2.6. Kondisi Pantai Pantai Indramayu
Luas wilayah Kabupaten Indramayu 204.011 Ha. Dengan panjang pantai 114 km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang.
° Bujur Timur dan 6°15°-640° Lintang Selata
Indramayu terletak pada 107°51° 108°36 n. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, utara
berbatasan dengan Laut Jawa, sedangkan timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa serta selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka,
Sumedang, dan Cirebon. Kabupaten Indramayu mempunyai ketinggian 0 - 100 meter di atas permukaan laut, dimana 98,70 berada pada ketinggian 0 - 3
meter di atas permukaan laut. Suhu harian di Indramayu berkisar antara 26°- 27°C dengan suhu harian tertinggi 30°C dan terendah 18°C. Kelembaban udara
berkisar antara 70-80. Curah hujan rata-rata tahunan 1.428,45 mm per tahun dengan jumlah hujan 75 hari
http:www.indramayu.go.id. .
Kawasan pantai yang dimiliki terbilang sangat rawan terhadap abrasi yang diakibatkan oleh pengikisan dari daratan maupun dari laut. Laporan dari Dirjen
P3K Departemen Kelautan dan Perikanan Tahun 2001 bahwa pantai Indramayu merupakan salah satu dari 122 daerah pantai di Indonesia yang mengalami
erosi pantai dan harus mendapat perhatian serius dan penanganan segera http:www.kompas.com
. Menurut Darlan 2007 jenis pantai Indramayu dapat dikelompokan dalam
pantai memanjang mainlandlong beaches dan pantai gosong pasir barrier beaches. Pasir yang ada umunya berasal dari endapan sungai yang bermuara
disekitarnya dan aktivitas erosi sepanjang pantai. Selanjutnya dikatakan pula bahwa sedimen yang terbentuk dan menyebar sepanjang perairan adalah pasir,
pasir lanauan, lanau pasiran dan lanau. Pasir biasanya menyebar sepanjang pantai pada kedalaman laut antara 0 – 1 meter. Berdasarkan analisis
laboratorium sedimen pasir tersebut berupa pasir berbutir halus dan sedang, berwarna cokelat gelap, abu-abu gelap yang terdiri atas material organik dan
cangkang moluska 5, sedikit mineral kuarsa 10, dan sebagian besar berupa fragmen batuan dan mineral hitam 85. Pasir tersebut berasal dari
endapan Sungai Cimanuk, selanjutnya disebarkan ke arah sepanjang pantai oleh arus laut. Proses itu telah berlangsung menurut skala waktu geologi hingga
sekarang. Endapan pasir lanauan lanau butiran sedimen yang lebih halus dari pasir umumnya tersebar di sekitar muara-muara sungai yang terdapat di daerah
survei pada kedalaman laut antara 1–2 meter. Pasir lanauan itu berwarna abu-
abu kecokelatan dan abu-abu gelap, terdapat kepingan moluska 5. Pasir yang terdapat pada endapan pasir lanauan tersebut berasal dari endapan sungai
yang bercampur dengan endapan sedimen laut akibat arus turbulen. Endapan lanau pasiran sebagian besar 60 dari total area survei tersebar di sepanjang
pesisir Karangsong hingga Tanjung Ujungan pada kedalam air laut antara 2 dan 8 meter. Endapan tersebut berwarna abu-abu kehijaun dan abu-abu gelap terdiri
atas lebih dari 75 mineral kuarsa dan kepingan organik seperti kayu dan butiran karbon, sisanya berupa mineral lempung, karbonat, dan mineral berat
besi dan magnetit. Endapan lanau sebagian besar tersebar di lepas pantai Singaraja dan Tanjung Ujungan pada kedalaman laut lebih dari 8 meter.
Sebagian lagi terdapat di sekitar pantai Karangsong yang merupakan bagian timur dari komplek delta Cimanuk. Endapan tersebut berwarna abu-abu gelap
dan kehijuan terdiri atas kepingan moluska; akar-akar tanaman; butiran karbon; mineral lempung dan karbonat; dan sedikit mineral hitam. Sedimen itu berasal
dari endapan delta Cimanuk dan endapan laut. Menurut Hanafi 2005 peta perubahan garis pantai menunjukkan adanya
kaitan antara faktor alam dan tingkah laku manusia setempat sebagai penyebab terjadinya perubahan garis pantai abrasi dan akresi, hal ini dapat dijelaskan
antara
gga banyak bangunan pantai yang hilang, juga t.
4. mengalami
ahan tidak ditata dengan baik mengakibatkan pendangkalan 5.
mbangunan pelabuhan di kawasan industri perminyakan lain sebagai berikut :
1. Sifat dataran pantai yang masih muda dan belum seimbang. 2. Pantai memiliki kondisi tegak lurus terhadap kedatangan angin dan
gelombang laut, sehin perlindungan pantai yang ada juga sudah mulai terkikis air lau
3. Perusakan hutan bakau oleh masyarakat yang mengakibatkan perlindungan pantai hilang.
Pendangkalan sungai yang mengakibatkan kapal-kapal nelayan kesulitan untuk keluar masuk sungai. Penataan DAS di daerah hulu dengan
pemanfaatan l di daerah hilir.
Perubahan keseimbangan transportasi sedimen sejajar pantai akibat pembuatan perlindungan pantai, seperti pembuatan jetty, pemecah
gelombang, pe Balongan, dengan melalui kegiatan reklamasi pantai. Kondisi pantai abrasi
dan pantai akresi di daerah pesisir Indramayu, pantainya ditempati oleh alluvium, hal ini disebabkan oleh banyaknya sungai yang bermuara di
daerah penelitian. Pada umumnya daerah ini mempunyai daya dukung terhadap energi gelombang sangat kecil. Proses abrasi di daerah penelitian
terjadi di sepanjang pantai eretan, pada saat ini sudah pada tingkat penanganan yang serius, mengingat daerah pantai Eretan merupakan
daerah padat dengan berbagai infrastruktur seperti jalan raya pantai utara Jakarta - Cirebon yang mempunyai jarak dari pantai tinggal beberapa puluh
meter saja, kawasan pemukiman dan rencana pengembangan sarana transportasi. Bangunan penahan abrasi yang ada sekarang sudah mulai
bergerak ke arah darat dan telah banyak memakan korban seperti rumah penduduk, lahan pertanian dan pertambakan.
III METODOLOGI
3.1. Waktu dan lokasi