Fisiologi Stres Efek Simpatis

2.1.4. Fisiologi Stres

Ketika tubuh terpapar dengan suatu keadaan yang dianggap mengancam stresor oleh korteks serebri, maka akan terjadi suatu respon stres untuk menghadapinya. Respon stres berupa respon saraf dan hormon yang melakukan tindakan-tindakan pertahanan terhadap kondisi yang mengancam tersebut. Respon stres tersebut berkaitan erat dengan dua sistem pada tubuh yaitu sympathetic- adrenomedullary SAM system dan hypothalamic-pituitary-adrenocortical HPA axis yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh Taylor, 2009; Sherwood, 2011. Respon yang paling awal adalah peningkatan aktivitas SAM atau respon fight or flight. Peningkatan aktivitas simpatis ini akan menstimulasi bagian medula kelenjar adrenal sehingga terjadi pelepasan katekolamin seperti epinefrin dan norepinefrin. Peningkatan aktivitas simpatis ini pada akhirnya dapat memicu peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, peningkatan saliva, konstriksi pembuluh darah perifer, dan sebagainya Taylor, 2009. Paparan suatu stresor tidak hanya meningkatkan SAM tetapi juga mengaktivasi HPA axis. Hipotalamus akan mengeluarkan corticotropin releasing factor CRF. CRF akan menstimulasi kelenjar pituitari untuk mengeluarkan adrenocorticotropic hormone ACTH. Pengeluaran ACTH akan memicu korteks kelenjar adrenal untuk mengeluarkan glukokortikoid terutama kortisol. Kortisol berperan dalam konversi simpanan karbohidrat dan menurunkan inflamasi ketika ada perlukaan. Kortisol juga membantu tubuh untuk mempertahankan diri saat terjadi stres Taylor, 2009. ACTH juga berperan untuk menahan stres dengan cara mempermudah proses belajar tubuh tentang suatu stresor dan membantu tubuh mempelajari perilaku yang sesuai. ACTH akan mempermudah tubuh menghadapi stresor yang sama pada masa yang akan datang Sherwood, 2011. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2. Skema Fisiologi Stres Pinel, 2009

2.1.5. Efek Simpatis

Guyton 2006 menuliskan bahwa sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang mengatur kebanyakan fungsi viseral tubuh. Serabut sistem saraf simpatis dimulai dari medulla spinalis diantara segmen T-1 dan L-2. Serabut ini berjalan sampai ke jaringan dan organ yang dirangsang oleh saraf simpatis. Sifat saraf simpatis yang menonjol yaitu kecepatan dan intensitasnya yang dapat mengubah fungsi viseral dalam waktu singkat. Contohnya, dapat meningkatkan denyut jantung sebesar dua kali lipat dalam waktu tiga sampai dengan lima detik. Sistem saraf simpatis juga memiliki sifat khusus pada serabut- serabut saraf yang berada dalam medula adrenal. Serabut-serabut saraf ini langsung berakhir pada sel-sel neuron khusus yang mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin ke dalam sirkulasi darah Guyton, 2006. STRESOR OTAK SAM SISTEM SARAF SIMPATIS HPA axis KORTEKS ADRENAL MEDULA ADRENAL GLUKO - KORTIKOID NOREPINEFRIN DAN EPINEFRIN Universitas Sumatera Utara STRES SYMPHATHETIC NERVOUS SYSTEM SAM PITUITARY GLAND MEDULA ADRENAL KORTEX ADRENAL PENGELUARAN KATEKOLAMIN EPINEFRIN DAN NOREPINEFRIN -Peningkatan denyut jantung dan dilatasi kapiler jantung; -Peningkatan tekanan darah karena vasokonstriksi -Frekuensi pernapasan meningkat -Pencernaan melambat -Pupil dilatasi PENGELUARAN KORTIKOSTREROID -Peningkatan mobilisasi protein dan lemak -Peningkatan akses ke simpanan energi -Penghambatan pembentukan antibodi dan inflamasi -pengaturan retensi sodium Sistem saraf simpatis umumnya teraktivasi pada keadaan-keadaan yang mengancam atau stres berat, misalnya adanya ancaman lingkungan terhadap fisik Sherwood, 2011. Rangsangan simpatis dapat timbul bila hipotalamus diaktivasi oleh rasa cemas, takut, atau merasakan nyeri yang berat. Dengan kata lain rangsangan simpatis dapat timbul jika terjadi respon stres. Baik stres fisik maupun stres mental dapat meningkatkan rangsangan simpatis Guyton, 2006. Gambar 2.3. Aktivitas Kelenjar Adrenal sebagai Respon Terhadap Stres Taylor, 2009 Universitas Sumatera Utara Perangsangan serabut simpatis pada berbagai organ tubuh akan menimbulkan suatu efek. Efek yang diperoleh organ tubuh tersebut ditimbulkan secara langsung oleh perangsangan ujung serabut saraf simpatis dan secara tidak langsung oleh perangsangan hormon-hormon medula adrenal: epinefrin dan norepinefrin. Salah satu organ yang dapat dikenai efek perangsangan serabut simpatis dan hormon medula adrenal adalah jantung. Perangsangan simpatis pada umumnya akan meningkatkan kerja jantung. Keadaan ini tercapai dengan naiknya frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Perangsangan serabut simpatis akan meningkatkan keefektifan jantung sebagai pompa, yang diperlukan saat bekerja berat. Perangsangan epinefrin akan meningkatkan curah jantung Guyton, 2006.

2.2. Denyut Jantung