remaja putri dan ibunya.


(18)

4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2010, dengan lama penelitian disesuaikan dengan tingkat kebutuhan .

I.13. Tujuan dan manfaat Penelitian

I.5.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh pelajar remaja putri dan ibunya.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan pendidikan seks sebagai hasil dari komunikasi antar pribadi yang dilakukan ibu terhadap pelajar remaja putri.

3. Untuk memberikan jawaban terhadap hipotesa yang diajukan sekaligus hasil peneitian yang dimaksud.

I.5.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah antara lain sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu komunikasi khususnya mengenai komunikasi antar pribadi.

2. Menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi mahasiswa komunikasi FISIP USU serta menambah cakrawala pengetahuan dan wawasan peneliti tentang komunikasi antarpribadi ibu terhadap pendidikan seks pada pelajar remaja putri.i

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.


(19)

4. Secara praktis data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi masukan yang berarti bagi para orangtua khususnya para ibu maupun remaja mengenai pendidikan seks.

I.14. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yan memuat pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disorot1

Menurut Wilbur Schramn, teori merupakan sutau perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstarksi dengan kadar tinggi, dan daripadanya proposisi bisa dihasilkan dan diuji secara ilmiah dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku

.

2

I.5.1. Komunikasi

. Dengan adanya kerangka teori, penulis akan memiliki landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitiannya.

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi, Komunikasi Antar Pribadi, Model Teori S-O-R, Remaja, dam Pendidikan Seks.

Komunikasi adalah hal yang wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah berlangsung semenjak manusia lahir. Dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya bernafas, namun ketika harus membuat tulisan, mengemukakan pikiran, dan menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan harapan kita barulah disadari bahwa komunikasi adalah sesuatu yang sulit dan berbelit-belit.


(20)

Dalam mendefenisikan atau menafsirkan komunikasi juga terjadi kesulitan. Kesulitan ini muncul karena konsep komunikasi itu sendiri adalah sesuatu yang abstrak dan mempunyai berbagai makna. Kesulitan lainnya adalah karena makna komunikasi yang digunakan sehari-hari berbeda dengan penggunaan komunikasi yang dimaksud oleh para ahli komunikasi untuk kepentingan keilmuwan.

Kata komunikasi sendiri berasal dari perkataan latin yakni communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Dengan demikian, komunikasi itu berlangsung atau tarjadi apabila pesan yang disampaikan oleh seseorang dapat dipahami atau tidak ada kesamaan pengertian.

Menurut Rogers bersama D.Lawrance Kincaid, 1981 (Dalam Cangara 2005 :19) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.

Pendapat lain dari David K. Berlo dari Mecihigan State University menyebut secara ringkas bahwa komunikasi sebagai instrumen dari interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dengan masyarakat (Byrner, 1965 dalam Cangara, 2005 : 3).

I.5.2. Komunikasi Antar Pribadi

Hubungan antar pribadi memainkan peran penting dalam bentuk kehidupan kita. Kita tergantung kepada orang lain dalam perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri kita dan membantu kita dalam mengenali harapan-harapan orang lain.


(21)

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hubungan antar pribadi membuat kehiduapan menjadi berarti.

Halloran, 1980 (dalam Liliweri, 1991 : 48) mengemukakan manusia berkomunikasi dengan orang lain karena dorongan oleh beberapa faktor yakni :

1. Perbedaan antar pribadi 2. Pemenuhan kekurangan

3. Perbedaaan motivasi antar manusia 4. Pemenuhan akan harga diri

5. Kebutuhan atas pengakuan orang lain

Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Liliweri, 1991 : 12). Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatp muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Menurut Devito, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang berlangsung.

Pendapat lain dikemukan oleh Roger dalam Depari, 1988 bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Juga Tan, 1981 mengemukakan bahwa interpersonal communication (komunikasi antar pribadi) adalah komunkasi tatap muka antar dua orang atau lebih (dalam Liliweri, 1991: 12).


(22)

Menurut Evert M. Rogers dalam Depari, 1988 (dalam Liliweri, 1991: 13) ada beberapa ciri-ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi yakni :

1. Arus pesan cenderung dua arah 2. Konteks komunikasinya dua arah 3. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi

4. Kemampuan tingkt selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi 5. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat 6. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap.

Menurut De Vito (dalam Liliweri, 1991: 13) komunkasi antar pribadi mempunyai lima ciri sebagai berikut :

1. Keterbukaan (Openes).

Kemauan menanggapi dengan denang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi.

2. Empati (emphaty).

Merasakan apa yang dirasakan orang lain. 3. Dukungan (supportiveness).

Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.

4. Rasa positif (positiveness).

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

5. Kesetaraan (equality).

Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

I.5.3. Model Teori S-O-R

Teori S-O-R beranggapan bahwa organisme menghasilkan prilaku tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Jadi efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus


(23)

terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Pada awalnya model ini dikenal sebagai model Stimulus-Organism-Respon dimana unsur-unsur dasar ini terdiri dari:

1. Pesan atau Stimulus 2. Komunikan

3. Efek atau Respon

Stimulus atau pesan adalah rangsangan atau dorongan berupa pesan, Organisme adalah manusia atau seorang penerima, Respon adalah reaksi, efek, pengaruh atau tanggapan.

Menurut Efendy, usur-usur teori S-O-R dapat digambaran sebagai berikut:

Gambar 1 Teori S-O-R

Gambar diatas menujukan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi dari apa yag didalamya. Hoveland, Jennis, dan Kelley (1998) menyatakan bahwa dalam menelaah sikap ada 3 variabel penting, yaitu: Perhatian, Pengertian, dan Penerimaan.

STIMULUS

Organisme:

• Perhatian

• Pengertian

• Penerimaan

Respon (Perubahan sikap)


(24)

I.5.4. Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja dalam masa peralihan ini, sama halnya seperti pada masa anak, mengalami perubahan-perubahan jasmani, kepribadian, intelek, dan peranana didalam maupun diluar lingkungan. Pernedaan proses perkembangan yang jelas pada masa remaja ini adalah perkembangan psikoseksualitas dan emosionalitas yang mempengaruhi tingkah laku para remaja, yang sebelumnya pada masa anak tidak nyata pengaruhnya.

Menurut Konopa (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi, remaja awal usia 12-15 tahun, remaja madya usia 15-18 tahun, remaja akhir usia 19-22 tahun. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung atau dependence terhadap orangtua ke arah kemandirian atau independence, minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estitika dan isu-isu moral3

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda

.

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja


(25)

dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.

2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.


(26)

5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

I.5.5. Pendidikan seks

Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Penyampaian materi pendidikan seksual seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak

Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.

Ada empat katagori nilai yang memiliki relevansi tertentu dengan perkembangan seksual dan pendidikan seks, yaitu4

1. Katagori yang pertama berhubungan dengan keluarga sebagai sumber utama identitas dan konsep diri anak-anak.

:


(27)

2. Katagori kedua berisi nilai-nilai yang berhubungan dengan hidup bersama dengan orang lain, nilai-nilai itu semacam loyalitas, kesetiaan, kebersanaan, rahabilitasi, komitmen, hokum dan kewajiban moral serta saling mendukung dan menjaga.

3. Katagori ketiga berhubungan dengan dimensi emosional, hubungan dekat. Yaitu temapat dimana kebutuhan untuk membagi perasaaan anak serta keinginannya untuk mendapatkan respon yang akrab dapat terpuaskan dengan baik.

4. Katagori keempat adalah keluarga mengenaklan anak-anak peralihan penting dan ritual-ritual perjalanan hidup, termasuk di dalamnya kelahiran, pernikahan dan kematian, dan membantu mereka mengertia atraksi seksual dan aktivitas sesual sebagai bagian dari siklus kehidupan.

Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut (http://images.arikbliz.multiply.com/ pendidikanseksual.html) :

1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.

2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab).

3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi .


(28)

4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga. 5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial

untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.

6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.

7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.

8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.

Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.


(29)

I.15. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang besifat kristis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis5

1. Variabel Bebas (X)

.

Singarimbun mengatakan Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompik atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33).

Konsep yang akan dikemukakan dalam penelitian ini dijabarkan atas kelompok-kelompok variabel sebagai berikut:

Variabel bebas adalah sejumlah gejalah atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi dan atau munculnya gejala atau faktor unsur lain (Nawawi, 1995: 56). Variabel bebas (X) dalam adalah penelitian ini adalah komunikasi antar pribadi antara ibu dan remaja putri. 2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau factor atau unsure yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variable bebas (Nawawi, 1995: 57). Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah pengetahuan pendidikan seks pelajar remaja putri.

I.16. Model Teoritis

Variabel variabel yang telah dikelompokan dalam kerangka konsep dapat dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:


(30)

Gambar : 2 Model Teoritis

I.17. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasional variabel.

Tabel 1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional - Variabel X

Komunikasi antar pribadi

Karakteristik responden

a. Keterbukaan b. Dukungan c. Sikap Positif d. Kesamaan

e. Frekuensi berkomunikasi - Usia

- Agama - Suku - Status Anak

- Pekerjaan orangtua - Pendidikan orangtua - Variabel Y

Pengetahuan Pendidikan Seks Pelajar Remaja Putri.

a. Pengetahuan seksualitas b. Pemahaman seksesualitas

c. Sikap remaja tentang pendidikan seks

d. Tanggungjawab remaja Variabel X

Komunikasi Antarpribadi

Variabel Y

Pengetahuan Pendidikan Seks Pelajar Remaja Putri.


(31)

I.18. Hipotesa

Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrument kerja dari teori6

. Karenanya hipotesis adalah pernyataan sementara mengenai hal-hal yang oleh peneliti ingin didukung atau ditolak.

Berdasarkan konsep dan teori sebagai mana yang telah peneliti kemukakan diatas maka peneliti akan coba mengemukakan hipotesis penelitian yakni :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara komunikasi antar pribadi ibu

dan remaja putri terhadap pengetahuan pendidikan seks pelajar remaja put ri.

Ha : Terdapat hubungan antara komunikasi antar pribadi ibu dan

remaja putri terhadap pengetahuan pendidikan seks pelajar remaja put ri.


(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Sejak dilahirkan manusia sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi diartikan pula sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan. Atau dapat pula diartikan bahwa komunikasi adalah saling tukar menukar pikiran atau pendapat.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communication dan bersumber dari kata communis yang berati sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Menurut Wilbur Schramm, komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komuniakator cocok dengan kerangka acuan (frame of references), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences), yang pernah diperoleh komunikan (Effendy, 1992: 13).

Lasswell memberikan sebuah formalasi yang banyak digunakan dalam ilmu komunikasi yaitu “Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect?” yang menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan :

1. Komunikator (communicator, source, sender) adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi.


(33)

2. Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambang, bahasa, gambar dan sebagainya.

3. Media (chanel) adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya, maka diperlukan media sebagai penyampai pesan.

4. Komunikaan (communicant, communicate, receiver, recipient) adalah orang yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator.

5. Efeck (effect, impact, influence) adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 1992 : 10).

Defenisi-defenisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua defenisi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya telah tergambarkan seperti apa yang diungkapkan oleh Shanon dan Weaver, 1949 bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunkan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan seni dan teknologi (Cangara, 2005: 20)

Menurut Onong komunikasi sebagai proses terbagi dua tahap yakni (Effendy, 1992: 11):

1. Proses komunikasi primer.


(34)

lambang-lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

2. Proses komunikasi sekunder.

Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses ini termasuk sambungan dari proses primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, dalam prosesnya komunikasi sekunder ini semakain efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang oleh teknologi-teknologi lainya.

Dalam berkomunikasi tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu dengan yang lainnya tetapi juga memiliki tujuan dalam berkomunikasi. Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan anatara lain (Effendy 1992: 8):

1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude).

Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan berubah sikapnya.

2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion). Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan akhir supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang disampaikan.

3. Untuk mengubah perilaku (to change the behaviour).

Memberikan berbagai informasi dengan tujuan agar masyarakat akan berubah perilakunya.

4. Untuk mengubah masyarakat (to change society).

5. Memberikan berbagai infomasi pada masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi yang disampaikan.

Adapun fungsi komunikasi itu sendiri adalah sebagai berikut : 1. Menginformasikan (to inform).

Kegiatan komunikasi itu memberikan penjelasan, penerangan mengenai bentuk informasi yang disajikan dari seorang komunikator kepada


(35)

komunikan. Informasi yang akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam membuat keputusan.

2. Mendidik (to educate).

Penyebaran informasi tersebut sifatnya memberikan pendidikan atau menganjurkan sesuatu pengetahuan, meyebarluaskan kreativitas untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun di luar sekolah.

3. Menghibur (to entertain).

Penyebaran informasi yang disajikan kepada komunikan untuk memberikan hiburan. Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik dan bunyi maupun gambar dan bahasa membawa setiap orang pada situasi menikmati hiburan.

4. Mempengaruhi (to influence).

Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk memberi motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca, dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan prilaku ke arah yang baik dan modernisasi.

II.2. Komunikasi Antar Pribadi

II.2.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan suatu bidang ilmu komunikasi, bidang ini setiap hari hadir dalam setiap hubungan antar manusia kapan dan dimana saja. Seorang tukang kayu, tukang foto, dermawan dan sastrawan, pastor dan haji, profesor dan muskus, pelajar dan mahasiswa dalam dunianya sendiri maupun dunia bersamanya melakukan komunikasi antar manusia. Dari jenis pekerjaan dan profesi seseorang kepada orang lain, mungkin masih di tambah lagi dengan cara berpikirnya, melahirkan perasaanya dan perilaku nyatanya. Ilmu komunikasi, khususnya komunikasi antar pribadi mempelajari objek hubungan antara manusia (Liliweri, 1991: 27).


(36)

perspektif situasi. Perspektif situasi merupakan sautu perspektif yang menekankan bahwa sukses tidaknya komunikasi tergantung pada situasi komunikasi, mengacu pada hubungan tatap muka antara dua orang atau sebagian kecil orang dengan mengandalkan suatu kekuatan yang segera saling mendekati satu dengan yang lain pada saat itu juga daripada memperhatikan umpan balik yang tertunda (misalnya dalam hal komunikasi anatr pribadi bermedia seperti surat-menyurat, percakapan, telepon, faximile), menurut De Haan, 1952 (dalam Liliweri, 1991: 31).

II.2.2. Ciri-ciriKomunikasi Antar Pribadi

Menurut Barnlund, ada beberapa ciri yang bisa diberikan untuk mengenal komunikasi antar pribadi, yakni (Liliweri, 199: 13) :

1. Komunikasi antar pribadi terjadi secara spontan. 2. Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur. 3. Terjadi secara kebetulan.

4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncakana terlebih dahulu. 5. Identitas keanggotaannya kkadang-kadang kurang jelas. 6. Bisa terjadi hanya sambil lalu.

Menurut Reardon, 1987 (dalam Liliweri, 1991 :13) juga mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai paling sedikit enam ciri yaitu :

1. Dilaksanakan karena adanya perbagai faktor penorong. 2. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja. 3. Kerapkali berbalas-balasan.

4. Mempersyaratkan adanya hubungan (paling sedikit dua orang) antar pribadi.

5. Serta suasana hubungan harus bebas, bervariasi, dan adanya keterpengaruhan.

6. Menggunakan pelbagai lambang-lambang yang bermakna.

De Vito (dalam Liliweri, 1991: 13) mengemukakan komunikasi antar pribadi mempunyai lima ciri yaitu :


(37)

1. Keterbukaan (Openes).

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi.

2. Empati (emphaty).

Merasakan apa yang dirasakan orang lain. 3. Dukungan (supportiveness).

Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.

4. Rasa positif (positiveness).

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

5. Kesetaraan (equality).

Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam bukunya Liliweri (1991: 31), ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antar dua orang merupakan komunikasi antar pribadi dan bukan komunikasi lainnya. Sifat-sifat komunikasi antar pribadi adalah:

1. Melibatkan didalamnya perilaku verbal dan non verbal. Dalam komunikasi, tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata, pengungkapannya baik yang lisan maupun tertulis. Sedangkan tanda-tanda non verbal terlihat dalam ekspresi wajah, gerakan tubuh atau gesture.

2. Melibatkan pernyataan/ungkapan yang spontan, scripted dan contrived. Perilaku spontan dalam komunikasi antar pribadi dilakukan secara tiba-tiba, serta merta menjawab sesuatu rangsangan dari luar tanpa terpikir dahulu. Bentuk perilaku scripted terjadi atas reaksi dari emosi terhadap pesan yang diterima jika pada taraf yang terus menerus dan akhirnya perilaku ini dilakukan karena dorongan faktor kebiasaan. Perilaku contrived merupakan perilaku yang sebagian besar didasarkan pada pertimbangan kognitif.

3. Komunikasi antar pribadi tidaklah ststis melainkan dinamis

4. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).

5. Komunikasi antar pribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Komunikasi yang bersifat intrinsik adalah suatu standart dari perilaku yang dikembangkan oleh seorang sebagai


(38)

komunikasi yang bersifat ekstrinsik adalah adanya standart atau tata aturan lain yang ditimbulkan karena adanya pengaruh pihak ketiga atauh pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah dihentikan.

6. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan. Kedua pihak yang berkomunikasi harus sama-sama mempunyai kegiatan, aksi tertentu sehingga tanda bahwa mereka memang berkomunikasi.

7. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia. Persuasi tidak lain merupakan teknik mempengaruhi manusia dnegan memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun soosiologis dari komunikan yang hendak dipengaruhi.

II.2.3. Faktor-faktor Komunikasi Antar Pribadi

Menurut pendapat Halloran, 1980 (dalam Liliweri 1991: 48) mengemukakan bahwa manusia sebenarnya berkomunikasi dengan orang lain karena beberapa faktor, yatu:

1. Perbedaan antar pribadi

2. Manusia meskipun merupakan makhluk yang utuh namun tetap mempunyai kekurangan

3. Adanya perbedaan motivasi antar manusia

4. Kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat peangakuan dari orang lain

Cassagrande (Liliweri, 1991: 48) juga berpendapat hampir senada, bahwa orang berkomunikasi dengan orang lain karena:

1. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan

2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif tetap

3. Interaksi hari ini merupakan spektrum pengalaman masa lalu, dan buat orang mengantisipasi masa depan

4. Hubungan yang diciptakan kalau berhasil merupakan paengalaman yang baru.


(39)

Kita akhirnya dapat mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat, terkhusus dalam keluarga, dimana adanya komunikasi yang terjalin antara orangtua dan anaknya. Kualitas komunikasi anak sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orangtua berkomunikasi kepadanya, didalam komunikasi tersebut dinamakan komuniaksi antar pribadi. Dikatakan demikian karena komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu.

II.3. Teori S – O – R (Stimulus - Organisme – Respon)

Teori S-O-R beranggapan bahwa organisme menghasilkan prilaku tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Jadi efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Pada awalnya model ini dikenal sebagai model Stimulus-Organism-Respon dimana unsur-unsur dasar ini terdiri dari:

1. Pesan atau Stimulus 2. Komunikan

3. Efek atau Respon

Stimulus atau pesan adalah rangsangan atau dorongan berupa pesan, Organisme adalah manusia atau seorang penerima, Respon adalah reaksi, efek, pengaruh atau tanggapan.


(40)

Menurut Efendy, usur-usur teori S-O-R dapat digambaran sebagai berikut:

Gambar diatas menujukan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi dari apa yag didalamya. Hoveland, Jennis, dan Kelley (1998) menyatakan bahwa dalam menelaah sikap ada 3 variabel penting, yaitu: Perhatian, Pengertian, dan Penerimaan.

II.4. Remaja

II.4.1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescencentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa.” Bangsa primitif demikian pula orang-orang zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.

Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget, 1969 (Hurlock 1999: 206) yang mengatakan:

STIMULUS

Organisme:

• Perhatian

• Pengertian

• Penerimaan

Respon (Perubahan sikap)


(41)

Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak .Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataanya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.

Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Namun penelitian tentang perubahan perilaku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja tidak hanya menunjukkan bahwa setiap perubahan terjadi lebih cepat pada awal masa remaja daripada tahap akhir masa remaja, tetapi juga menunjukkan bahwa perilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal masa remaja berbeda dengan pada akhir masa remaja.

Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut (Konopka, 1973 dalam Agustiani, 2006 : 29) :

1. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini indivisu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi secara fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

2. Masa remaja pertengahan/madya (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru, pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan


(42)

tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai, selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

3. Masa remaja akhir (18 – 21 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusah memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity.

II.4.2. Karakteristik Remaja

Remaja bila ditinjau dari segi fisiknya, mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika mereka diperlakukan sebagai orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukkan sikap dewasa.

Sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja yaitu (dalam Ali, 2004 :16) :

1. Kegelisahan.

Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan dimasa depan. Namun sesungguhnya mereka belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk memujudkan semua itu. Tarik-menarik anatar angan-angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaaan gelisah.

2. Pertentangan.

Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara mereka dan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi itu menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orangtua kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh rasa aman. Akibatnya, pertentangan yang sering terjadi itu akan menimbulkan kebingungan dalam remaja itu sendiri maupun orang lain


(43)

3. Mengkhayal.

Keinginan untuk berjelajah dan berpetualang tidak semuanya tersalurkan. Biasanya hambatannya dari sgi keuangan atau biaya. Akibatnya lalu mereka mengkhayal, mencari kepuasan bahakan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif. Sebab khayalan ini kadang-kadang menghasilkan sesuatu yang bersifat konstruktif, misalnya timbul ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.

4. Aktivitas berkelompok

Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua seringkali melemahkan atau mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitan mereka setelah meraka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. 5. Keinginan mencoba segala sesuatu.

Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Karena didorong rasa keingin tahuan yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, mencoba semua yang mereka inginkan tanpa melihat efek dari apa yang mereka perbuat. Peran orangtua disini sangat diperlukan untuk mengontrol anak remajanya tanpa harus dan melarang apa yang mereka inginkan

Menurut Erikson, 1968 (dalam Agustiani, 2006 : 33), seorang remaja bukan sekedar mempertanyakan siapa dirinya, tetapi bagaimana dan dalam konteks apa atau dalam kelompok apa dia bisa menjadi bermakna dan dimaknakan. Dengan kata lain, identitas seseorang tergantung pula pada bagaimana orang lain mempertimbangkan kehadirannya. Karena bisa lebih dipahami mengapa keinginan untuk diakui, keinginan untuk memperkuat kepercayaan diri, dan keinginan untuk menegaskan kemandirian menjadi hal yang sangat penting bagi remaja, terutama mereka yang mengakhiri masa itu.

II.4.3. Perkembangan Remaja

Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara


(44)

perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001)7

1. Perkembangan fisik. Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

, yaitu:

2. Perkembangan Kognitif. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).

3. Perkembangan kepribadian dan sosial. Perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson

7


(45)

dalam Papalia & Olds, 2001). Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.

Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.

II.4.4. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst antara lain8

1. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan.

:

2. Memperoleh peranan sosial.

3. Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif.

4. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.

5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri. 6. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.

7. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga. 8. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup.


(46)

II.5. Pendidikan Seks

II.5.1. Pengertian Seksualitas

Manusia adalah makhluk seksual. Seksualitas diartikan sebagai : bagaimana laki-laki dan perempuan berbeda (dan mirip) satu sama lain, secara fisik, psikologis, dan dalam istilah-istilah perilaku9

- Aktivitas, perasaaan, dan dikap yang dihubungkan dengan reproduksi, dan ;

;

- Bagaimana laki-laki dan perempuan berinteraksi dalam berpasangan dan di dalam kelompok.

Seksualitas adalah bagaimana orang merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan ciri0ciri seksualnya yang khusus.

II.5.2. Pengertian Pendidikan Seks

Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

9

Robert P. Masland, David Estridge, “Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks”. Jakarta. Bumi Aksara. 1997. Halaman : 23


(47)

Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak (dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991) dikutip dari http://duniakita.com/ pendidikan-seksual-pada-remaja.html

Pendidikan seksual mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab. Pendidikan seksualitas merupakan proses pembudayaan seksualitas manusia yang harus ditempatkan dalam konteks keluarga dan masyarakat. Pendidikan seksualitas menyadarkan manusia akan keharusan mengatur dorongan seksualnya seturut nilai dan moralitas yang berlaku serta bertanggung jawab terhadap seksualitasnya

. Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.

10


(48)

Pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan, dikutip dari http://duniakita.com/ pendidikan-seksual-pada-remaja.html).

Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut http://images.arikbliz.multiply.com/pendidikanseksual.htm

1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.

2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab).

3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi .

4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.


(49)

5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.

6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.

7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.

8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.

Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional bertujuan menyelidiki sejauhmana variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefision (Azwar, 1998: 8). Semua hasil pengamatan di tuangkan dalam pembahasan. Hasil wawancara nantinya akan dianalisis dan dipilih jawaban yang paling mendekati dan berkaitan dengan tujuan penelitian. Metode ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan diantara variabel-variabel tersebut.

III.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Umum Sultan Iskandar Muda Medan.

III.2.1.Sejarah Singkat Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan

Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YP

.

SIM

)

adalah lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang Pendidikan. Didirikan pada tanggal 25 Agustus 1987 oleh dr Sofyan Tan dengan Akta Notaris No. 45 oleh Notaris H. Ramadi pengga nti Notaris N Kusmulyanto Ongko. Kemudian pada tahun 1988 diperbaharui dengan akte No. 15 oleh notaris Kusmulyanto Ongko dan ditahun 2006 terjadi perubahan dengan Akta Notaris No. 100 oleh Edy, SH.

Tujuan pendirian Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkwalitas serta melahirkan


(51)

generasi bangsa yang penuh toleransi dan dapat hidup berdampingan dalam perbedaan

Pada awalnya sekolah ini dirancang untuk mendekatkan diri dan mengatasi persoalan antara warga “asli” dengan warga “etnis Tionghoa” yang selama ini dianggap sulit berbaur dan merupakan persoalan lama yang tidak pernah terselesaikan. Sulitnya proses integrasi antara warga “asli” dengan warga “etnis Tionghoa” disebabkan oleh 3 faktor :

1. Etnis Tionghoa lebih banyak bergerak dalam bidang ekonomi, karena adanya kebijakan pemerintah yang membatasi sektor lain.

2. Timbulnya prasangka-prasangka rasial baik dari warga “asli” maupun dari warga “etnis Tionghoa” atau sebaliknya. Prasangka-prasangka negatif tersebut pada akhirnya berubah menjadi stereotip yang diterima oleh masing-masing pihak menjadi suatu kebenaran.

3. Adanya kepentingan dari kelompok tertentu yang hendak meraih keuntungan politik melalui isue rasialis anti etnis tionghoa.

Dari ketiga permasalahan yang menghambat proses integrasi tersebut, maka pendidikan memiliki peranan yang efektif untuk menghapus sekat-sekat psykologis yang masih tertanam dalam lubuk hati baik dari warga “asli” maupun warga “etnis Tionghoa”.

Untuk mengeliminir masalah prasangka rasial yang muncul, Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan melakukan program-program antara lain :


(52)

1. Program Anak Asuh

Gerakan Orang Tua Asuh ini diterapkan dengan Sistem Berantai dan Bersifat Silang. Silang dimaksudkan adalah orang tua asuh yang berasal dari warga etnis Tionghoa dianjurkan mengambil anak asuh dari warga asli, sebaliknya orang tua asuh dari warga asli mengambil anak asuh dari warga etnis Tionghoa. Sedangkan Berantai diartikan; para anak asuh tetap memuliakan rasa kepedulian sosial mereka terhadap golongan masyarakat yang belum beruntung. Kelak jika anak asuh sudah sukses secara ekonomi, mereka diikat kewajiban moralnya mengambil anak asuh untuk disekolahkan kembali. Sehingga menjadi gerakan penyantunan secara alamiah terhadap orang-orang miskin yang akan terus berlanjut dan berantai selama kemiskinan masih ada. 2. Komposisi Struktur Organisasi

YP. SIM Medan selalu berusaha agar nilai-nilai pembauran senantiasa diterapkan dan dilakukan dengan rasa kebersamaan. Hal ini tercermin dalam komposisi struktur organisasi, dimana: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan jajaran strukturalnya dipilih berdasarkan kemampuan mereka tanpa melihat latar belakang suku dan status sosial. Jelas bahwa mereka semua dapat bekerjasama meskipun berasal dari latar belakang suku dan agama yang berbeda diantaranya.

3. Managemen Kelas

Proses interaksi yang intensif antar etnis yang berbeda diterapkan melalui pengelolaan kelas atau dengan pengaturan tempat duduk diatur dengan cara berselang-seling antara etnis yang berbeda.


(53)

4. Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan yang berorientasi kelompok yang melibatkan berbagai etnis seperti pembentukan; tim olah raga, pentas drama, vokal group, cheerleeders, pramuka dan sebagainya.

5. Pembangunan Tempat Ibadah dan Pendopo

Membangun tempat ibadah : Mesjid, Gereja dan Vihara pada satu lokasi dan saling berdampingan mampu menciptakan rasa toleransi beragama dalam arti sebenarnya baik untuk para siswa maupun untuk guru-guru.

6. Rekrutmen dan Penghargaan

Visi Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YP. SIM) ditetapkan oleh Pembina (Pendiri) yayasan. Pembina mengangkat Badan Pengurus untuk menjalankan Visi dan Misi Yayasan. Pengurus yayasan diawasi oleh Pengawas dan diberi saran serta masukan oleh Penasehat yayasan. Pengurus yayasan mengangkat Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, serta pegawai dan staff pengajar untuk menjalankan visi dan misi yayasan tersebut.

Agar terhindar dari guru/staf yang rasialis dan tidak memiliki jiwa pendidik, maka rekrutmen guru/staf melibatkan psikolog, ahli pendidikan beserta kepala sekolah dan yayasan. Kepada guru/staff yang berprestasi diberi penghargaan sebagai Guru/Staff Teladan, hasil pemilihan siswa dan kepala sekolah. Guru yang telah bekerja selama 5 (lima) tahun ditetapkan mendapat tabungan pensiun. Untuk masa kerja 10, 15 dan 20 tahun diberikan tabungan dana yang besarnya disesuaikan dengan kondisi keuangan yayasan. Guru yang loyal dan berpotensi tinggi untuk mengembangkan kwalitas YP. SIM diberi Beasiswa Pendidikan di S2. Anak Guru diberi beasiswa dari tingkat Sekolah Dasar (SD)


(54)

sampai dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) masing-masing sebanyak 2 (dua) orang dan apabila anak guru tersebut berhasil masuk Jalur Perguruan Tinggi Negeri (PTN) akan diberikan Beasiswa kembali. Dalam rekrutmen guru/staff, YP.SIM lebih mengutamakan memilih lulusan YP.SIM terutama anak asuh agar generisasi untuk meneruskan Visi dan Misi YP. SIM tetap terjaga kelanjutannya.

III.3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pelajar remaja putri kelas X dan XI SMU Sultan Iskandar Muda Medan. Pada penelitian ini peneliti menetapkan tigapuluh pelajar remaja put ri Sekolah Menengah Umum Sultan Iskandar Muda Medan

Penelitian ini menggunakan jenis purposive sampling, dimana sample yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menggunakan purpose sampling untuk menyeleksi kasus demi mendapatkan informasi khusus.

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyusun proposal penelitian, peneliti menggunakan dua sumber data, yaitu:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu dengan mengumpulkan data-data dari literature serta sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan melalui buku-buku, durat kabar, internet, dan sebagainya.

2. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data secara langsung dengan menggunakan instrument yaitu:


(55)

Kuesioner, adalah berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan (Bungin, 2009: 130). Dalam hal ini pertanyaan disajikan kepada siswi SMU Sultan iskandar Muda Medan kelas X dan XI sebanyak 30 siswa. Selain pada siswi, kuesinoer juga dibagikan kebeberapa ibu siswi dengan pertanyaan dan bentuk yang berbeda untuk mendukung dan lebih memperkuat hasil penelitian mengenai pengetahuan pendidikan seks anaknya. Jadi kuisioner tertutup untuk siswi dan kuisioner terbuka untuk ibu. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan metode kuisioner karena kuisioner dapat memberikan kemudahan bagi responden untuk menjawab pertanyaan, kusioner bersifat praktis dan sistematis, dan keterbatasan waktu. Kuisioner yang telah disi akan menjadi data yang digunakan untuk penelitian.

III.5. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan Data yang diperoleh dari penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisa.

1. Analisa Deskriptif

analisa yang bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap variabel yang diteliti.

2 . Analisa Korelasional

Untuk menganalisa data peneliti menggunakan aplikasi SPSS (Statical Product Service Solution) For Window 15.0” yang akan memberikan


(56)

gamabaran tentang korelasi dan uji hipotesa dan hasil analisis secara cepat.


(57)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data dan Teknik Pengolahan Data

Tahapan pengumpulan data penelitian ini meliputi tahapan pengumpulan data penelitian yang selanjutnya akan diolah dengan menggunakan teknik pengolahan data sebagai berikut:

IV.1.1 Tahapan Pengumpulan Data

Proses sebagai tahapan pengumpulan data penelitian terdiri dari kegiatan: 1. Penyebaran kuesioner penelitian pada tanggal 18 Mei 2010 s/d 22 Mei

2010.

2. Penyebaran kuesioner diberikan kepada 30 responden pelajar putri Sekolah Menengah Sultan Iskandar Muda Medan.

IV.1.2 Teknik Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan, maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data hasil jawaban responden di dalam kuesioner penelitian. Pengolahan data ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Penomoran kuesioner, proses ini dengan memberikan Nomor 01-30 dalam kotak Nomor responden yang tersedia di atas kanan kuesioner dengan tulisan No. Id. Responden.

2. Editing, pada tahap ini peneliti melakukan perbaikan atau pembenahan dari jawaban responden yang meragukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pengisian data.


(58)

3. Coding yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke kotak kode yang telah disediakan di kuisioner dalam bentuk angka.

4. Tabulasi data, pada tahap ini data kuesioner penelitian dimasukkan ke dalam tabel frekuensi, persentase, dan selanjutnya di analisa kecenderungan jawaban sebagai jawaban mayoritas yang menunjukkan keadaan umumnya.

5. Pengujian hipotesa, merupakan pengujian statistik untuk mengetahui apakah data yang ditemukan menolak atau menerima hiotesa penelitian yang diajukan. Dalam penelitian ini digunakan rumus tata uji korelasi tata jenjang “Rank Spearman” (rho/rs). untuk mengukur hubungan

tinggi atau rendah hubungan antar variable menggunakan skala Guilford yaitu:

<0,20 : Hubungan rendah sekali ; lemah sekali 0,20 – 0,40 : Hubungan rendah tapi pasti

0,40 – 0,70 : Hubungan yang cukup berarti 0,70 – 0,90 : Hubungan yang tinggi ; kuat

>0,90 : Hubungan sangat tinggi ; kuat sekali ; dapat diandalkan

IV.1.3 Penyajian Data

Peneliti menyajikan data yang telah diperoleh baik yang diperoleh melalui observasi wawancara, kuesioner (angket). Prinsip dasar penyajian data peneliti adalah komunikatif dan lengkap, dalam arti data yang disajikan dapat menarik perhatian pihak lain untuk membacanya dan mudah memahami isinya.


(59)

Disini peneliti menggunakan cara penyajian data dengan menggunakan tabel, yakni: merupakan penyajian data yang paling banyak digunakan, karena lebih efisien dan cukup komunikatif.

IV.2. Analisa Deskriptif

Statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2004: 21).

Berikut ini adalah penyajian analisis deksriptif dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 15.0, berikut hasil pembahasannya.

IV.2.1.Karakteristik Responden

Karakteristik responden disajikan untuk mengetahui latar belakang responden. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah usia responden, agama responden, suku responden, status responden, pekerjaan ibu, pendidikan terakhir ibu.

Tabel 1 Usia responden

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid

15 tahun 11 36.7 36.7 36.7

16 tahun 13 43.3 43.3 80.0

17 tahun 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tabel 1 menunjukkan tentang usia responden. Dari table diatas dapat dilihat bahwa responden berusia 15 tahun sebanyak 11 orang atau sebesar 36.7% dengan tingkat validitas persentasi 36.7% dimana persentase kumulatifnya 36.7%,


(60)

berusia 16 tahun sebanyak 13 orang sebesar 43.3% dengan tingkat validitangs persentasi 43.3% dimana persentase kumulatifnya 80%, berusia 17 tahun sebanyak 6 orang atau sebesar 20% dengan tingkat validitas persentasi 20% dimana persentase kumulatifnya 100%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas usia responden berada pada usia 16 tahun yang duduk di bangku kelas X dan XI.

Tabel 2 Agama responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Islam 15 50.0 50.0 50.0

Kristen 10 33.3 33.3 83.3

Budha 3 10.0 10.0 93.3

Hindu 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tabel 2 menunjukkan agama responden yang dijadikan objek penelitian. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pelajar remaja putri yang beragama Islam berjumlah 15 orang atau sebesar 50% dengan tingkat validitas persentasi 50% dimana persentase kumulatifnya 50%, beragama Kristen berjumlah 10 orang atau sebesar 33.3% dengan tingkat validitas persentasi 33.3% dimana persentase kumulatifnya 83.3%, beragama Budha berjumlah 3 orang atau sebesar 10% dengan tingkat validitas persentasi 10% dimana persentase kumulatifnya 93.3%, beragama Hindu berjumlah 2 orang atau sebesar 6.7% dengan tingkat validitas persentasi 6.7% dimana persentase kumulatifnya 100%. Dapat disimpulkan bahwa pelajar remaja putri lebih banyak beragama Islam.


(1)

Sumber Lain :

http://duniakita.com/ pendidikan-seksual-pada-remaja.html

http://images.arikbliz.multiply.com/pendidikanseksual.htm


(2)

LAMPIRAN Kuesioner Penelitian

Komunikasi Antar Pribadi dan Pendidikan Seks

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti sebelum anda menjawabnya. :

2. Isilah jawaban anda dengan jujur, benar dan jelas sebab kuisioner ini semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian.

3. Pilih dan berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai menurut anda.

4. Mohon jangan mengisi kolom yang ada di sebelah kanan di setiap pertanyaan yang diberi.

5. Terimkasi atas kerjasamanya.

Nama Responden : No Responden

Data umum responden

1 2 1. Usia :

Karakteristik Responden

1. 14 tahun

2. 15 tahun 3

3. 16 tahun 4. 17 tahun 2. Suku :

1. Jawa

2. Tionghoa 4

3. Batak 4. Melayu

5. Lainnya……….. (mohon disebutkan)

3. Pendidikan Orang Tua (Ibu) Terakhir : 1. SD

2. SMP 5

3. SMU 4. Sarjana 4. Agama :

1. Islam

2. Kristen 6 3. Budha


(3)

5. Pekerjaan Orang Tua : 1. Pegawai Negeri

2. Pegawai Swasta 7

3. Ibu Rumah Tangga

4. Lainya ……… (mohon disebutkan) 6. Status dalam keluarga :

1. Anak Kandung

2. Anak Angkat 8 3. Anak Tiri

I. Komunikasi Antar Pribadi

7. Pada saat mengobrol dengan ibu, apakah kamu merasa terbuka (bebas mengeluarkan isi hati) ?

1. Sangat terbuka 2. Terbuka

3. Biasa-biasa saja 9

4. Tidak terbuka

8. Apakah ibu mendukung kamu dalam mengutarakan pendapat seputar seks? 1. Sangat mendukung

2. Mendukung

3. Biasa-biasa aja 10

4. Tidak mendukung

9. Bagaimana sikap kamu terhadap pentingya pengetahuan tentang seksualitas ? 1. Sangat penting

2. Penting

3. Kurang penting 11

4. Tidak penting

10. Bagaimana sikap ibu, ketika kamu menceritakan sesuatu pengetahuan yang baru kamu dapat ?

1. Sangat antusias (mendengarkan) 2. Mendengarkan

3. Biasa-biasa saja 12 4. Tidak mendengarkan

11. Bagaimana frekuensi waktu bicara kamu dengan ibu ? 1. Sangat sering

2. Sering 13 3. Cukup sering

4. Tidak pernah

12. Bagaimana hubungan komunikasi / suasana yang kamu rasakan saat berkomunikasi dengan ibu ?

1. Sangat Akrab 2. Akrab


(4)

4. Tidak akrab

13. Apakah ibu sering memberikan informasi tentang pendidikan seks ? 1. Sangat sering

2. Sering

3. Kadang-kadang 15

4. Tidak pernah

14. Apakah ibu dan kamu saling terbuka mengenai seksualitas ? 1. Sangat terbuka

2. Terbuka

3. Cukup terbuka 16

4. Tidak sama sekali

II. Pendidikan Seks

15. Apakah kamu mengetahui tentang seksualitas ? 1. Sangat mengetahui

2. Mengetahui 17

3. Cukup mengetahui 4. Tidak mengetahui

16. Apakah kamu mengetahui tanda-tanda perubahan pada organ seksual manusia ? 1. Sangat mengetahui

2. Mengetahui

3. Cukup mengetahui 18

4. Tidak mengetahui

17. Apakah kamu mengetahui perbedaan dan fungsi dari organ seksual manusia ? 1. Sangat mengetahui

2. Mengetahui

3. Cukup mengetahui 19

4. Tidak mengetahui

18. Apakah anda mengetahui perilaku seks yang tidak sehat ? 1. Sangat mengetahui

2. Mengetahui

3. Cukup mengetahui 20

4. Tidak mengetahui

19. Darimanakah kamu mendapat informasi tentang pendidikan seks? 1. Orangtua

2. Keluarga dekat dan teman

3. Buku-buku, majalah, internet, VCD 21 4. Guru

20. Apakah kamu memahami mengenai pendidikan seks ? 1. Sangat memahami

2. Memahami


(5)

4. Tidak memahami

21. Bagaimanakah sikap kamu tentang pendidikan seks yang kamu ketahui ? 1. Sangat peduli

2. Peduli 23

3. Cukup peduli 23

4. Tidak peduli

22. Apakah kamu mampu bertangungjawab terhadap aktivitas kehidupan seks kamu ? 1. Sangat mampu

2. Mampu

3. Cukup mampu 24


(6)

BIO DATA

Nama

: Fitri Novalina Sitorus

Tempat / Tanggal lahir

: Medan / 30 0ktober 1984

Agama

: Kristen

Alamat

: Jl. Balai Desa Gg. Buntu No.12 Medan

Pendidikan

:

-

TK Reza Medan

1989-1990

-

SD Negeri No. 060914 Medan

1990-1996

-

SLTP Negeri 30 Medan

1996-1999

-

SMU Sultan Iskandar Muda Medan 1999-2002

-

DIII-Politeknik Pos Bandung 2002-2005

Orangtua

:

-

Ayah : Victor Sitorus

-

Ibu

: S.Mardiana Tanjung

Saudara

: 6 bersaudara

-

Timora Dillyani Sitorus, SKM.

-

Gustina Evawaty Sitorus, SSTP, MSi.

-

Pande Uly Boy. P. Sitorus, SH.

-

Serta Berliana Sitorus, S.Sos

-

Hendrik Bale Sitorus


Dokumen yang terkait

Pendidikan Seks” (Studi Deskriptif Mengenai Pendidikan Seks kepada Remaja Putri dalam Keluarga di Kelurahan Kristen, Pematangsiantar)

1 45 109

Tahapan Pengambilan Keputusan Menjadi Pekerja Seks Komersial Pada Remaja Putri

6 74 222

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Menarche

4 96 54

Komunikasi Remaja Pelaku Seks Pranikah (Studi Kasus Pada Remaja Putri Pelaku Seks Pranikah Di Lingkungan XXII Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia)

1 74 100

Komunikasi Antar Pribadi Ayah Dan Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ayah terhadap Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja di SMA Swasta Al- Ulum, Medan)

0 44 140

Sikap Dan Tindakan Ibu Tentang Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri Di Desa Tanjung Selamat Deli Serdang Tahun 2008

0 30 50

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Keputihan di SMU Negeri 16 Medan

6 48 60

Komunikasi Antar Pribadi Ibu Dan Remaja Putri Terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ibu dan Remaja Putri terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri di SMU Sultan Iskandar Muda

1 45 92

BAB I PENDAHULUAN - Pendidikan Seks” (Studi Deskriptif Mengenai Pendidikan Seks kepada Remaja Putri dalam Keluarga di Kelurahan Kristen, Pematangsiantar)

0 0 32

Pendidikan Seks” (Studi Deskriptif Mengenai Pendidikan Seks kepada Remaja Putri dalam Keluarga di Kelurahan Kristen, Pematangsiantar)

0 0 16