Hubungan Paparan Stresor Akut Cold Pressor Test dengan Frekuensi Napas pada Mahasiswa Semester tiga Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

(1)

HUBUNGAN PAPARAN STRESOR AKUT

COLD PRESSOR TEST

DENGAN FREKUENSI NAPAS

OLEH :

GURPREET DHILLON

090100208

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

HUBUNGAN PAPARAN STRESOR AKUT

COLD PRESSOR TEST

DENGAN FREKUENSI NAPAS

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH :

GURPREET DHILLON

090100208

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Hasil Akhir Penelitian dengan Judul :

Hubungan Paparan Stresor Akut Cold Pressor Test Dengan Frekuensi Napas Pada Mahasiswa Semester Tiga Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Tahun 2012 Yang dipersiapkan oleh :

GURPREET DHILLON 090100208

Hasil akhir penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk seminar hasil aporan karya tulis ilmiah

Medan, 06 Desember 2012 Disetujui, Dosen Pembimbing

(dr. Eka Roina Megawati, M.Kes) NIP. 19781223 200312 2 002


(4)

ABSTRAK

Frekuensi pernapasan adalah jumlah udara yang keluar dan masuk ke paru-paru setiap kali bernapas, yang dipengaruhi oleh sistem saraf otonom simpatis maupun parasimpatis. Cold pressor test merupakan stresor yang mengaktivasi saraf simpatis. Pada saat cold pressor test diberikan pada seseorang, terjadi aktivasi saraf otonom simpatis, sehingga frekuensi napas seseorang menjadi meningkat.

Tujuan penelitian ini membandingkan perbedaan perubahan frekuensi napas sebelum dan setelah dilakukan cold pressor test. Penelitian ini dilakukan dengan metode quasy experimental atau eksperimental semu dengan Rancangan Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding (Control Time Series Design). Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 26 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria ekslusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Pengolahan data menggunakan SPSS.

Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p frekuensi napas sebelum dan sesudah diberikan cold pressor test adalah 0,044 (p<0,05).

Kesimpulan dari hasil penelitian dengan menggunaka Uji T dependen, didapati adanya perbedaan frekuensi napas yang bermakna antara sebelum dan setelah diberikan cold pressor test.


(5)

ABSTRACT

Respiratory rate is the amount of air in and out of the lungs every breath, which is influenced by the autonomic nervous system, sympathetic and parasympathetic. Cold pressor test is a stressor that activates the sympathetic nerves. At the cold pressor test is given to a person, there is an activation of the sympathetic autonomic nerves, so that one's respiratory rate increases.

The purpose of this study is to compare the differences of changes in the respiratory rate before and after the cold pressor test. The research was done by the quasy experimental method or quasi-experimental design with Time Series with Comparison Group (Control Time Series Design). The number of samples in this study were about 26 people who met the inclusion criteria and had no exclusion criteria. The sampling technique that is used was the stratified random sampling. Processing the data is using SPSS.

From the research, it was found that the respiratory rate p values before and after the cold pressor test was given is 0.044 (p <0.05).

The conclusions from the study with the instruction in Test T dependent, there is a significant difference in respiratory rate between before and after being given the cold pressor test.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Hubungan Paparan Stresor Akut Cold Pressor Test dengan Frekuensi Napas pada Mahasiswa Semester tiga Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012. Dalam penyelesaian penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini, tentu saja penulis mendapat kesulitan dan hambatan, namun atas bantuan dan dukungan berbagai pihak penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai tepat pada waktunya.. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terimakasih kepada:

1. Kepada Prof. Dr. Gontar alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku

dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. Kepada dosen pembimbing penulisan penelitian ini, dr. Eka Roina Megawati, M.Kes yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, terutama kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical Education Unit (MEU)

4. Orangtua penulis dr. Surjit Singh Sp.F dan Baljit sidhu. Terimakasih tiada tara peneliti persembahkan untuk doa, kasih sayang, dan dukungan moril maupun materil.

5. Kakak penulis Sylvia Sarah yang memberikan dukungan yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

6. Teman teman seperjuangan penulis Halpy Karlin dan Frendina

Napitupulu selaku kelompok sesama bimbingan yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan proposal ini.


(7)

7. Para sahabat penulis (Afdevia Primasari, dan Jenny Chandra) yang telah memberikan bantuan berupa saran, kritik dan motivasi selama penyusunan karya tulis ilmiah

8. Semua pihak baik lansung maupun tidak langsung yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan.

Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini nantinya berguna bagi masyarakat dan khususnya bagi penulis sendiri

Medan, 8 Januari 2013 Penulis

Gurpreet Dhillon (090100208)


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Stres ... 4

2.1.1. Pengertian Stres ... 4

2.1.2. Stresor ... 4

2.1.3. Hal yang Mempengaruhi Respon Stres ... 5

2.1.4. Tingkatan Respon Terhadap Stres ... 5

2.1.5. Respon Tubuh Terhadap Stres ... 6

2.2. Sistem Saraf Simpatis ... 9

2.3. Cold Pressor Test (CPT) ... 11

2.4. Sistem Pernapasan ... 11

2.4.1. Pengertian Pernapasan ... 11

2.4.2. Fungsi Pernapasan ... 13

2.4.3. Anatomi Paru ... 13

2.4.4. Fisiologi Pernapasan ... 13

2.5. Pengaruh Sistem Saraf Otonom Terhadap Frekuensi Napas ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 16

3.2. Variabel dan Defenisi Operasional ... 17

3.3. Hipotesis ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1. Jenis Penelitian ... 19

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel ... 19

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 21


(9)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

5.1. Hasil Penelitian ... 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 23

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... . 23

5.1.3. Distribusi Mahasiswa... . 23

5.1.4. Hasil Analisis Statistik... . 24

5.2. Pembahasan ... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

6.1. Kesimpulan ... 27

6.2. Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA... 28


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 23

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ... 24

Tabel 5.3. Nilai Rata-Rata Hasil Pengukuran Frekuensi Napas... 24


(11)

DAFTAR SINGKATAN

ACTH : adrenocorticotropic hormone

CPT : cold pressor test

CRF : corticotropin releasing factor

P : probabilitas


(12)

ABSTRAK

Frekuensi pernapasan adalah jumlah udara yang keluar dan masuk ke paru-paru setiap kali bernapas, yang dipengaruhi oleh sistem saraf otonom simpatis maupun parasimpatis. Cold pressor test merupakan stresor yang mengaktivasi saraf simpatis. Pada saat cold pressor test diberikan pada seseorang, terjadi aktivasi saraf otonom simpatis, sehingga frekuensi napas seseorang menjadi meningkat.

Tujuan penelitian ini membandingkan perbedaan perubahan frekuensi napas sebelum dan setelah dilakukan cold pressor test. Penelitian ini dilakukan dengan metode quasy experimental atau eksperimental semu dengan Rancangan Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding (Control Time Series Design). Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 26 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria ekslusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Pengolahan data menggunakan SPSS.

Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p frekuensi napas sebelum dan sesudah diberikan cold pressor test adalah 0,044 (p<0,05).

Kesimpulan dari hasil penelitian dengan menggunaka Uji T dependen, didapati adanya perbedaan frekuensi napas yang bermakna antara sebelum dan setelah diberikan cold pressor test.


(13)

ABSTRACT

Respiratory rate is the amount of air in and out of the lungs every breath, which is influenced by the autonomic nervous system, sympathetic and parasympathetic. Cold pressor test is a stressor that activates the sympathetic nerves. At the cold pressor test is given to a person, there is an activation of the sympathetic autonomic nerves, so that one's respiratory rate increases.

The purpose of this study is to compare the differences of changes in the respiratory rate before and after the cold pressor test. The research was done by the quasy experimental method or quasi-experimental design with Time Series with Comparison Group (Control Time Series Design). The number of samples in this study were about 26 people who met the inclusion criteria and had no exclusion criteria. The sampling technique that is used was the stratified random sampling. Processing the data is using SPSS.

From the research, it was found that the respiratory rate p values before and after the cold pressor test was given is 0.044 (p <0.05).

The conclusions from the study with the instruction in Test T dependent, there is a significant difference in respiratory rate between before and after being given the cold pressor test.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stres merupakan suatu respon nonspesifik tubuh terhadap setiap tekanan atau tuntutan yang mungkin muncul, baik dari kondisi menyenangkan maupun tidak menyenangkan (Sadock, 2003). Menurut Sarwono (2003), stres adalah kondisi kejiwaan ketika jiwa itu mendapat beban.

Mekanisme respon tubuh terhadap stres diawali dengan adanya rangsang yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh individu sendiri yang akan diteruskan pada sistem limbik sebagai pusat pengatur adaptasi. Sistem limbik meliputi thalamus, hipothalamus, amygdala, hipocampus dan septum. Sistem Limbik juga dapat mempengaruhi kerja dari sistem otonom. Hipothalamus memiliki efek yang sangat kuat pada hampir seluruh sistem viseral tubuh kita dikarenakan hampir semua bagian dari otak mempunyai hubungan dengannya. Oleh karena hubungan ini, maka hipothalamus dapat merespon rangsang psikologis dan emosional. Hipothalamus selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatik dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatik juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF, suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon.


(15)

Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai hormon utama stres akan meningkat jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan pada sistem homeostasis. Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan sistem saraf simpatik berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung, dan tekanan darah. Tiroksin selain meningkatkan Basal Metabolism Rate (BMR), juga menaikkan denyut jantung dan frekuensi napas (Nasution I.K., 2007)

Cold pressor test merupakan suatu tes yang dapat menyebabkan stres akut yang akan memicu peningkatan efek simpatis dalam tubuh seperti tekanan darah, denyut jantung, kadar gula darah, serta frekuensi pernapasan. Cold pressor test sering digunakan dalam penelitian-penelitian tentang kardiovaskuler dan stres. ( Schwabe et al, 2008; Masoli, 2010 ).

Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas disebut sebagai frekuensi pernapasan. Pada umumnya,frekuensi pernapasan manusia setiap menitnya sebanyak 15-18 kali. Cepat atau lambatnya frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya usia, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh, aktivitas, serta stres yang juga berperan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan.

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui apakah ada tidaknya pengaruh paparan stresor akut cold pressor test terhadap peningkatan frekuensi napas.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana hubungan Cold Pressor Test dengan frekuensi napas?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka dapat dirumuskan tujuan umum dan tujuan khusus penelitian sebagai berikut :


(16)

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh paparan stresor akut cold pressor test terhadap frekuensi napas.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. mengetahui karakteristik sampel penelitian

b. mengetahui distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia

c. mengetahui hubungan paparan stresor akut CPT terhadap frekuensi napas

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian maka disusun manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini akan menambah wawasan peneliti mengenai pengaruh paparan stresor akut cold pressor test terhadap peningkatan frekuensi napas. 2. Bagi Pembaca

Sebagai bahan masukan dan pengetahuan bagi pembaca terhadap pengaruh paparan stresor akut cold pressor test terhadap peningkatan frekuensi napas. 3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai tambahan tinjauan pustaka dan pengetahuan untuk peneliti lain dalam melakukan penelitian yang ada kaitannya tentang penelitian ini.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stres

2.1.1. Pengertian Stres

Stres adalah respon manusia yang bersifat non spesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya (Hans Selye yang dikutip Depkes, 1998).

Sneada dan Hawari (2001) mengemukakan bahwa stres adalah reaksi atau resspon tubuh terhadap stresor psikososial berupa tekanan mental atau beban kehidupan.

Suherjan (1987) mengemukakan bahwa stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang dan menurut Maramis (1999) stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang mengganggu keseimbangan seseorang. Sementara itu Vincent corneli yang dikutip oleh Grant Brecht (2000) berpendapat bahwa stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalamm lingkungan tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan tadi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan indiviidu di dalam lingkungan tersebut.


(18)

2.1.2. Stresor

Stresor adalah pengalaman yang menginduksi stres. Stresor berasal dari lingkungan sekitar manusia. Stresor dapat berupa tuntutan psikologis seperti kehilangan pekerjaan, kegeraman karena kemacetan lalu lintas, relasi yang tidak baik, dan sebagainya. Terdapat juga stresor fisik seperti paparan dingin, kebisingan, kelelahan karena olah raga, dan lain-lain. ( Taylor, 2009; Looker dan Gregson, 2005 )

2.1.3. Hal yang Mempengaruhi Respon Stres

Respon stres seseorang bergantung pada stresor dan individu itu sendiri ( Pinel, 2009 ). Menurut Taylor ( 2009 ) seberapa lama setiap stresor berlangsung akan memengaruhi keseimbangan seseorang dalam menghadapi stresor. Paparan kronik suatu stresor dapat menyebabkan stres kronik yang akan menimbulkan gangguan pada tubuh individu: peningkatan level epinefrin, gangguan memori, peningkatan tekanan darah, dan sebagainya.

Looker dan Gregson ( 2005 ) di dalam bukunya menuliskan bahwa pandangan seseorang terhadap lingkungannya akan menentukan seseorang tersebut akan menganggap suatu kejadian sebagai suatu stresor atau bukan. Respon stres yang terjadi juga bergantung pada pengalaman seseorang terhadap kejadian yang sama sebelumnya. Pinel ( 2009 ) menuliskan bahwa stres juga bergantung pada strategi yang diadopsi seorang individu untuk mengatasi stres.

2.1.4. Tingkatan Respon Terhadap Stres

Sebenarnya stres tidak selalu bersifat negatif. Hans selye (dalam Hidayat, 2009) membagi stres menjadi tiga, yaitu :

1. Eustress : adalah respon stres ringan yang menimbulkan senang, bahagia, menantang dan menggairahkan. Dalah hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian atau kondisi ketika mengadapi perkawinan.

2. Distress : merupakan respon stres yang negatif dan menyakitkan, sehingga tidak mampu lagi diatasi.


(19)

3. Neustress : stres yang berada antara eustress dan distress, merupakan respon stres yang menekan namun masih seimbang, sehingga seseorang merasa tertantang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.

Menurut prosesnya setiap orang dalam mengahdapi stres memiliki respon yang berbeda-beda, tetapi secara umum respon terhadap stres memiliki beberapa tingkat, yaitu:

1.Tingkat peringatan :

Setelah mengetahui ada stres, tubuh akan segera bereaaksi. Kecepatan tubuh dalam bereaksi dikenal sebagai alarm stage. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir, maka tubuh mengeluarkan adrenalin, hormon yang mempercepat katabolisme yang menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya yang mengancam, ditandai dengan denyut jantung bertambah cepat dan otot berkontraksi.

2. Tingkat resistensi :

Pada tingkat ini individu berada pada mekanisme bertahan, biasa disebut mekanisme coping. Coping berarti kegiatan untuk mengatasi masalah, misalnya rasa kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan sikap ramah bukan dengan marah yang tidak terkendali tersebut.

3. Tingkat ketelitian :

Jika stres berlangsung lama, akan memasuki tingkat ketiga, tubuh tidak lagi mempunyai senjata untuk melawan stres. Pada keadaan ini, orang biasanya jatuh sakit. Gejalanya psikosomatis, antara lain : gangguan pencernaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, menstruasi tidak lancar dan bentuk gangguan lainnya kadang-kadang muncul gejala lain, seperti tidak mau makan atau makan terlalu banyak, terlebih lagi bila diperberat dengan kejadian-kejadian yang datang bersamaan, seperti : ditinggal orang tua yang disayangi, pensiun, musibah, bencana dan lain-lain.


(20)

2.1.5. Respon Tubuh Terhadap Stres

Hans Selye (1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stres yaitu : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).

1. Local Adaptation Syndrome

Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya dan lain-lain. Responnya berjangka pendek. Karakteristik dari LAS adalah:

a. Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem b. Respon bersifat adaptif, diperlukan stresor untuk menstimulasikannya c. Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus-menerus

d. Respon bersifat resorative

Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti yang diuraikan dibawah ini : (Nasution, 2007)

a. Respon inflamasi

Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :

1. Fase pertama :

Adanya perubahan sel dan sistem sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kinin, histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leukosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.

2. Fase kedua :

Pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan di tempat cedera.


(21)

3. Fase ketiga :

Respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.

2. General Adaptation syndrome (GAS)

GAS merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. (Sumiati, 2010) Respon yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin. GAS terdiri dari beberapa fase, yaitu :

a. Fase Alarm (Waspada)

Melibatkan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stresor. Reaksi psikologis “fight or flight’ dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stres mempengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun. Fase alarm melibatkan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk beraksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epinefrin dan norepinefrin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan oksigen dan meningkatnya kewaspadaan mental.

Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “respon melawan atau menghindar”. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.


(22)

b. Fase Resistance (Melawan)

Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Gejala stres menurun atau tubuh kembali stabil bila denyut jantung, termasuk hormon, tekanan darah, cardiac output dan lain-lain kembali normal. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stresor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.

c. Fase Exhaustion (Kelelahan)

Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner dan lain-lain. Bila usaha melawan tidak dapat diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres.

2.2. Sistem Saraf Simpatis

Guyton ( 2006 ) menuliskan bahwa sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang mengatur kebanyakan fungsi viseral tubuh. Serabut sistem saraf simpatis dimulai dari medulla spinalis diantara segmen T-1 dan L-2. Serabut ini berjalan sampai ke jaringan dan organ yang dirangsang oleh saraf simpatis.

Sifat saraf simpatis yang menonjol yaitu kecepatan dan intensitasnya yang dapat mengubah fungsi viseral dalam waktu singkat. Contohnya, dapat meningkatkan denyut jantung sebesar dua kali lipat dalam waktu tiga sampai dengan lima detik. Sistem saraf simpatis juga memiliki sifat khusus pada serabut- serabut saraf yang berada dalam medula adrenal.


(23)

Serabut-serabut saraf ini langsung berakhir pada sel-sel neuron khusus yang mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin ke dalam sirkulasi darah (Guyton, 2006).

Rangsangan simpatis dapat timbul bila hipotalamus diaktivasi oleh rasa cemas, takut, atau merasakan nyeri yang berat. Dengan kata lain rangsangan simpatis dapat timbul jika terjadi respon stres. Baik stres fisik maupun stres mental dapat meningkatkan rangsangan simpatis (Guyton, 2006).

Perangsangan serabut simpatis pada berbagai organ tubuh akan menimbulkan suatu efek. Efek yang diperoleh organ tubuh tersebut ditimbulkan secara langsung oleh perangsangan serabut saraf simpatis dan secara tidak langsung oleh perangsangsangan hormon-hormon medula adrenal: epinefrin dan norepinefrin. Salah satu organ yang dapat dikenai efek perangsangan serabut simpatis dan hormon medula adrenal adalah jantung. Perangsangan simpatis pada umumnya akan meningkatkan kerja jantung. Keadaan ini tercapai dengan naiknya frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Perangsangan simpatis akan meningkatkan keefektifan jantung sebagai pompa, yang diperlukan saat bekerja berat. Perangsangan epinefrin akan meningkatkan curah jantung ( Guyton, 2006 ).

STRES SYMPHATHETIC NERVOUS

SYSTEM ( SAM )

PITUITARY GLAND

MEDULA ADRENAL KORTEX ADRENAL

PENGELUARAN

KATEKOLAMIN EPINEFRIN DAN NOREPINEFRIN

-Peningkatan denyut jantung dan dilatasi kapiler jantung; -Peningkatan tekanan darah karena vasokonstriksi

-Frekuensi pernapasan

meningkat

PENGELUARAN KORTIKOSTREROID

-Peningkatan mobilisasi protein dan lemak

-Peningkatan akses ke simpanan energi

-Penghambatan pembentukan antibodi dan inflamasi


(24)

2.3. Cold Pressor test (CPT)

CPT merupakan suatu bentuk uji laboratorium. CPT sering digunakan dalam penelitian-penelitian tentang kardiovaskular dan stres. CPT berfungsi untuk memberikan paparan dingin dalam waktu singkat kepada subjek penelitian. Paparan dingin pada CPT adalah hasil penggabungan air dengan air dengan es batu sehingga diperoleh air dingin bersuhu sekitar 00- 40 C(Saab et al, 1993 ; Duncko et al,2009).

CPT dapat diberikan pada tiga bagian tubuh seperti tangan , dahi, dan kaki. CPT pada tangan dilakukan dengan cara merendam tangan ke air dingin. CPT pada dahi dilakukan dengan cara menempelkan kantongan plastik berisi air dingin pada dahi. CPT pada kaki dilakukan dengan cara merendam kaki kedalam air dingin (Saab et al, 1993).

CPT dapat diberikan dalam durasi waktu tertentu. CPT dapat diberikan selama satu menit (Duncko et al, 2009). CPT dapat diberikan selama seratus detik (Saab et al, 1993). Ada juga beberapa peneliti yang memberikan paparan CPT dalam dua menit. Paparan dingin oleh CPT juga dapat diberikan selama tiga atau empat menit (Schwabe et al, 2008; Masoli, 2010).

2.4. Sistem Pernapasan 2.4.1. Pengertian Pernapasan

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 1996).

Sistem pernapasan terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang berfungsi untuk menyediakan oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida.


(25)

1. Bagian Konduksi

Bagian konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Bagian ini berfungsi untuk menyediakan saluran udara untuk mengalir ke dan dari paru-paru untuk membersihkan, membasahi, dan menghangatkan udara yang diinspirasi.

2. Bagian Respirasi

Bagian ini terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel yang masuk. Sistem pernapasan memiliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahan yang masuk yang dapat merusak (Alsagaff dkk, 2002).

Terdapat tiga kelompok mekanisme pertahanan yaitu :

a. Arsitektur saluran napas; bentuk, struktur, dan kaliber saluran napas yang berbeda-beda merupakan saringan mekanik terhadap udara yang dihirup, mulai dari hidung, nasofaring, laring, serta percabangan trakeobronkial. Iritasi mekanik atau kimiawi merangsang reseptor disaluran napas, sehingga terjadi bronkokonstriksi serta bersin atau batuk yang mampu mengurangi penetrasi debu dan gas toksik kedalam saluran napas (Tabrani Rab, 1996).

b. Lapisan cairan serta silia yang melapisi saluran napas, yang mampu menangkap partikel debu dan mengeluarkannya.

c. Mekanisme pertahanan spesifik, yaitu sistem imunitas di paru yang berperan terhadap partikel-partikel biokimiawi yang tertumpuk di saluran napas (Tabrani Rab, 1996).


(26)

2.4.2. Fungsi Pernapasan

Fungsi pernapasan adalah

1. Mengambil oksigen kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.

2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh).

3. dan melembabkan udara (Syaifuddin, 1996)

2.4.3. Anatomi Paru

Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm. pembentukan paru dimulai dari sebuah groove yang berasal dari foregut. Selanjutnya pada groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu jaringan yang disebut primary lung bud. Bagian proksimal foregut membagi diri menjadi dua, yaitu esofagus dan trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea akan bergabung dengan primary lung bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronki dan cabang-cabangnya. Bronchial tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu, sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus meningkat hingga anak berumur 8 tahun. Ukuran alveoli bertambah besar sesuai dengan perkembangan dinding toraks. Jadi, pertumbuhan dan perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus sampai pertumbuhan somatic berhenti. (pearce, 2009)

2.4.4. Fisiologi Pernapasan

Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan ekterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.


(27)

Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 perssen jenuh oksigen.

Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveolar-kapiler dari kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.(Djojodibroto, 2009)

Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna :

1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.

2. Arus darah melalui paru-paru.

3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.

4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. Karbon dioksida lebih mudah berdifusi daripada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat karbon dioksida dan oksigen. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak karbon dioksida dan terlampau sedikit oksigen; jumlah karbon dioksida itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan karbon dioksida dan memungut lebih banyak oksigen.


(28)

2.5. Pengaruh Sistem Saraf Otonom Terhadap Frekuensi Napas

Bagian sistem saraf yang mengatur kebanyakan fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf otonom. Sistem saraf otonon terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri, khususnya korteks limbik, dapat menghantarkan sinyal ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga dengan demikian mempengaruhi pengaturan otonom. Penjalaran sinyal otonomik eferen ke berbagai organ di seluruh tubuh dapat dibagi dalam dua subdivisi utama yang disebut sistem saraf simpatis dan sistem parasimpatis. Serabut saraf simpatis dan parasimpatis terutama menyekresikan salah satu dari kedua bahan transmiter sinaps ini, asetilkolin atau norepinefrin. Serabut-serabut yang menyekresi asetilkolin disebut serabut kolinergik. Serabut-serabut yang menyekresi norepinefrin disebut serabut adrenergik, suatu istilah yang berasal dari kata adrenalin, nama lain bagi epinefrin. Asetilkolin disebut transmiter parasimpatis, dan norepinefrin disebut transmiter simpatis. Terdapat juga dua jenis utama reseptor adrenergik, yakni yang disebut reseptor alfa dan reseptor beta. Norepinefrin dan epinefrin, keduanya disekresikan ke dalam darah oleh medula adrenal, dan efek perangsangannya pada organ spesifik seperti paru adalah dilatasi pada bronkus yang nantinya akan meningkatkan frekuensi napas pada saluran pernapasan. (Guyton, 2006)


(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Paparan stresor akut cold

pressor test

Variabel Dependen Frekuensi napas

Variabel Perancu 1. Riwayat Penyakit 2. Merokok

3. Konsumsi Alkohol 4. Konsumsi Kopi 5.Konsumsi obat-obatan 6. IMT > 25


(30)

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Independen

Paparan stresor akut cold pressor test

3.2.2 Variabel Dependen

Frekuensi napas

3.2.3 Variabel Perancu

1. Riwayat Penyakit

Adanya riwayat penyakit asma akan mempengaruhi hasil pengukuran frekuensi napas.

2. Merokok

Responden yang dipilih tidak merokok sehari sampai dengan sesaat sebelum mengikuti penelitian karena kebiasaan merokok akan mempengaruhi hasil pengukuraan frekuensi napas.

3. Alkohol

Responden tidak mengkonsumsi alkohol dua jam sampai dengan sesaat sebelum mengikuti penelitian karena akan mempengaruhi hasil pengukuran frekuensi napas.

4. Konsumsi Kopi

Dipilih responden yang tidak mengkonsumsi kopi dua jam sampai dengan sesaat sebelum mengikuti penelitian karena dapat mempengaruhi frekuensi napas seseorang


(31)

5. Obat-obatan

Responden tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat flu dan obat lain yang dapat mempengaruhi frekuensi napas seseorang sehari sampai dengan sesaat sebelum mengikuti penelitian

3.2.4 Definisi Operasional

a) Cold pressor test merupakan tes peningkatan sistem saraf simpatis dengan pendinginan yang dilakukan dengan cara memberikan rangsang pendinginan pada tangan yaitu diletakkan di dalam suatu wadah berisi air es bersuhu 00- 40C selama kurang lebih dua menit.

b) Frekuensi pernapasan adalah intensitas memasukkan atau mengeluarkan udara per menit. Pada umumnya intensitas pernapasan pada manusia berkisar antara 16 – 18 kali/menit.

c) Cara pengukuran : dengan melihat pergerakan dada responden d) Hasil pengukuran : kali/menit

e) Skala pengukuran : rasio

3.3 Hipotesis

Ha: Ada perbedaan hasil pengukuran frekuensi napas yang dilakukan sebelum dan sesudah diberipaparan stresor akut cold pressor test.

Ho: tidak ada perbedaaan hasil pengukuran frekuensi napas yang dilakukan sebelum dan sesudah diberi paparan stresor akut cold pressor test.


(32)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu (Quasi eksperimental), dengan metode Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding (Control Time Series Design). Pada dasarnya desain ini merupakan rancangan rangkaian waktu tetapi menggunakan kelompok kontrol (Notoatmodjo, 2005). Rancangan ini menggunakan kelompok kontrol untuk menambah validitas internal, yaitu bahwa perubahan yang terjadi benar karena perlakuan yang kita berikan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pengambilan dan pengumpulan data dilakukan bulan Oktober—November 2012.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah Mahasiswa semester tiga Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012. Karena jumlah populasi yang terlalu banyak yaitu 522 orang, maka diperlukan penarikan sampel pada penelitiaan ini. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak yang bertingkat. Untuk penarikan sampel digunakan rumus besar sampel penelitian analitik tidak berpasangan dengan data numerik. Pemilihan sampel adalah berdasarkan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ini.

Kriteriaa Inklusi :

1)Responden adalah Mahasiswa FK USU semester tiga 2) Responden berumur 17-21 tahun


(33)

Kriteria Eksklusi :

1) Responden mempunyai riwayat asma dan penyakit paru lainnya 2) Responden merokok dan mengkonsumsi alkohol dua jam sampai dengan sesaat sebelum mengikuti penelitian

3) Responden mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi frekuensi napas sehari sampai dengan sesaat sebelum mengikuti penelitian

Perhitungan besar sample untuk penelitian estimasi data proporsi pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini :

n1 = n2 = 2 ( zα + zβ)2 S2

( µ0 - µα)2

Keterangan rumus :

n : Besar sampel minimum

Zα : Nilai distribusi normal baku (peneliti menetapkan α= 0,05 dan Zα

penelitian ini adalah 1,645.

Zβ : Nilai distribusi normal baku (peneliti menetapkan β= 0,05 dan Zα penelitian ini adalah 1,645.

S2 : Harga varian di populasi sesuai dengan literarur, jika tidak ada varian populasi, dapat menggunakan rata-rata varian sampel=113,65

µ0 - µα :Perkiraan selisih nilai mean populasi sesuai dengan literarur= 14±4,5 Berdasarkan rumus diatas diperoleh jumlah sampel untuk masing-masing subjek penelitian dan kelompok sampel adalah:

n1 = n2= 2 ( zα + zβ)2 S2

( µ0 - µα)2

n1 = n2 = 2 ( 1,645 + 1,645)2. 113,652

( 14 )2

n1 = n2 = 2460,3179

196


(34)

Maka didapatkan jumlah sample 26 orang. Sample didapat dari seluruh mahasiswa FK USU Semester 3 dengan cara stratified random sampling sehingga direncanakan diambil dari Mahasiswa FK USU Semester 3 :

1. Kelas A1 : ¼ x 26 = 6

2. Kelas A2 : ¼ x 26 = 7

3. Kelas B1 : ¼ x 26 = 7

4. Kelas B2 : ¼ x 26 = 6

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian iini adalah data primer. Data diperoleh dari pengamatan dan pencatatan hasil pengukuran. Pencatatan dilakukan pada lembar pencatatan hasil pengukuran.

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelititan ini yaitu :

a. calon sample diberi penjelasan mengenai penelitian kemudian calon yang setuju mengikuti penelitian diminta untuk mengisi lembar persetujuan. b. Sample dihubungi untuk datang ke laboratorium fisiologi FK USU pada

hari penelitian dilakukan untuk menentukan apakah sample memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

c. Jika sample yang telah dihubungi memiliki kriteria ekslusi maka sample tidak diikut sertakan dalam penelitian kemudian dicarikan penggantinya. d. Dilakukan pemilihan subjek penelitian dan kelompok kontrol secara acak

dengan menggunakan kertas undian yang bertuliskan SP untuk subjek penelitian dan K untuk kontrol.

e. Subjek penelitian dan kelompok kontrol ditempatkan pada ruangan yang sama dan dipersilahkan beristirahat selama 10 menit.

f. Kemudian dilakukan pengukuran frekuensi napas subjek penelitian dan kelompok kontrol. Hasil pengukuran dicatat dalam tabel.

g. Subjek penelitian diminta untuk merendam tangan kedalam air es bersuhu 0-4 c selama 2 menit, sementara itu kelompok kontrol diminta untuk merendam tangan kedalam air yang suhunya sama dengan suhu ruangan.


(35)

Suhu air yang sama dengan suhu ruangan diperoleh dengan membiarkan air dalam ruangan kurang lebih 10 menit.

h. Pada saat subjek penelitian merendam tangannya kedalam air es dilakukan pengukuran frekuensi napas setelah detik ke 30, 60, dan 90 demikian pula pada kelompok kontrol. Pengukuran waktu dengan menggunakan stopwatch.

i. Setelah 2 menit subjek diminta untuk memindahkan tangannya darai air es ketempat yang kering. Kemudian segera dilakukan pengukuran frekuensi napas. Hasil pengukuran dicatat dalam tabel. Jika subjek penelitian tidak dapat melakukan perendaman selama 2 menit maka subjek penelitian dimasukkan kedalam kriteria ekslusi dan dicari penggantinya.

j. Subjek penelitian dan kelompok kontrol dikeringkan tangannya dengan handuk.

k. Air es dan air bersuhu ruangan yang telah digunakan diganti untuk sample yang laen.

l. Penelitian dilakukan secara bertahap sampai jumlah sample terpenuhi.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil pengukuran dipresentasekan dalam bentuk tabel. Pengujian menggunakan metode komputerisasi. Dilakukan uji normalitas data menggunakan kurva histogram normal. Data dinyatakan berdistribusi normal jika kurva tidak miring ke kiri atau ke kanan. Jika data berdistribusi normal, dilakukan uji t dependen untuk menguji hipotesis. Uji dinyatakan berbeda secara bermakna jika nilai p< 0,05 dengan interval kepercayaan 95% (Wahyuni, 2007). Apabila ditemukan data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji wilcoxon untuk menguji hipotesis. Uji dinyatakan bermakna apabila nilai p<0,05 dengan interval kepercayaan 95% (Murti, 1996).


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitiaan

Penelitiaan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Sumatera Utara terletak di lantai 2 FK USU dimana Fakultas Kedokteran USU terletak di Jalan Dr. Mansur No.5, Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 3 Fakultas Kedokteran USU tahun 2012 yang berumur 17-20 tahun. Responden tersebut telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

5.1.3. Distribusi Mahasiswa

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah

Subjek Penelitian 6 7 13

Kontrol 4 9 13

Jumlah 10 16 26

Pada tabel 5.1 responden terbanyak baik kontrol maupun subjek penelitian adalah yang berjenis kelamin perempuan.


(37)

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Usia

Kelompok

Jumlah Subjek

Penelitian Kontrol

17 1 0 1

18 2 3 5

19 7 8 15

20 3 2 5

Pada tabel 5.2. dapat dilihat bahwa usia terbanyak adalah responden yang memiliki usia 19 tahun.

5.1.4. Hasil Analisis Statistik

Tabel 5.3. Nilai Rata-Rata Hasil Pengukuran Frekuensi Napas

Keadaan Paparan CPT

Kelompok

subjek penelitian Kontrol

Sebelum 19.08 18.15

paparan 30 detik 22.15 18.15

paparan 60 detik 21.85 18.15

paparan 90 detik 23.38 18.77

Setelah 120 detik 22 19

Pada tabel 5.3 didapatkan bahwa nilai rata-rata subjek sebelum dan setelah diberikan paparan Cold Pressor Test adalah 19.08 dan 22.

Setelah dilakukan normalitas, diperoleh data terdistribusi normal maka dilakukan analisis data dengan menggunakan uji t dependen, akan didapatkan nilai rata-rata perubahan frekuensi napas sebelum dan setelah dilakukan Cold Pressor Test.


(38)

Tabel 5.4. Hasil Uji T-Dependen

Pasangan Nilai Beda Rata-rata Standar Deviasi Standar Eror Rata-rata Sig. (2-tailed) Frekuensi napas

sebelum*sesudah CPT 2,923 4,681 1,298 0,044

α =

0,05

Rata-rata perubahan frekuensi napas sebelum dan setelah diberikan Cold Pressor Test adalah 2,923 dan p value 0,044. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi napas yang bermakna (p<0,05) sebelum dan setelah diberikan Cold Pressor Test.

5.2. Pembahasan

Dengan menggunakan uji T dependen didapati nilai rata-rata perubahan frekuensi napas sebelum dan setelah diberikan paparan Cold Pressor Test meningkat.

Nilai rata-rata perubahan frekuensi napas sebelum dan setelah diberi Cold Pressor Test adalah 2,923.

Berdasarkan nilai rata-rata tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan frekuensi napas sebelum diberikan Cold Pressor Test dibandingkan sesudah diberikan Cold Pressor Test. Hal ini sejalan dengan teori Schwabe (2008) dan Masoli (2010) yang menyatakan bahwa Cold pressor test dapat menyebabkan stres akut yang akan memicu peningkatan efek simpatis dalam tubuh seperti tekanan darah, denyut jantung, kadar gula darah, serta frekuensi pernapasan.


(39)

Terjadinya peningkatan frekuensi pernafasan ketika dilakukannya CPT adalah karena suhu dingin menyebabkan perangsangan saraf simpatis yang menyebabkan pengeluaran norepinefrin dan epinefrin yang disekresikan ke dalam darah oleh medula adrenal, dan efek perangsangannya adalah dilatasi pada bronkus yang akan meningkatkan frekuensi napas pada saluran pernapasan.(Guyton, 2006)

Hasil penelitian membuktikan terdapat perbedaan perubahan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah diberikan cold pressor test. Dimana hasil menunjukkan nilai p untuk perbandingan perubahan frekuensi napas sebelum dan setelah diberikan cold pressor test adalah 0,044. Apabila nilai p < 0,05, maka hipotesa nol ditolak dan membuktikan terdapat perbedaan perubahan frekuensi napas pada sebelum dan setelah diberikan cold pressor test pada kelompok subjek.


(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Ada perbedaan hasil pengukuran frekuensi napas yang dilakukan sebelum dan sesudah diberipaparan stresor akut cold pressor test.

6.2. Saran

Penelitiaan ini masih banyak kekurangan. Peneliti berharap terdapat penelitiaan lain yang meneruskan penelitiaan ini agar lebih sempurna. Sebaiknya dilakukan penelitiaan lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan lebih homogen.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, T., Syaifuddin, M., Tabrani, R. 2002. Anatomi dan Fisiologi

Pernapasan Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 45-51. Alwi, Hasan, et al. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. American Physcological Association. Stres: The different kind of stres. [Adapted

from The Stres Solution by Lyle H. Miller, Ph.D., and Alma Dell Smith, Ph.D.]. Available online at:

Djojodibroto, R.D. 2009. Respirologi. Jakarta: EGC, 21-22.

Duncko, Roman, Johnson, Linda, Merikangas, Kathleen, dan Grillon Christian. 2009. Working Memory Performance After Acute Exposure to The Cold Pressure Test in Healthy Volunteers, NIH Publish Access, USA.

Available from:

Guyton, A.C., Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC, 787-800.

Hidayat. D.R. 2000. Pengantar psikologi untuk tenaga kesehatan: Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta: Trans Info Media.

Mourot, L., Bouhaddi, M., Regnard, J. 2009. Effects of The Cold Pressure Test on Cardiac Autonomic Control in Normal Subjects

Mukhtar, Z., Haryuna, T.S.H., Effendy, E., Rambe, A.Y.M., Betty., Zahara, D., 2011. Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Medan: USU Press.


(42)

Murti, B., 1996. Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nasution, I.K. 2007. Respon Tubuh terhadap Stress. Jakarta: EGC, 226-227. Notoadmojo S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta. 68-140.

Pearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 265-266.

Saab, P.G., Llabre, M.M., Hurwitz, B.E., Schneiderman, N., Wohlgemuth, W., Durel, L.A., et al., 1993. The cold pressor test: vascular and myocardial response patterns and their stability, Cambridge University Press, United

States of America. Available from:

[Accesseed 12 maret 2012].

Sandlow, A. 2000. Adaptation to Stress and Natural Therapies. Clinical practice. The Pain and Practitioner.

Schwabe, L., Haddad, L., dan Schachinger, H., 2008. HPA axis activation by a socially evaluated cold-pressor test, Elsevier, Germany. Available from:

[Accessed 12 Maret 2012].

Sriati A, 2007. Tinjauan Tentang Stres. Available online at:

content/uploads/publikasi_dosen/TINJAUAN%20TENTANG%20STRES. pdf

Sumiati, Hj. 2010. Penanganan Stress. Jakarta: Trans Info Media, 75-79. [diakses 28 Mei 2010].


(43)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : GURPREET DHILLON

Tempat/ Tanggal lahir : Pontianak / 6 Maret 1992

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Setia Budi No. 144 A, Medan

Orangtua

Ayah : dr. Surjit Singh, Sp.F, MBBS, DFM

Ibu : Baljit Sidhu

Riwayat Pendidikan : 1. TK Kartini (1996 – 1997)

2. SD Immanuel (1997 – 2003)

3. SMP Swasta Santo Thomas 4 (2003-2006) 4. SMA Swasta Santo Thomas 1 (2006-2009)


(44)

LEMBAR PENJELASAN

Salam sejahtera,

Saya, Gurpreet Dhillon, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan Paparan Stresor Akut Cold Pressor Test dengan Frekuensi Napas”. Saya mengadakan penelitian untuk mengetahui hubungan paparan stresor dengan frekuensi pernapasan. Menurut ilmu Fisiologi paparan stresor akan menimbulkan respon stres yang dapat merangsang sistem saraf simpatis sehingga timbul perubahan pada frekuensi napas.

Saya mengharapkan kerja sama dari teman-teman dalam penelitian ini. Pada penelitian akan dilakukan perendaman salah satu tangan (tangan yang dominan) dalam air es/ air bersuhu sama dengan suhu ruangan selama dua menit dan dilakukan pengukuran frekuensi napas. Partisipasi Anda bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Identitas Anda akan dirahasiakan dan tidak dipublikasikan. Data yang terkumpul hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud lain. Jika terdapat hal yang kurang dimengerti, Anda dapat bertanya langsung kepada saya, Gurpreet Dhillon. Demikian penjelasan ini saya sampaikan.

Terimakasih saya ucapkan atas perhatian dan kesediaan Anda menjadi responden dalam penelitian ini. Setelah memahami tentang keikutsertaan dalam penelitian ini, saya berharap Anda bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah dipersiapkan.

Medan, 2012

Peneliti,


(45)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

No. Telp :

Telah mendapatkaan keterangan dari peneliti bahwa saya akan diminta untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Paparan Stressor Akut Cold Pressor Test Terhadap Perubahan Frekuensi Napas”. Adapun dalam penelitian ini saya diminta untuk merendamkan tangan saya ke dalam air es bersuhu 00-40 C, selanjutnya frekuensi napas saya akan diukur.

Saya menyadari manfaat dan resiko penelitiaan ini dan saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2012

Peneliti Responden


(46)

LAMPIRAN

LEMBAR PENCATATAN HASIL PENGUKURAN

Hubungan Paparan Stresor Akut Cold Pressor Test dengan Frekuensi Napas

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama Lengkap :

NIM :

Usia :

Kelas :

Merokok (sehari sebelum saat ini) : Ya / Tidak

Konsumsi Alkohol (dua jam sebelum saat ini) : Ya / Tidak Konsumsi Kopi (dua jam sebelum saat ini) : Ya / Tidak

Konsumsi Obat : Ya / Tidak, nama obat ...


(47)

B. HASIL PENGUKURAN FREKUENSI NAPAS

Keterangan

Kelompok : Subjek penelitian / kontrol

Jenis stresor : Air es / Air bersuhu sama dengan suhu ruangan 1. Sebelum Paparan Stresor

Hasil Pengukuran ke - ... (kali/menit) Rata-rata

1 2 3

2. Pada Saat Paparan Stresor Diberikan

Hasil Pengukuran Detik ke - ... (kali/menit)

30 60 90

3. Setelah Paparan Stresor

Hasil Pengukuran ke - ... (kali/menit) Rata-rata


(48)

(49)

LAMPIRAN

DATA INDUK

Frekuensi Napas Sebelum, Sewaktu (30,60,90 detik), dan Sesudah Paparan Akut Cold Pressor Test

No. Nama

Kontrol Frekuensi Napas Sebelum Frekuensi Napas 30detik Frekuensi Napas 60detik Frekuensi Napas 90detik Frekuensi Napas Sesudah

1 K1 17 16 16 20 16

2 K2 17 20 24 20 20

3 K3 17 20 24 20 23

4 K4 19 16 16 16 17

5 K5 15 16 16 20 15

6 K6 16 16 16 20 17

7 K7 20 20 16 20 19

8 K8 16 20 16 16 15

9 K9 24 20 20 20 23

10 K10 20 20 24 20 24

11 K11 19 16 16 20 20

12 K12 16 16 16 16 16


(50)

No. Nama Subjek

Frekuensi Napas Sebelum

Frekuensi Napas 30detik

Frekuensi Napas 60detik

Frekuensi Napas 90detik

Frekuensi Napas Sesudah

1 S1 17 20 16 24 19

2 S2 19 24 24 24 20

3 S3 17 20 20 16 21

4 S4 13 16 16 24 16

5 S5 23 20 16 20 17

6 S6 21 28 28 24 29

7 S7 17 24 20 24 20

8 S8 20 20 24 24 25

9 S9 21 24 24 20 21

10 S10 17 28 28 32 29

11 S11 20 28 28 24 25

12 S12 23 16 16 20 19


(51)

(52)

Rata-rata Frekuensi Napas pada Kelompok Kontrol

Statistics

napasse belumcpt

napas30 detik

napas60 detik

napas90d etik

napassetelah cpt

N Valid 13 13 13 13 13

Missing 0 0 0 0 0


(53)

Rata-rata Frekuensi Napas pada Kelompok Subjek Penelitian

Statistics

napassebelum2 napas30detik2 napas60detik2 napas90detik2

napassesudahc pt2

N Valid 13 13 13 13 13

Missing 0 0 0 0 0

Mean 19.08 22.15 21.85 23.38 22.00

Hasil Uji T-dependent

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviatio

n

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

napassesudahcpt2 - napassebelum2


(1)

(2)

LAMPIRAN

DATA INDUK

Frekuensi Napas Sebelum, Sewaktu (30,60,90 detik), dan Sesudah Paparan Akut Cold Pressor Test

No. Nama Kontrol Frekuensi Napas Sebelum Frekuensi Napas 30detik Frekuensi Napas 60detik Frekuensi Napas 90detik Frekuensi Napas Sesudah

1 K1 17 16 16 20 16

2 K2 17 20 24 20 20

3 K3 17 20 24 20 23

4 K4 19 16 16 16 17

5 K5 15 16 16 20 15

6 K6 16 16 16 20 17

7 K7 20 20 16 20 19

8 K8 16 20 16 16 15

9 K9 24 20 20 20 23

10 K10 20 20 24 20 24

11 K11 19 16 16 20 20

12 K12 16 16 16 16 16


(3)

No. Nama Subjek Frekuensi Napas Sebelum Frekuensi Napas 30detik Frekuensi Napas 60detik Frekuensi Napas 90detik Frekuensi Napas Sesudah

1 S1 17 20 16 24 19

2 S2 19 24 24 24 20

3 S3 17 20 20 16 21

4 S4 13 16 16 24 16

5 S5 23 20 16 20 17

6 S6 21 28 28 24 29

7 S7 17 24 20 24 20

8 S8 20 20 24 24 25

9 S9 21 24 24 20 21

10 S10 17 28 28 32 29

11 S11 20 28 28 24 25

12 S12 23 16 16 20 19


(4)

(5)

Rata-rata Frekuensi Napas pada Kelompok Kontrol

Statistics napasse

belumcpt

napas30 detik

napas60 detik

napas90d etik

napassetelah cpt

N Valid 13 13 13 13 13


(6)

Rata-rata Frekuensi Napas pada Kelompok Subjek Penelitian

Statistics

napassebelum2 napas30detik2 napas60detik2 napas90detik2

napassesudahc pt2

N Valid 13 13 13 13 13

Missing 0 0 0 0 0

Mean 19.08 22.15 21.85 23.38 22.00

Hasil Uji T-dependent

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviatio

n

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper napassesudahcpt2 -

napassebelum2


Dokumen yang terkait

Hubungan Paparan Stresor Akut Cold Pressor Test Dengan Frekuensi Denyut Nadi

1 56 58

Hubungan frekuensi olahraga dengan tingkat stress pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013

2 13 61

Hubungan frekuensi olahraga dengan tingkat stress pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013

0 1 12

Hubungan frekuensi olahraga dengan tingkat stress pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013

0 0 2

Hubungan frekuensi olahraga dengan tingkat stress pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013

1 1 4

Hubungan frekuensi olahraga dengan tingkat stress pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013

0 0 9

Hubungan frekuensi olahraga dengan tingkat stress pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013

0 1 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres 2.1.1. Pengertian Stres - Hubungan Paparan Stresor Akut Cold Pressor Test dengan Frekuensi Napas pada Mahasiswa Semester tiga Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 12

HUBUNGAN PAPARAN STRESOR AKUT COLD PRESSOR TEST DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI KARYA TULIS ILMIAH Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

0 0 12

PERBEDAAN TEKANAN DARAH MAHASISWA DENGAN / TANPA RIWAYAT HIPERTENSI DALAM KELUARGA SETELAH PAPARAN COLD PRESSOR TEST DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2012 -

0 2 52