Pengetahuan Sikap dan Informasi Remaja Terhadap Perilaku Seks Bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan TA 2007/2008

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN INFORMASI REMAJA

TENTANG PERILAKU SEKS BEBAS DI SMU BUDI

SATRYA BANDAR SELAMAT

MEDAN TA 2007/2008

SARTIKA BR MANIHURUK

075102026

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN yang Maha Esa yang telah mencurahkan berkat dan kasihNYA selama saya menyelesaikan laporan penelitian ini sesuai dengan waktu yang di tetapkan.

Penelitian ini berjudul “Pengetahuan Sikap dan Informasi Remaja Terhadap Perilaku Seks Bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan TA 2007/2008 ” dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan karya tulis ini penulis telah banyak menerima bantuan moril maupun materi dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampikan rasa trima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran USU.

2. Ibu Dr.Murniati Manik , MSc,SpKK selaku Ketua Pelaksana Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran USU.

3. Ibu Tumiar Simanjuntak, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis mulai dari awal hingga terselesaikannya karya tulis ini.

4. Bapak Ir. Dwi Lindarto, MT selaku dosen yang banyak memberikan masukan dan dorongan hingga terselesaikannya karya tulis ini.


(3)

6. Bapak G. Azis. BA kepala sekolah yang memberi kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian di SMU Budi Satrya Bandar Selamat.

7. Trima kasih kepada Ayahanda A. Manihuruk dan Ibunda R.br Sitepu yang telah memberikan support dari Doa dan materi.

8. Yang tersayang H.Joseph dan adik – adiku yang selalu bersedia memberi doa dan support selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya karya tulis ini.

9. Selain itu penulis juga megucapakan trima kasih kepada teman –teman yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang telah turut serta membantu penulis dalam pembuatan karya tulis ini.

Semoga Tuhan memberikan berkat dan kasihNYA atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. Akhir kata semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Pada dasarnya penulisan proposal karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan dimana masih banyak di temui kekurangan-kekurangan, hal ini di sebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis.Penulis mohon maaf dan mohon saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga mudah – mudahan dapat penulis perbaiki di kedepan hari .Akhirnya penulis ucapkan terimakasih.

Medan, November 2007 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pertanyaan penelitian ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 5

2.1.1... 6

2.2 Sikap ... 9

2.3 Informasi ... 13

2.4 Permasalahan Perilaku Seksual Remaja ... 14


(5)

2.5.1 Bentuk – Bentuk dari Perilaku Seksual ... 16

2.5.2 Pendidikan Seks Bagi Remaja ... 17

2.5.3 Dampak Buruk Pre marital seksual... 19

BAB III : KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian ... 25

3.2 Defenisi Operasional ... 25

BAB IV : METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 27

4.2 Populasi dan Sampel ... 27

4.3 Lokasi Penelitian ... 28

4.4 Pertimbangan Etik ... 28

4.5 Instrumen Penelitian ... 29

4.6 Pengumpulan Data ... 29

4.7 Analisa Data ... 30

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil ... 32

5.1.1 Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas ... 32

5.1.2 Sikap Remaja Tentang Seks Bebas ... 33

5.1.3 Informasi Remaja Tentang Seks Bebas ... 34


(6)

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 40 6.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 5.1 Distribusi Pengetahuan Remaja Terhadap

Perilaku Seks Bebas……… Tabel 5.2 Distribusi Sikap Remaja Terhadap

Perilaku Seks Bebas……… Tabel 5.3 Distribusi Informasi Yang Diperoleh Remaja Terhadap Perilaku Seks Bebas………


(8)

PANDUAN DAFTAR PUSTAKA

Arikonto,S (2006) BAB III halaman 25

Azwar,S.2005. BAB II halaman 9 Dianawati,A.2006. BAB II halaman 7 Hidayat,A,A,A. 2007. BAB halaman 30 Haris.F. 2001. BAB I halaman 1

Machfoedz,I.2007. Panduan membuat kuesioner Notoadmodjo,S.2005. BAB II halaman 11 Notoadmodjo,S.2003. BAB II halaman 5 Notoadmodjo,S.2005. BAB II halaman 10 PKBI,1999. Pusat study seksualitas. Yogyakarta Sofyan,S.2007. BAB I halaman 1

Sarwono,S,W. 1994. BAB II halaman 6 Susatyo R.2001, BAB I halaman 1 Slameto. 2003. BAB II halaman 10 Wahyurini.CH. 2000. BAB II halaman 16 Yuliastusi. 2005. BAB II halaman 20


(9)

Judul Pengetahuan Sikap dan Informasi Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan TA 2007/2008 ”

Penulis Sartika Br Manihuruk

Nim 075102026

ABSTRAK

Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seperti remaja hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa dengan teknologi yang canggih (cth:VCD, Majalah, Internet). Tingginya kasus penyakit (HIV/AIDS) khususnya pada kelompok remaja, salah satu penyababnya akibat pergaulan bebas. Untuk mengadakan penelitian guna mengkaji pengetahuan, sikap dan informasi remaja terhadap perilaku seks bebas, maka di pilih judul Pengetahuan Sikap dan Informasi Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan informasi remaja tentang perilaku seks bebas. Desain penelitian yang digunakan deskriptif, dengan menggunakan alat questioner. Pada penelitian ini jumlah populasi adalah seluruh siswa SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan Kelas II TA 2007/2008 sebanyak 120 orang dan yang menjadi sampel yaitu sebanyak 40 orang yang diambil secara sampling sistematis.

Berdasarkan analisis penelitian ditemukan pengetahuan remaja tentang seks bebas tergolong baik sebanyak 92,5 % (37 orang ). Sikap siswa yang negatif terhadap perilaku seks bebas yaitu sebanyak 21 orang dan siswa banyak memperoleh informasi mengenai seks bebas dari media massa sebanyak 50% (20 orang ).

Pengetahuan remaja tentang perilaku seks bebas baik, sikap positif remaja belum tentu menimbulkan perilaku yang positif dan sumber informasi berpengaruh terhadap tingginya perilaku seks bebas. Untuk meningkatkan pengetahuan remaja terhadap perilaku seks bebas maka sebaiknya remaja memperoleh informasi sejak dini dari orang tua maupun guru di sekolah sehingga mereka lebih mengetahui dampak dari perilaku seks bebas dan mereka dapat berperilaku positip terhadap maraknya perilaku seks bebas.


(10)

Judul Pengetahuan Sikap dan Informasi Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan TA 2007/2008 ”

Penulis Sartika Br Manihuruk

Nim 075102026

ABSTRAK

Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seperti remaja hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa dengan teknologi yang canggih (cth:VCD, Majalah, Internet). Tingginya kasus penyakit (HIV/AIDS) khususnya pada kelompok remaja, salah satu penyababnya akibat pergaulan bebas. Untuk mengadakan penelitian guna mengkaji pengetahuan, sikap dan informasi remaja terhadap perilaku seks bebas, maka di pilih judul Pengetahuan Sikap dan Informasi Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan informasi remaja tentang perilaku seks bebas. Desain penelitian yang digunakan deskriptif, dengan menggunakan alat questioner. Pada penelitian ini jumlah populasi adalah seluruh siswa SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan Kelas II TA 2007/2008 sebanyak 120 orang dan yang menjadi sampel yaitu sebanyak 40 orang yang diambil secara sampling sistematis.

Berdasarkan analisis penelitian ditemukan pengetahuan remaja tentang seks bebas tergolong baik sebanyak 92,5 % (37 orang ). Sikap siswa yang negatif terhadap perilaku seks bebas yaitu sebanyak 21 orang dan siswa banyak memperoleh informasi mengenai seks bebas dari media massa sebanyak 50% (20 orang ).

Pengetahuan remaja tentang perilaku seks bebas baik, sikap positif remaja belum tentu menimbulkan perilaku yang positif dan sumber informasi berpengaruh terhadap tingginya perilaku seks bebas. Untuk meningkatkan pengetahuan remaja terhadap perilaku seks bebas maka sebaiknya remaja memperoleh informasi sejak dini dari orang tua maupun guru di sekolah sehingga mereka lebih mengetahui dampak dari perilaku seks bebas dan mereka dapat berperilaku positip terhadap maraknya perilaku seks bebas.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Menurut Robby Susatyo, para remaja mengenal seks pertama kali bukan dari sumber yang tepat. Sekitar 50% remaja ternyata mengenal seks dari kawannya, 35% tahu tentang seks dari film porno, dan hanya 15% remaja yang merasa nyaman berbicara masalah seks dengan ibunya.

Menurut Sofyan (2007), sekitar 16% remaja mengaku sudah berpengalaman melakukan hubungan seks pada usia 13-15 tahun, dan 44% diusia 16-18 tahun. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting, terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif.

Menurut Haris.F (2001), dari sisi kesehatan perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai ganguan,diantaranya terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, dan tentunya cenderung untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak diinginkan .

Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seperti remaja hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll. Karena kurangnya pengetahuan remaja tentang seksualitas, sehingga menimbulkan kenyataan-kenyataan pahit atau dengan kata lain, dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja


(12)

Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa dengan teknologi yang canggih (cth:VCD, Majalah, Internet). Hal lain yang berpengaruh terhadap prilaku seksual pada remaja yaitu orang tua. Dimana ketidak tahuan orang tua maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka kepada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.

Menurut Haris.F (2001), berdasarkan penelitian diberbagai kota besar di Indonesia, sebagian besar remaja mengakui pernah melakukan hubungan seks. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005) sikap seseorang sangat mempengaruhi bagaimana ia berprilaku. Menurut penelitian sahabat remaja (2000) tentang perilaku seksual di empat kota menunjukkan 3,6% remaja di kota Medan, 8,5% remaja di kota Yogyakarta, 3,4% remaja di kota Surabaya, serta 31,1% di kota Kupang telah terlibat hubungan seks secara aktif. Penelitian yang pernah di lakukan Pusat Penelitian Kependudukan UGM menemukan 33,5% responden laki-laki di kota Bali pernah berhubungan seks, sedangkan di desa Bali sebanyak 23,6% laki-laki. Di Yogyakarta kota sebanyak 15,5% sedangkan di desa 0,5%.. Tingginya angka hubungan seks pranikah dikalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini sekitar 2,3juta dan (15-20%) diantaranya dilakukan remaja (Haris.F,2003).

Tingginya kasus penyakit (HIV/AIDS) khususnya pada kelompok remaja,salah satu penyababnya akibat pergaulan bebas. Hasil penelitan di 12 kota


(13)

di Indonesia termasuk Denpasar menunjukan (10-30%) remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual. Di kota Denpasar 633 pelajar SLTA yang duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual, mereka terdiri atas 27% putra dan 18% putri.

Pergaulan yang bebas antara siswa laki –laki dan perempuan terlihat dari siswa yang sering datang dan pulang bersama pasangan masing – masing dan dapat juga dilihat sikap mereka pada sesama teman yang berlainan jenis. Tingginya kasus seks bebas mungkin di sebabkan oleh kemudahan memperoleh informasi tentang seks bebas. Melalui hal yang terlihat memungkinkan siswa tidak mengetahui pengetahuan tentang seks bebas, serta sikap mereka yang salah tentang seks bebas itu sendiri.

Dari fakta yang telah ada diatas membuat penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengkaji pengetahuan, sikap dan informasi remaja, khususnya Siswa SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan, terhadap perilaku seks bebas.

1.2 Pertanyaan penelitian

Dari latar belakang diatas maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian, “Bagaimanakah Pengetahuan Sikap dan Informasi Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan TA 2007/2008 ”


(14)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Informasi Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan TA 2007/2008

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan TA 2007/2008 .

2. Mengetahui Gambaran Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks

Bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan TA

2007/2008 .

3. Mengetahui Gambaran Informasi Remaja Tentang Perilaku

Seks Bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan TA

2007/2008 .

1.4. Manfaat penelitian

Dengan malaksanakan penelitian ini peneliti berharap hasilnya dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa SMU Budi Satrya dapat menambah pengetahuan mengenai seks bebas dan dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas.


(15)

2. Sebagai masukan bagi SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan dan bahan pemikiran bagi pengembangan modal penanggulangan masalah seks bebas.

3. Bagi orang tua dapat mengetahui bahwa selayaknya seorang anak mendapat penjelasan mengenai seks sejak dini.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Menurut Notoatmodjo menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam dimain kognitif terdapat enam tingkatan.

1. Tahu/Know

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rancangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Sama halnya pada pengetahuan seks bebas, menurut Zainun fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja tidak mengetahui dampak dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan. Seperti remaja hamil diluar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll.Dari beberapa kanyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagian akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas.


(17)

3. Aplikasi (Application)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi rill (sebelumnya).

4. Analisa (Analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Sintesis)

Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Suatu kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu cerita yang ditentukan sendiri, atau menggunakan cerita-cerita yang telah ada.

Pengetahuan tentang seks bebas mencakup pada faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas ataupun alasan seseorang untuk melakukan seks di luar nikah dan dampak dari perilaku seks bebas itu sendiri.

2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas

Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut (Sarwono, 1994) adalah :

a. Perubahan-perubahan hormonal pada usia remaja yang meningkatkan

hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.


(18)

b. Penyaluran tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan, mental, dll).

c. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk

melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecendrungan untuk melanggar hal-hal tersebut.

d. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam

masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran perempuan dengan pria. Menurut (Dianawati, 2006) alasan seorang remaja melakukan hubungan seks diluar nikah terbagi dalam beberapa faktor, diantaranya adalah :

a. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya

Pada umumnya, remaja tersebut melakukannya hanya sebatas ingin membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temannya, sehingga dapat diterima menjadi bagian dari anggota kelompoknya seperti yang diinginkan.

b. Adanya tekanan dari pacarnya

Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang nanti dihadapinya.


(19)

c. Adanya kebutuhan badaniah

Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Wajar saja jika semua orang, tidak tekecuali remaja menggiginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dibandingkan dengan resiko yang akan mereka hadapi.

d. Rasa Penasaran

Pada masa remaja, rasa keingintahuan begitu besar terhadap seks. Apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa seks terasa nikmat, ditambah lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas masuknya. Maka, rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkannya.

e. Pelampiasan Diri

Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri.Misalnya, karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya. Maka dengan pikirannya tersebut, ia akan merasa putus asa lalu mencari pelampiasan yang akan semakin menjerumuskannya kedalam pergaulan bebas.

Pembahasan tentang pengetahuan diatas berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, dimana akan di ketahui sejauh mana pengetahuan remaja tentang seks bebas.


(20)

2.2 Sikap

Sikap adalah keadaan kesiapan mental yang dibentuk melalui pengalaman, mempunyai pengaruh yang langsung dan dinamis atas respon individu-individu terhadap semua objek dan situasi yang berhubungan (Azwar,2005).

Sikap adalah perasaan-perasaan umum yang positif dan negative tentang orang-orang, objek-objek atau masalah-masalah. Sebenarnya pengertian sikap menjadi sangat banyak dan berbeda yang mungkin diterima oleh satu peneliti tetapi ditolak peneliti lain. ( Azwar, 2005).

Pada umumnya rumusan mengenai sikap mempunyai persamaan unsur ,yaitu adanya kesediaan untuk berespon terhadap suatu situasi. Triandis (1971) mendefenisikannya sebagai berikut :

“ An attitude is an idea charged with emotion whicn predis poses a class of actions to a class of social situations.”

Rumusan di atas menyatakan bahwa sikap mengandung tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap tehadap objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya, dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan. Hal yang menjadi objek sikap dapat bermacam – macam. Sekalipun demikian, orang hanya dapat mempunyai sikap terhadap hal – hal yang di ketahuinya. Jadi harus ada sekedar informasi pada seseorang untuk dapat bersikap


(21)

terhadap suatu objek. Informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap. Bila berdasarkan informasi itu timbul perasaan positif atau negatif terhadap objek dan menimbulkan kecenderungan untuk bertingkah laku tertentu, terjadilah sikap ( Slameto 2003).

Sikap terbentuk melalui bermacam – macam cara, antara lain (Slameto, 2003) :

1. Melalui pengalaman yang berulang- ulang, atau dapat pula melalui suatu

pengalaman yang mendalam.

2. Melalui imitasi : peniruan yang dapat terjadi tanpa disengaja,dapat pula dengan sengaja.

3. Melalui sugesti, dimana seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek

tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tapi semata – mata karena pengaruh yang datang dari seseorang.

Berkaitan dengan hal tersebut sama halnya pada remaja yang menunjukan sikap yang negatif atau positif atas perilaku seks bebas. Mereka mempunyai alasan tersendiri atas sikap yang mereka tunjukan.

Sikap sangat berpengaruh pada perilaku, dan sikap berkaitan erat dengan perilaku seseorang. (Green,2005) pada teorinya mengenai perilaku mengatakan bahwa faktor perilaku sendiri di tentukan oleh 3 faktor utama yaitu:

1. Faktor-faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau

mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, tradisi, dll.


(22)

2. Faktor-faktor pemungkin yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.Yang di maksud dengan pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku, misalnya majalah atau internet yang dapat di gunakan siswa sebagai sarana untuk mengetahui tentang kesehatan reproduksi.

3. Faktor penguat yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat

terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu tentang kesehatan reproduksi tetapi, tidak melakukannya.

Sikap dibahas dalam hal diatas untuk mengetahui bagaimana kaitan sikap terhadap perilaku seksual remja ( Notoadmodjo, 2005).

Menurut Slameto (2003) merangsang perubahan sikap pada diri seseorang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, karena ada kecenderungan sikap – sikap untuk bertahan. Ada banyak hal yang menyebabkan sulitnya mengubah suatu sikap, antara lain :

1. Adanya dukungan dari lingkungan terhadap sikap yang bersangkutan; manusia selalu ingin mendapatkan respon dan penerimaan dari lingkungan, dan karena itu akan berusaha menampilkan sikap – sikap yang di benarkan oleh lingkungannya; keadaan semacam ini membuat orang tidak cepat mengubah sikapnya.

2. Adanya peranan tertentu dari suatu sikap dalam kepribadian seseorang. 3. Bekerjanya azas selektivitas; Seseorang cenderung untuk tidak

mempersepsi data – data baru yang mengandung informasi yang bertentangan dengan pandangan – pandangan dan sikap – sikapnya yang


(23)

telah ada; kalaupun sampai di persepsi, biasanya tidak bertahan lama, yang bertahan lama adalah informasi yang sejalan dengan pandangan atau sikapnya yang sudah ada.

4. Bekerjanya prinsip mempertahankan keseimbangan ; Bila kepada seseorang di sajikan informasi yang dapat membawa suatu perubahan dalam duna psikologinya, maka informasi itu akan dipersepsi sedemikian rupa, sehingga hanya akan menyebabkan perubahan – perubahan yang seperlunya saja.

5. Adanya kecenderungan seseorang untuk menghindari kontak dengan data yang bertentangan dengan sikap – sikapnya yang telah ada ( misalnya tidak mau menghadiri ceramah mengenai hal yang tidak disetujuinya ) 6. Adanya sikap yang tidak kaku pada sementara oarang untuk mempertahan

kan pendapat – pendapatnya sendiri.

Ada beberapa metode yang dipergunakan untuk mengubah sikap, antara lain :

1. Dengan mengubah komponen kognitif dari sikap yang bersangkutan. Cara nya dengan memberi informasi baru mengenai objek sikap, sehingga komponen kognitif menjadi luas. Hal ini akhirnya diharapkan akan merangsang komponen afektif dan komponen tingkah lakunya.

2. Dengan cara mengadakan kontak langsung dengan objek sikap. Cara ini paling sedikit akan merangsang orang yang bersikap anti untuk berfikir lebih jauh tentang objek sikap yang tidak mereka senangi.


(24)

3. Dengan memaksa orang menampilkan tingkah laku baru yang tidak konsisten dengan sikap yang sudah ada.

2.3 Informasi

Informasi adalah segala sesuatu yang di kenal oleh seseorang. Informasi

dapat di peroleh secara langsung dengan jalan pengindraan terhadap objek – objek dan peristiwa – peristiwa. Informasi juga dapat diperoleh secara verbal dengan jalan mendengarkan apa yang di katakan oleh orang lain dan dengan cara membaca.

Mass media merupakan salah satu sumber informasi bagi remaja. Yang

termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku – buku, komik,dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh negatif terhadap siswa. Sebagai contoh , siswa yang suka nonton film atau membaca cerita pergaulan bebas, percabulan, akan cenderung untuk berbuat seperti tokoh yang di kagumi dalam cerita itu, karena pengaruh jalan ceritanya.

Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa dengan teknologi yang canggih (VCD,Majalah,Internet). Remaja yang sedang dalam priode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.


(25)

Orang tua sendiri, baik karena ketidak tahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anaknya, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini (Sarwono, 1994).

2.4 Permasalahan perilaku seksual remaja

Menurut Zainun (2007) informasi masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan sejak dini, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain, sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru. Informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi, mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup megenai aktifitas seksual mereka sendiri.Hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat.

Perlakuan yang wajar, sesuai dengan jenis kelamin anak, sangat membantu anak dalam menemukan perasaan cinta, rasa memiliki, menjadi suami atau istri yang setia, dan menjaga keharmonisan keluarga dengan pasangannya di kemudian hari. Jika salah satu dari kedua orangtua menunjukkan sikap yang tidak seharusnya, hal ini akan membuat anak tidak memiliki landasan yang kuat untuk membina kehidupan keluarganya kelak .

Masalah didengar atau tidaknya penjelasan yang di berikan orangtua mengenai perbedaan fisik anggota tubuh antara laki – laki dan perempuan, ataupun asal muasal seorang bayi, merupakan hal yang kedua . Lebih penting dari


(26)

semua itu adalah kemantapan pikiran dan perasaan si anak terhadap sesuatu yang dialami dalam kehidupan keluarganya. Dengan adanya kemantapan ini, keterangan – keterangan seputar seks yang di perolehnya dari luar melalui film – film porno, perbincangan dengan teman- temannya, atau dari manapun asalnya, tidak akan mampu mengubah pandanganya terhadap masalah seks itu sendiri. Kalaupun ada tidak akan banyak pengaruh yang di timbulkanya.

( Dianawati,2003)

2.5 Seks Bebas

Seks bebas adalah hubungan intim yang di lakukan dengan lawan jenis dan di lakukan sebelum menikah. Dari penelitian di sebagian kota besar di Indonesia sekitar 20-30% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks dan perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak jenjang perkawinan.Pakar seks mengungkapkan, dari tahun ke tahun remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Menurut Dr. Boyke dari sekitar 5% pada tahun 1980an, menjadi 20% pada tahun 2000. Dari pengamatan yang di lakukan pasien yang datang ke klinik pasutri tercatat 10% remaja pernah melakukan hubungan seksual pra nikah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh PKBI Yogyakarta di tiga propinsi terpisah menunjukan bahwa 18,2% remaja telah melakukan hubungan seksual aktif, yang dimulai pada rentang usia 15-18 tahun. Hanya 19% remaja aktif seksual yang memiliki satu pasangan, sedangkan sisanya lebih dari satu pasangan. Remaja yang tidak seksual aktif 47% nya sering melakukan masturbasi dan 20%


(27)

berpacaran dengan melakukan petting. Dengan penelitian yang sama terungkap bahwa remaja perempuan mengalami tekanan budaya terbesar sebagai akibat dari perilaku seksnya. Perempuan mengambil tanggung jawab terbesar dalam kehamilan, kontrasepsi, palayanan, dll (CH.Wahyuhrini,2000).

Hasil penelitian PKBI Yogyakarta memperlihatkan perilaku seksual remaja,mencakup kegiatan mulai dari berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, mecking, petting, sampai dengan hubungan seksual dengan banyak orang.

Penelitian sahabat remaja tentang perilaku seksual di empat kota menunjukan 3,6% remaja di kota Surabaya, serta 31,7% remaja di kota Kupang telah terlibat hubungan seks secara aktif. Penelitian yang pernah dilakukan pusat penelitian kependudukan UGM menemukan 33,5% responden laki-laki, di kota Bali pernah berhubungan seks, sedangkan di desa Bali sebanyak 23,6% laki-laki. Di Yogyakarta kota sebanyak 15,5% sedangkan di desa 0,5% (Pusat Study Seksulitas, PKBI, 2004)

2.5.1. Bentuk – bentuk dari perilaku seks bebas

Menurut Sofyan berbagai bentuk perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk di lakukan karena dianggap tidak wajar, antara lain dikenal sebagai:

a. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi

terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang sering kali menimbulkan gejolak pribadi dan emosi.


(28)

b. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan, sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.

c. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang

pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk menghentikan dorongan tersebut, kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.

2.5.2 Pendidikan seks bagi remaja

Dengan melihat begitu besar perhatian seseorang terhadap kebutuhan seksual, berarti masyarakat sudah mulai sadar arti pentingnya mendapatkan pengetahuan seks secara jelas dan terbuka. Jadi, sebetulnya pendidikan seks ini tidak terbatas jangkauannya, dari usia anak-anak, remaja, sampai orang tua. Anggapan sebagian orangtua bahwa membicarakan masalah seks adalah sesuatu yang tabu sebaiknya dihilangkan. Anggapan seperti inilah yang menghambat penyampaian pengetahuan seks yang seharusnya sudah dapat dimulai dari segala usia. Di samping “tabu” kemungkinan besar orangtua merasa khawatir jika mengetahui lebih banyak masalah seksualitas, anak akan semakin meningkatkan rasa penasaran dan keberaniannya untuk memperaktekkan seks tersebut. Jika para orangtua dapat secara aktif dan bijaksana menyikapi permasalahan yang dialami oleh anak-anak dan lingkungan sekitarnya terhadap masalah seks ini, arti seks itu sendiri akan berubah menjadi sangat indah dan berarti bagi kelangsungan hidup manusia.


(29)

Pada usia remaja, seorang anak belum dapat bertanggungjawab sepenuhnya. Ketidak jelasan pendidikan seks dari orangtua akan menimbulkan berbagai masalah yang mengacu pada gangguan seksual ketika memasuki kehidupan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya. Memberikan pendidikan seks pada remaja, maksudnya membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia. Selain itu, harus memasukkan ajaran agama dan norma- norma yang berlaku. Lebih baik pendidikan seks itu diketahui dari orangtua, dari pada anak mendapatkannya dari pendapat atau khayalan sendiri, teman, buku-buku, ataupun film-film porno yang kini dijual bebas. Dari khayalan itu mereka dapat saja menyalah gunakan arti dan fungsi organ seksualnya, sehingga akan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kehamilan diluar nikah, aborsi, berbagai penyakit kelamin, atau kelainan seksual (Dianawati, 2006)

Pada saat sekarang ini peneliti sendiri menggamati ada beberapa faktor yang mendukung terjadinya seks bebas tersebut. Bebasnya penjualan VCD porno tanpa membatasi usia yang membelinya, di tambah lagi bebasnya menggunakan internet dan dari internet setiap orang bisa memperoleh informasi apa saja yang di butuhkannya. Informasi sangat berpengaruh dalam mengetahui bagaimana perilaku remaja terhadap seks bebas, dan berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.Bagaimana sikap remaja dalam memberi tanggapan tentang seks bebas apakah setuju atau tidak setuju dengan seks bebas.

Pendidikan seks yang hanya berupa larangan atau berupa kata-kata “tidak boleh” tanpa adanya penjelasan lebih lanjut adalah sangat tidak efektif, karena


(30)

pendidikan seperti ini tidak cukup untuk mempersiapkan remaja dalam menghadapi kehidupannya yang semakin sulit. Dengan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak, beban masalah yang dirasakan si anak semakin berkurang. Dengan demikian, para remaja akan lebih menghargai dan mengetahui hubungan seksual yang sebenarnya bersama seseorang yang di cintainya bila tiba saatnya nanti (Dianawati ,2006 ).

2.5.4 Dampak buruk perilaku pre marital seksual . 1. Kehamilan Remaja

Menurut Sofyan kasus remaja yang hamil diluar nikah dapat menimbulkan dampak psikososial antara lain ketegangan mental, dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah. Belum lagi tekanan dari masyarakat mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko lain adalah tergangungnya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi, disamping itu tingkat putus sekolah juga sangat tinggi, hal ini di sebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid hamil diluar nikah.

Konsekuensi kehamilan remaja adalah pernikahan remaja dan pengguguran kandungan. Dari hasil peneletian PKBI beberapa waktu lalu menunjukkan di Medan, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali dan Manado, angka kehamilan sebelum nikah pada remaja dan yang mencari pertolongan untuk di gugurkan menigkat dari tahun ketahun. Sebuah perkiraan yang dibuat sebelum


(31)

harian menunjukkan, setiap tahun, satu juta perempuan indonesia melakukan penguguran, dan 50% berstatus belum menikah 10 – 15% diantaranya remaja .

2. Penyakit menular seksual ( PMS)

Jumlah penderita penyakit menular seksual (PMS), semakin meningkat tajam. Bila dilihat dari kelompok usianya, PMS banyak diderita para remaja, orang dewasa (laki laki atau perempuan ) yang sudah mengenal kegiatan seksual. PMS dapat pula di kelompokkan penyakit kelamin yang disebabkan oleh peradangan bakteri misalnya : Gonorhoe, Klamidia, kemudian yang ditimbulkan jamur contoh : kandiasis serta Trichomoniasis yang di sebabkan parasit, sedangkan HIV disebabkan oleh virus (Yuliastuti, 2005 ).

Setiap tahun, tiga juta orang di laporkan terjangkit penyakit menular yang melemahkan system kekebalan tubuh ini di berbagai belahan dunia .

1. UNAIDS (program bersama PBB untuk penanggulangan HIV/AIDS)

mencatat, hingga akhir 2003, jumlah penderita HIV/ AIDS berusia dewasa dan anak – anak diseluruh dunia mencapai sedikitnya 38 juta orang . Jumlah penderita yang meniggal selama 2003 tercatat 2,9 juta orang sekitar 490 ribu diantaranya adalah anak – anak berusia dari 15 tahun .

2. Nyaris tidak ada satu pun kawasan dan negara di muka bumi yang

terbebas dari ancaman HIV/AIDS, dengan berbagai implikasinya, termasuk Indonesia.


(32)

Tingginya kasus HIV/ AIDS, khsusunya pada kelompok umur remaja adalah satu penyebabkan akibat pergaulan bebas. Hasil peneletian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10 – 31 remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual. Di kota Denpasar dari 633 pelajar SLTA yang baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual, mereka terdiri atas putra 27 % dan putri 18 % . Dari statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tahan tubuh usia remaja .

Berdasarkan data HIV/AIDS di Bali hingga februari 2005 tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif, penderita tersebut terdiri atas usia 5- 14 tahun satu orang, usia 15 – 19 tahun 21 orang, usia 20 – 29 tahun 352 orang, usia 30 -39 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang .

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami penderitaan kehilangan harga diri (82 %), berteriak – teriak histeris ( 51%), mimpi buruk berkali kali mengenai bayi (28%), terjerat obat – obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan seksual (59%).\

3. Aborsi

Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin

dengan sengaja sebelum waktunya ( sebelum dapat lahir secara alamiah). Kehamilan yang tidak di inginkan pada remaja sering kali berakhir dengan aborsi. Banyak survey yang telah di lakukan di negara – negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60 % kehamilan pada wanita di bawah usia 20 tahun


(33)

adalah kehamilan yang tidak di inginkan atau salah waktu (mistimed). Pada akhir tahun 1980 – an di Kanada, Inggris, Selandia Baru dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50 % lebih dari semua aborsi terjadi pada wanita di bawah usia 25 tahun (Wimpie Pangkahila,2007). Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan, pada tahun 1997 dari 1.563 perempuan usia subur, terdapat 50,9% melakukan aborsi secara sengaja pada usia 15-19 tahun, sekitar 11,9% melakukannya dengan cara tradisional ataupun medis.Cara tradisional yang digunakan untuk aborsi adalah meminum jamu atau ramuan tradisional, jumlah pelakunya sekitar 27,5% ( Dianawati, 2006).

Informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan, aborsi beresiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikololgis .

Dalam buku “ Fascts OF Life “ yang ditulis oleh Brian Clowes Phd : resiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan di hadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah:

a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat .

b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan d. Rahim yang sobek (Uterine Proforation).

e. Kerusakan leher rahim (Cervical Laceretions) yang akan menyebabkan

cacat pada anak berikutnya .

f. Kanker payudara (karena ketidakseimbagan hormon esterogen wanita)


(34)

h. Kanker leher rahim ( Cervical Cancer ) i. Kanker hati ( Liver cancer )

j. Kelainan pada placenta / ari – ari (Placenta Previa ) yan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya .

k. Menjadi mandul / tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic/

Progarancy).

l. Infeksi rongga panggul ( Pelvic Inflamator Disease ) m. Infeksi pada lapisan rahim ( Endometriosis)

Proses aborsi bukan saja suatu proses yan memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita . Gejala ini di kenal dalam dunia psikologis sebagai “Post Abortion Syndrome “ (Sindrom paksa – aborsi ) atau PAS. Gejala – gejala ini di catat dalam “Psychological reactions reported after Abortion” di dalam penerbit The Post Abortion Review.

Oleh sebab itu yang sangat penting untuk di perhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus darin orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti cara menyampaikan jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menaggung segala resikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.


(35)

Menurut Sabirin, masyarakat (orang tua ) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan pengarahan seks kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal seks tersebut.

Adapun penjelasan dari tinjauan pustaka di atas adalah bagian yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kebebasan pergaulan antara pria dan wanita pada saat sekarang ini juga mendukung terjadinya seks bebas, dimana karena kebebasan tersebut menambah rasa penasaran remaja tentang seks itu sendiri. Maka melalui penelitian ini peneliti ingin membuktikan apakah hal yang di sebutkan di atas ada hubungan dengan masalah seks bebas tersebut.


(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka penelitian

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep – konsep yang diamati melalui penelitian yang akan di lakukan. Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini dapat di lihat dalam bagan di bawah ini :

Bagan 3.1.

Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Defenisi operasional

3.2.1 Pengetahuan adalah tingkat pemahaman remaja tentang seks bebas dengan kategori sebagai berikut : (Arikunto, 2003 )

a. Baik apabila responden menjawab 75-100% atau mampu menjawab kuesioner 10-12 pertanyaan dengan jawaban yang benar

b. Cukup apabila responden menjawab 56-75% atau mampu menjawab keusioner 6-9 pertanyaan dengan jawaban yang benar

c. Kurang apabila responden menjawab <56% atau menjawab <dari 5 dengan jawaban yang benar

Seks Bebas

- Pengetahuan

- Sikap


(37)

3.2.2 Sikap adalah tanggapan responden terhadap seks bebas. Yang diukur berdasarkan jawaban positif atau negatif. Dengan kategori sebagai berikut : (Hidayat, 2007)

a. Baik apabila responden menjawab 75-100% atau mampu menjawab questioner 10-12 pertanyaan dengan jawaban yang benar

b. Cukup apabila responden menjawab 56-75% atau mampu menjawab qeustioner 6-9 pertanyaan dengan jawaban yang benar

c. Kurang apabila responden menjawab <56% atau menjawab <dari 5 dengan jawaban yang benar

3.2.3 Informasi adalah sesuatu hal yang dapat di peroleh secara langsung dengan jalan pengindraan terhadap objek – objek dan peristiwa – peristiwa dan yang berhubungan dengan pengetahuan, pemikiran dan wawasan remaja tentang seks bebas yang diterima responden melalui:

a. Orang tua

b. Guru

c. Media massa


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana tujuan utama adalah untuk mendapatkan gambaran pengetahuan, sikap dan informasi yang diperoleh remaja tentang perilaku seks bebas.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian dalam penelitian ini populasi yang di gunakan adalah siswa SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan Kelas II TA 2007/2008 sebanyak 120 orang.

4.2.2 Sampel

Besarnya sample yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara

 

2

1 N d

N n

  Ket :

N = Besar populasi n = Besar Sampel

d2 = Tingkat kepercayaan (ketetapan yang diinginkan) (0,05)


(39)

40 3025 , 0 120 ) 0025 , 0 ( 121 120 ) 0025 , 0 ( 120 1 120 ) 05 , 0 ( 120 1 120 2        n n n n n

Jadi jumlah sampel adalah 40 orang. Jumlah sampel ini diambil dengan cara sampling sistematis yaitu terlebih dahulu daftar absensi seluruh kelas II diurutkan kemudian diambil nomor absensi yang ganjil dan hasilnya menjadi sampel dalam penelitian ini.

4.3 Lokasi Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian ini di SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan, dengan pertimbangan bahwa belum pernah ada yang melakukan penelitian tentang seks bebas disekolah tersebut.

4.4 Pertimbangan Etik

Peneliti mendapat rekomendasi dari ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan memperoleh izin dari Kepala Sekolah SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan dalam melakukan penelitian ini.Kuesioner yang di gunakan oleh peneliti diberikan kepada responden dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi lembar persetujuan penelitian. Tujuannya agar rensponden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengolahan data. Kerahasiaan


(40)

nama responden sangat di perhatikan dengan tidak mencantumkan nama (anonymity ) pada lembar kuesioner dan hanya peneliti yang mempunyai akses langsung kepada pengumpulan data .

4.5. Instrumen Penelitian .

Peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep ataupun variable pada penelitian. Data mengenai pengetahuan remaja dinilai dengan menggunakan skala Guttman dengan cara memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan: ya dan tidak, benar dan salah. Instrumen dibuat checklist dengan interpretasi penilaian, yaitu apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0. Untuk sikap dengan menggunakan skala Likert dengan cara menetapkan skor jawaban terhadap tiap – tiap item. Skor untuk pernyatan positif adalah sangat setuju = 4, setuju =3, tidak setuju =2 , sangat tidak setuju = 1. Dan skor untuk pernyataan negatif adalah sangat setuju = 1, setuju = 2, tidak setuju =3 sangat tidak setuju = 4.

4.6. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang di butuhkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner .

Beberapa prosedur yang di lakukan dalam pengumpulan data yaitu :

1. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada kepala SMU Budi Satrya


(41)

2. Setelah mendapat izin dari kepala sekolah SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan

3. Peneliti memberikan penjelasan yang dilakukan, dan menanyakan kepada

responden bersedia.

4. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar

persetujuan .

5. Responden di beri waktu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan

peneliti dalam kuesioner .

6. Pengolahan / analisa data di lakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul.

4.7. Analisa Data

Menurut Hidayat 2007, data yang terkumpul dapat diolah secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penataan data mentah

2. Proses editing

Dilakukan pengecekan kelengkapan data-data yang terkumpul. Bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki.

3. Proses Coding


(42)

4 Analisa Data

Di lakukan secara deskriptif, kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputerisasi kemudian membuat distribusi frekwensi sederhana.


(43)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil

Penelitian ini dilakukan di SMU Budi Satrya Bandar Selamat khususnya siswa klas II pada tanggal 21-23 April tahun 2008 pada 40 responden. Penelitian ini di lakukan dengan bantuan guru dan kepala sekolah, kuesioner diberikan kepada responden setelah selesai jam belajar. Karena keterbatasan waktu dan ilmu yang di miliki oleh penulis maka tehnik analisa yang di gunakan dalam penelitian ini hanya bersifat deskriptif. Hasil penelitan ini di tampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

5.1.1 Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas.

Tabel 5.1

Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan TA 2007/2008

Kategori Frekuensi Persen (%)

Baik 37 92.5

Cukup 3 7.5

Kurang 0 0

Total 40 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa responden yang mempunyai pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 37 orang ( 92,5 % ), dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori kurang.


(44)

5.1.2 Sikap Remaja Tentang Seks Bebas

Tabel 5.2

Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seks Bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan TA 2007/2008

Kategori Frekuensi Persen (%)

Negatif 21 52.5

Positif 19 47.5

Total 40 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa responden yang mempunyai sikap dengan kategori sikap negatif sebanyak 21 orang ( 52,5 % ), dan responden yang memiliki sikap dengan kategori sikap positif sebanyak 19 orang ( 47.5 % ).


(45)

5.1.3 Informasi Remaja Tentang Seks Bebas

Tabel 5.3

Distribusi Informasi yang Diperoleh Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan Tahun 2008

Informasi Yang

Diperoleh Frekuensi

Persentase %

Orang Tua 4 10

Sekolah 6 15

Media Massa 20 50

Teman dan lain-lain 10 25

Total 40 100

Berdasarkan tabel 5.3 di ketahui bahwa responden memperoleh informasi matyoritas dari media massa yaitu sebanyak 20 orang ( 50 % ), dan minoritas siswa memperoleh informasi dari orang tua sebanyak 4 orang ( 10 % ).


(46)

5.2PEMBAHASAN

5.2.1 Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas

Dari hasil penelitian yang tedapat pada tabel 5.1 yaitu pengetahuan remaja tentang seks bebas di ketahui sebanyak 37 orang (92.5%) memiliki pengetahuan dengan kategori baik.

Menurut Zainun ( 2002 ) sebagian besar remaja tidak mengetahui dampak dari perilaku seks bebas, yang menyebabkan meningkatnya perilaku seks bebas. Hal ini berarti bahwa pengetahuan siswa yang baik tentang seks bebas dan dampaknya akan memperkecil perilaku seks bebas, karena perilaku seks bebas sangat di penggaruhi oleh ketidak tahuan remaja dan apa sebenarnya dampak bila remaja tersebut melakukan seks bebas.

Menurut Dianawati ( 2006 ) remaja melakukan hubungan seks di luar nikah akibat tekanan yang datang dari teman sepergaulan (peer group), tekanan dari pacar, rasa penasaran dan pelampiasan diri. Dengan demikian dapat di artikan bahwa ada beberapa faktor yang mendukung perilaku seks bebas, dan faktor - faktor tersebut berbeda untuk setiap orang. Seperti yang terdapat dari hasil penelitian ini terlihat bahwa pengetahuan siswa SMU Budi Satrya Bandar Selamat dalam kategori baik (92.5%). Dan hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Zainun ( 2002 ), dimana remaja sudah banyak tahu seks bebas beserta dampaknya. Namun ini tidak menjamin siswa untuk tidak berperilaku seks bebas.

Penelitian Dianawati (2006 ) sejalan dengan hasil penelitian ini, yang menyatakan bahwa ada atau tidaknya pengetahuan remaja tentang seks bebas bukan menjadi alasan remaja untuk melakukan hubungan seks di luar nikah.


(47)

Tetapi remaja berperilaku seks bebas mempunyai alasannya masing-masing dan tiap-tiap orang mempunyai alasan yang berbeda.

5.2.2 Sikap Remaja Tentang Seks Bebas

Dari hasil penelitian sikap remaja terhadap perilaku seks bebas pada tabel 5.2 juga diperoleh bahwa responden mempunyai sikap negatif tentang perilaku seks bebas yaitu sebanyak 21 orang (52.5%), di bandingkan sikap positif tentang perilaku seks bebas yaitu sebanyak 19 orang (47.5%). Sikap yang negatif maksudnya disini adalah bila responden menjawab pertanyaan yang benar < 6, sedangkan yang di maksud sikap positif bila responden menjawab pertanyaan yang benar > 6.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005) bahwa sikap seseorang sangat mempengaruhi perilakunya. Ini berarti bagaimana seseorang itu bersikap dapat mencerminkan bagaimana dia akan berperilaku, artinya jika sikap seseorang negative akan mengahasilkan prilaku yang negative pula demikian sebaliknya. Sedangkan menurut pengamatan peneliti siswa SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan tidak menunjukkan prilaku seks bebas yang menonjol maka dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya sikap yang negative akan mempengaruhi perilaku yang negative, seperti apa yang dikatakan oleh Green diatas.

Menurut Slameto (2003) Rumusan sikap mengandung tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap tehadap objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek


(48)

yang bernilai dalam pandangannya, dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa pengetahuan yang baik akan mempengaruhi sikap yang positif, tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang di jumpai bahwa pengetahuan yang baik sama sekali tidak mempengaruhi sikap yang baik pula, karena di jumpai pada penelitian ini justru sikap remaja SMU Budi Satrya terhadap seks bebas negatif.

Slameto (2003) juga mengatakan bahwa sikap terbentuk melalui berbagai macam cara antara lain melalui imitasi yaitu: peniruan yang dapat terjadi tanpa disengaja, dapat pula dengan sengaja. Hal tersebut sejalan dengan penelitian ini, kemungkinan sikap siswa yang negatif terhadap seks bebas dipengaruhi oleh informasi yang mereka dapatkan melalui media massa dan yang lainnya, lalu siswa terstimulasi untuk meniru adegan dari sumber informasi yang mereka lihat.

5.2.3 Informasi Remaja Tentang Seks Bebas

Dari hasil penelitian informasi yang di peroleh remaja terhadap perilaku seks bebas pada grafik 5.3 diperoleh bahwa responden sudah mendapatkan informasi mengenai seks bebas dari berbagai sumber. Media massa adalah salah satu sumber informasi yang terbanyak yang di peroleh siswa untuk mengetahui tentang informasi seks yaitu sebanyak 20 orang ( 50 % ) dan yang terendah siswa memperoleh informasi tentang seks dari orang tua yaitu sebanyak 4 orang ( 10 % ).


(49)

Menurut Green dalam Notoatmojo (2005) sarana ataupun fasilitas adalah merupakan faktor pemungkin yang memungkinkan adanya perilaku dan tindakan. Ini berarti sama halnya media massa hanya sebagai faktor pemungkin yang dapat meningkatkan perilaku seks bebas.

Menurut Sarwono ( 2003 ) kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa dengan teknologi yang canggih di tambah lagi remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang di lihat atau di dengar.

Hasil penelitian ini di dukung oleh teori yang di kemukakan Sarwono (2003), karena banyaknya sumber-sumber informasi yang di terima oleh remaja yang memaparkan tentang seks bebas mendorongnya untuk berprilaku seks bebas.

Menurut Slameto (2003) salah satu metode yang dipergunakan untuk mengubah sikap adalah dengan mengubah komponen kognitif dari sikap yang bersangkutan caranya dengan memberi informasi – informasi mengenai objek sikap sehingga komponen kognitif menjadi luas. Hal ini dapat di artikan bahwa pengetahuan siswa dapat menjadi lebih luas dengan memberikan informasi tentang seks bebas agar terhindar dari perilaku seks bebas. Pemberian informasi ini dapat melalui mass media, teman dan lain – lain seperti yang di dapatkan dari hasil penelitian ini.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat yang di kemukakan oleh Slameto (2003) bahwa mass media merupakan salah satu sumber informasi bagi remaja. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh negatif terhadap siswa.


(50)

Namun penulis menyadari bahwa ada beberapa kalemahan dalam penelitian ini, seperti dalam memperoleh data sikap siswa melalui angket/kuesioner. Kelemahan itu meliputi faktor responden yaitu mungkin adanya ketidak terbukaan dalam menjawab pertanyaan terhadap option yang diberikan sehingga belum memberikan gambaran yang sebenarnya dari responden, juga faktor dari peneliti sendiri yaitu kurangnya ilmu dan pengalaman yang dimiliki.

Walaupun peneliti ini telah memberikan informasi tentang pengetahuan , sikap dan informasi yang di peroleh remaja terhadap perilaku seks bebas di SMU Budi Satrya, namun tidak berarti hasil penelitian yang didapat berlaku konstan untuk semua subjek penelitian, karena ada faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi variable yang diteliti, artinya penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian siswa SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan Tahun 2008. Jadi belum tentu akan terdapat hasil yang sama jika dilakukan penelitian pada tempat yang sama sekalipun dengan variable yang sama, karena penelitian ini sifatnya deskriptif hanya memberikan gambaran tentang apa yang diteliti.

Dari penjelasan diatas dipaparkan bahwa seluruh indikator yaitu sikap, pengetahuan dan informasi yang di peroleh remaja terhadap perilaku seks bebas, didukung oleh penelitian para ahli, hal ini membuat hasil penelitian lebih kuat. Dan dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa dari ketiga indikator hanya indikator pengetahuan dan informasi yang mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap perilaku seks bebas.


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat di ambil kesimpulan bahwa di SMU Budi Satrya Bandar selamat :

6.1.1 Pengetahuan remaja tentang perilaku seks bebas di golongkan baik.

6.1.2 Pengetahuan remaja tentang dampak seks bebas digolongkan baik. Walaupun dampak dari perilaku seks bebas di ketahui oleh remaja, tetapi masih banyak terjadi kasus remaja yang berprilalaku seks bebas.

6.1.3 Sikap remaja pada perilaku seks bebas adalah negatif. Dengan demikian pengetahuan yang baik belum tentu menimbulkan sikap yang positif pada sesuatu hal yang dilakukan.

6.1.4 Sumber informasi yang diterima siswa cukup sangat berpengaruh terhadap tingginya perilaku seks bebas pada remaja.

6.1.5 Masih banyak siswa yang menerima informasi tentang seks dari media massa dan bukan dari orang tua sendiri.


(52)

6.2 SARAN

6.2.1 Bagi institusi SMU Budi Satrya khususnya kepada kepala sekolah dapat mengubah sikap siswa yang negatif terhadap prilaku seks bebas dengan menyediakan fasilitas konsultasi Young Center

6.2.2 Kepada remaja untuk bisa lebih memahami tentang pendidikan seks yang baik, sehingga dapat mendukung perilaku seksual yang baik juga.

6.2.3 Pada para orang tua kiranya dapat memberikan pendidikan seks sejak dini untuk mencegah terjadinya penyimpangan perilaku seks.

6.2.4 Bagi para mahasiswa D-IV Bidan Pendidik agar dapat mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama perkuliahan sehingga mampu menyampaikan informasi tentang perilaku seks bebas secara optimal.

6.2.7 Bagi institusi Program D-IV Bidan Pendidik bila diadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor apa yang mempenggaruhi remaja untuk berprilaku seks bebas, dengan desain penelitian deskriptif analitik.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arikonto,S (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Azwar,S.2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dianawati,A.2006. Pendidikan seks untuk remaja. Jakarta : kawan pustaka

Hidayat,A,A,A. 2007. Metode penelitian kebidanan dan tekhnik analisisi data. Jakarta: Salaemba Medika

Haris.F. 2001. dalam Fenomena Perilaku Seks Bebas di Indonesia

Machfoedz,I.2007. Tekhnik Membuat Alat Penelitian bidang kesehatan, keperawatan dan

kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Notoadmodjo,S.2005. metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta Notoadmodjo,S.2003. ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka cipta

Notoadmodjo,S.2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta PKBI,1999. Pusat study seksualitas. Yogyakarta

Sofyan,S.2007. Sex Education. Dalam http.//www.masdino wordpress.com/14 september 2007.15.30.htm.

Sarwono,S,W. 1994. Psikologi remaja. Edisi ke-5. Jakarta : Erlangga

Susatyo R.2001, waspadai seks bebas kalangan remaja. Dalam majalah Gemari. Jakarta Slameto. 2003. Belajar dan faktor – faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Wahyurini.CH. 2000. Seks Bebas . Jakarta: Rineka Cipta


(54)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Pengetahuan, Sikap dan Informasi yang diterima remaja terhadap perilaku seks bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan siswa SMU tentang kesehatan reproduksi remaja. Manfaat penelitian ini mungkin secara langsung tidak anda rasakan , tapi hasil penelitian ini nantinya akan bergunasebagai sumber data untuk meningkatkan status kesehatan reproduksi bagi remaja.

Kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini bersifat suka rela dan tidak mempengaruhi pendidikan yang sedang anda jalani. Diharapkan kesediaan anda untuk menjawab seluruh pertanyaan dengan jujur, informasi yang akan anda berikan dan semua data yang ada questioner dijaga kerahasiaannya oleh peneliti dan akan di musnahkan setelah data tersebut tidak di perlukan lagi.

Jika anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, maka silahkan anda menanda tanggani formulir persetujuan ini. Terima kasih atas kerja sama dan kepercayaan yang saudara berikan.

Medan, April 2008 Peneliti Responden

( Sartika br Manihuruk ) ( ) NIM 075102026


(55)

KUESIONAR PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS DI SMU BUDI SATRYA

BANDAR SELAMAT MEDAN A . Identitas Responden

Tanggal : Nomor Identifikasi :

B. Petunjuk :

-

Jumlah pertanyaan pada tiap bagian sebanyak 12 buah

-

Pertanyaan dan pilihan jawaban diberikan langsung pada responden

-

Dan setiap jawaban di beri tanda ceklist (√) sesuai pilihan jawaban C . Pengetahuan :

No Pertanyaan A B C

1. Apakah dampak yang di timbulkan dari hubungan seks bebas?

A. Terkena penyakit menular seksual. B. Putus sekolah

C. Putus hubungan dengan keluarga

2. Apakah yang di maksud dengan seks bebas?

A.Hubungan intim yang dilakukan dengan lawan jenis dan dilakukan sebelum menikah.

B. Hubungan intim yang dilakukan dengan lawan jenis dan dilakukan setelah menikah.

C. Hubungan intim yang dilakukan dengan orang yang tidak dicintai dan tidak adanya ikatan

3. Faktor apa yang membuat/mendorong remaja melakukan hubungan seks bebas?

A. Adanya rayuan dari pacar. B. Penasaran dan ingin mencoba.


(56)

4. Mengapa remaja perlu mendapatkan pendidikan seks? A. Untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah B. Untuk mengetahui anatomi reproduksi manusia.

C. Untuk memahami akibat seks bebas.

5. Apa yang akan terjadi bila remaja melakukan hubungan seks bebas?

A. Hamil / tidak hamil B. Merasa berdosa

C.Terkena penyakit menular seksual

6. Apa yang di maksud dengan penguguran kandungan? A. Melahirkan secara normal dan ditolong oleh dokter. B. Membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya. C. Membuang janin dengan sengaja setelah waktunya. 7. Apa dampak yang terjadi setelah melakukan penguguran

kandungan?

A. Tekena penyakit kandungan. B. Keadaan mental memburuk. C. Kematian mendadak.

8. Pernikahan dini, aborsi, penyakit menular seksual, sebagian dari akibat ?

A.Seks bebas

B.Hamil di luar nikah

C.Pacaran yang terlalu dalam

9. Yang termasuk faktor pendukung terjadinya seks bebas ? A.Informasi yang di peroleh.

B.Tekanan dalam rumah tangga C.Pendidikan yang rendah


(57)

10. Yang termasuk penyakit menular seksual adalah ? A. Shipilis

B. Tumor C. GO

11. Gatal, panas dan nyeri pada saat buang air kecil merupakan gejala-gejala penyakit?

A. Infeksi saluran reproduksi B. AIDS

C. Infeksi pada kelamin

12. Sebaiknya hubungan seks yang aman di lakukan dengan ? A.Satu pasangan saja

B.Bantuan alat kontrasepsi C.Seseorang yang dicintai saja

D. Sikap

NO Pertanyaan SS S TS STS

1. Anda tidak perlu mendapatkan pendidikan seks di sekolah.

2. Saat remaja berpacaran, berciuman beberapa kali merupakan hal yang wajar. 3. Apabila anda hamil di luar nikah, setujukah

anda melakukan aborsi. 4. Dalam berpacaran anda selayaknya

meminta bimbingan orang tua.

5. Semua orang termasuk anda sendiri wajar menginginkan hubungan seks.

6. Bila menolak hubungan seks pranikah anda akan dianggap remaja yang kurang

pergaulan


(58)

pranikah, sebaiknya dengan pasangan yang dicintai

8. Aborsi wajar saja di lakukan bila anda belum menikah.

9. Wajar saja dengan usia anda saat ini, bila anda menonton VCD porno.

10. Remaja yang mempunyai pengalaman seksual seperti menonton VCD porno akan lebih mudah melakukan hubungan seks pra nikah

11. Kurangnya pengawasan dari orang tua menyebabkan anda lebih mudah melakukan hubungan seks pra nikah

12. Dengan membaca buku pendidikan seks, akan menambah pengalaman anda dalam hal seks.

E. Informasi

NO Pernyataan YA Tidak

1. Orang tua sangat penting memberikan pendidikan tentang seks sejak dini!

2. Anda mendapatkan informasi tentang seks dari orang tua.


(59)

4. Apakah anda memperoleh penyuluhan tentang pendidikan seks dari petugas kesehatan yang datang ke sekolah anda ?

5. Apakah ada pelajaran di sekolah yang membuat anda tahu masalah seks ?

6. Apakah anda suka bertanya masalah seks kepada guru bimbingan anda ?

7. Apakah anda mendapat pendidikan seks dari guru?

8. Maraknya majalah dan VCD porno menyebabkan kamu lebih mudah melakukan hubungan seks pranikah

9. Anda sering mendapatkan informasi tentang seks dari teman-teman.

10. Dengan membuka situs porno di internet, maka pengalaman anda tentang seks bertambah?

11. Apakah wajar anda menonton VCD porno bila sudah memperoleh banyak informasi tentang seks?

12. Apakah banyak saudara yang melarang anda berpacaran dengan usia anda sekarang ?

13. Apakah remaja yang rajin mengikuti ibadah pasti tidak terjerumus dalam pergaulan sek bebas ?

14. Apakah anda mendapat informasi tentang seks dari pacar sendiri ?

15. Pertama kali anda mendapat informasi seks dengan bertanya pada saudara ?


(1)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Pengetahuan, Sikap dan Informasi yang diterima remaja terhadap perilaku seks bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan siswa SMU tentang kesehatan reproduksi remaja. Manfaat penelitian ini mungkin secara langsung tidak anda rasakan , tapi hasil penelitian ini nantinya akan bergunasebagai sumber data untuk meningkatkan status kesehatan reproduksi bagi remaja.

Kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini bersifat suka rela dan tidak mempengaruhi pendidikan yang sedang anda jalani. Diharapkan kesediaan anda untuk menjawab seluruh pertanyaan dengan jujur, informasi yang akan anda berikan dan semua data yang ada questioner dijaga kerahasiaannya oleh peneliti dan akan di musnahkan setelah data tersebut tidak di perlukan lagi.

Jika anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, maka silahkan anda menanda tanggani formulir persetujuan ini. Terima kasih atas kerja sama dan kepercayaan yang saudara berikan.

Medan, April 2008 Peneliti Responden

( Sartika br Manihuruk ) ( ) NIM 075102026


(2)

KUESIONAR PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS DI SMU BUDI SATRYA

BANDAR SELAMAT MEDAN A . Identitas Responden

Tanggal : Nomor Identifikasi :

B. Petunjuk :

-

Jumlah pertanyaan pada tiap bagian sebanyak 12 buah

-

Pertanyaan dan pilihan jawaban diberikan langsung pada responden

-

Dan setiap jawaban di beri tanda ceklist (√) sesuai pilihan jawaban C . Pengetahuan :

No Pertanyaan A B C

1. Apakah dampak yang di timbulkan dari hubungan seks bebas?

A. Terkena penyakit menular seksual. B. Putus sekolah

C. Putus hubungan dengan keluarga

2. Apakah yang di maksud dengan seks bebas?

A.Hubungan intim yang dilakukan dengan lawan jenis dan dilakukan sebelum menikah.

B. Hubungan intim yang dilakukan dengan lawan jenis dan dilakukan setelah menikah.

C. Hubungan intim yang dilakukan dengan orang yang tidak dicintai dan tidak adanya ikatan

3. Faktor apa yang membuat/mendorong remaja melakukan hubungan seks bebas?

A. Adanya rayuan dari pacar. B. Penasaran dan ingin mencoba.


(3)

4. Mengapa remaja perlu mendapatkan pendidikan seks? A. Untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah B. Untuk mengetahui anatomi reproduksi manusia.

C. Untuk memahami akibat seks bebas.

5. Apa yang akan terjadi bila remaja melakukan hubungan seks bebas?

A. Hamil / tidak hamil B. Merasa berdosa

C.Terkena penyakit menular seksual

6. Apa yang di maksud dengan penguguran kandungan? A. Melahirkan secara normal dan ditolong oleh dokter. B. Membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya. C. Membuang janin dengan sengaja setelah waktunya. 7. Apa dampak yang terjadi setelah melakukan penguguran

kandungan?

A. Tekena penyakit kandungan. B. Keadaan mental memburuk. C. Kematian mendadak.

8. Pernikahan dini, aborsi, penyakit menular seksual, sebagian dari akibat ?

A.Seks bebas

B.Hamil di luar nikah

C.Pacaran yang terlalu dalam

9. Yang termasuk faktor pendukung terjadinya seks bebas ? A.Informasi yang di peroleh.

B.Tekanan dalam rumah tangga C.Pendidikan yang rendah


(4)

10. Yang termasuk penyakit menular seksual adalah ? A. Shipilis

B. Tumor C. GO

11. Gatal, panas dan nyeri pada saat buang air kecil merupakan gejala-gejala penyakit?

A. Infeksi saluran reproduksi B. AIDS

C. Infeksi pada kelamin

12. Sebaiknya hubungan seks yang aman di lakukan dengan ? A.Satu pasangan saja

B.Bantuan alat kontrasepsi C.Seseorang yang dicintai saja

D. Sikap

NO Pertanyaan SS S TS STS

1. Anda tidak perlu mendapatkan pendidikan seks di sekolah.

2. Saat remaja berpacaran, berciuman beberapa kali merupakan hal yang wajar. 3. Apabila anda hamil di luar nikah, setujukah

anda melakukan aborsi. 4. Dalam berpacaran anda selayaknya

meminta bimbingan orang tua.

5. Semua orang termasuk anda sendiri wajar menginginkan hubungan seks.

6. Bila menolak hubungan seks pranikah anda akan dianggap remaja yang kurang

pergaulan


(5)

pranikah, sebaiknya dengan pasangan yang dicintai

8. Aborsi wajar saja di lakukan bila anda belum menikah.

9. Wajar saja dengan usia anda saat ini, bila anda menonton VCD porno.

10. Remaja yang mempunyai pengalaman seksual seperti menonton VCD porno akan lebih mudah melakukan hubungan seks pra nikah

11. Kurangnya pengawasan dari orang tua menyebabkan anda lebih mudah melakukan hubungan seks pra nikah

12. Dengan membaca buku pendidikan seks, akan menambah pengalaman anda dalam hal seks.

E. Informasi

NO Pernyataan YA Tidak

1. Orang tua sangat penting memberikan pendidikan tentang seks sejak dini!


(6)

4. Apakah anda memperoleh penyuluhan tentang pendidikan seks dari petugas kesehatan yang datang ke sekolah anda ?

5. Apakah ada pelajaran di sekolah yang membuat anda tahu masalah seks ?

6. Apakah anda suka bertanya masalah seks kepada guru bimbingan anda ?

7. Apakah anda mendapat pendidikan seks dari guru?

8. Maraknya majalah dan VCD porno menyebabkan kamu lebih mudah melakukan hubungan seks pranikah

9. Anda sering mendapatkan informasi tentang seks dari teman-teman.

10. Dengan membuka situs porno di internet, maka pengalaman anda tentang seks bertambah?

11. Apakah wajar anda menonton VCD porno bila sudah memperoleh banyak informasi tentang seks?

12. Apakah banyak saudara yang melarang anda berpacaran dengan usia anda sekarang ?

13. Apakah remaja yang rajin mengikuti ibadah pasti tidak terjerumus dalam pergaulan sek bebas ?

14. Apakah anda mendapat informasi tentang seks dari pacar sendiri ?

15. Pertama kali anda mendapat informasi seks dengan bertanya pada saudara ?