9
Seperangkat komputer dan printer GPS Ground Control Point sebagai
alat yang digunakan untuk memperoleh ground check point GCP.
Bahan – bahan yang digunakan antara lain :
1. Data citra Landsat TM+ PathRow 122065, tanggal akuisisi 18 Mei 2006
dengan penutupan awan 0. 2. Peta dasar wilayah Kota Bogor
3. Data iklim Kota Bogor 1993-2009
3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Pemrosesan Data Citra
Pemrosesan awal
citra satelit
dilakukan sebelum analisis spasial dan atribut, yaitu untuk mendapatkan informasi
yang diinginkan dari suatu data citra. Beberapa tahapan yang dilakukan pada
pemrosesan data citra dilakukan sebagai berikut:
Ts
Titik amatan
Tidak
Komponen neraca energi Rn
G H
LE Albedo
Klasifikasi terbimbing
Badan
air
Lahan bervegetasi
Sawah Sawit
Rumput semak
Vegetasi tinggi
Ladang
Lahan
terbangun
Landsat 5 TM+ Koreksi citra
Subset image
Kanal 1,2,3 dan 6 Kanal 1,2,3,4,5 dan 7
Euclidean distance
Terpenuhi
Validasi
Model
Ya
Nyata
Tidak Nyata
Analisis regresi
Tidak Nyata
Uji asumsi
Tidak
Gambar 3 Diagram alir tahapan penelitian.
T ran
sfo rma
si T
ran sfo
rma si
10
a. Koreksi Geometrik
Koreksi geometrik dilakukan dengan menggunakan analisis titik kontrol medan
ground control point GCP yang dapat dikenali pada citra satelit dan peta acuan.
Koreksi ini
dilakukan untuk
memproyeksikan citra ke dalam suatu system proyeksi tertentu. Pada penelitian ini,
proyeksi yang digunakan adalah UTM Universal
Transverse Mercator.
Penggunaan system proyeksi UTM sangat ideal
bagi Indonesia
karena dapat
memberikan distorsi minimal untuk kondisi geografis Indonesia yang berada di sekitar
katulistiwa. b. Koreksi Radiometrik
Koreksi radiometrik dilakukan untuk mengoreksi data akibat pengaruh kondisi
atmosfer yang disebabkan oleh variasi cuaca dan sudut matahari, pengaruh dan perubahan
reflektan spektral dari obyek di permukaan. Koreksi radiometrik dilakukan dengan
metode dark object dimana dark object tiap kanal dalam satu scene diperoleh dari data
histogram.
Pengaruh haze
akan meningkatkan nilai digital number. Oleh
karena itu, secara keseluruhan data akan dikurangi dengan selisih nilai antara dark
object dan nilai nol. Hal ini ditempuh dengn asumsi bahwa keseluruhan data dalam scene
tersebut mendapatkan pengaruh atmosfer yang sama.
c.
Subset Wilayah Kajian
Dari data citra satelit Landsat TM+ pathrow 122065, dilakukan cropping
dengan data vektor Kodya Bogor pada koordinat 106
o
4840 BT dan -6
o
3053 LS sampai dengan106
o
4622 BT dan -6
o
4008 LS.
Subset ini
dimaksudkan untuk
memudahkan dalam
mengolah dan
menganalisis daerah kajian. d. Klasifikasi Penutup Lahan
Pada penelitian ini, proses klasifikasi penutupan lahan menggunakan metode
klasifikasi terbimbing
Supervised Classification dengan teknik maximum
likelyhood. Metode
klasifikasi ini
menggunakan kanal 5, 4 dan 3. Klasifikasi terbimbing dilakukan dengan mencocokkan
hasil penutupan lahan pada citra dengan kondisi di lapangan pada daerah kajian.
Klasifikasi lahan dibedakan berdasarkan penutupan lahan dengan spektral paling
nyata pada daerah kajian. Di wilayah Bogor, penutupan lahan dibedakan menjadi tujuh
bagian, yaitu badan air, lahan terbangun, sawah, rumputsemak, ladang, vegetasi
tinggi dan sawit. Badan air pada penelitian ini
didefinisikan sebagai kumpulan air yang besarnya antara lain bergantung pada
relief permukaan bumi, curah hujan, suhu, dan sebagainya misal; sungai,
rawa, danau, laut, dan samudra.
Lahan terbangun didefinisikan sebagai perkerasan hasil tangan manusia baik
berupa rumah, jalan beraspal dan sebagainya.
Gambar 4 Diagram alir
klasifikasi terbimbing
penutupan lahan.
Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi
Rumputsemak adalah tumbuhan jenis ilalang yang berbatang kecil, batangnya
beruas, daunnya sempit panjang atau tumbuhan perdu yg mempunyai kayu-
kayuan kecil dan rendah
Ladang adalah tanah yg diusahakan dan ditanami ubi, jagung, dsb dengan tidak
diairi. Vegetasi tinggi didefinisikan sebagai
tumbuhan yang berbatang keras, besar dan berkayu.
Sawit merupakan perkebunan dengan dominasi
kelapa sawit
sebagai Supervised classification
Recode
Fill Focal Majority
Layer
Stacking
Subset
Image
Geo Correction
Citra
Landsat
Titik Uji
Peta Tutupan
Lahan
Erdas Imagine
9.1
Uji
Akurasi
Ya Tidak
11
komoditas utama penutupan lahan pada area tersebut.
Proses selanjutnya,
dilakukan uji
akurasi untuk mengetahui akurasi dari klasifikasi lahan berdasarkan titik hasil
peninjauan di lapangan. Bila nilai akurasi lebih besar dari 85, maka klasifikasi layak
digunakan, tetapi bila nilai akurasi kurang dari 85 maka dilakukan klasifikasi ulang.
Gambar 5 Badan air.
Gambar 7 Sawah kering.
Gambar 9 Sawah berair. .
Gambar 6 Semakrumput.
Gambar 8 Vegetasi tinggi.
Gambar 10 Sawit.
12
Gambar 11 Lahan terbangun.
Gambar 12 Ladang. 3.3.2.
Penentuan jarak dengan metode euclidean distance
Gambar 13 Diagram
alir penentuan
Euclidean distance. Euclidean distance merupakan teknik
penghitungan jarak antara dua objek dengan menggunakan teorema Phytagoras. Dalam
penelitian ini, tiap lahan bervegetasi yang meliputi sawah, ladang, rumputsemak,
sawit dan vegetasi tinggi akan dihubungkan dengan penutupan lahan yang serupa.
Dengan demikian, akan dihasilkan fungsi jarak antar sawah yang satu dengan sawah
yang lainnya dalam lokasi penelitian, begitupun dengan vegetasi tinggi, ladang,
rumputsemak
dan sawit.
Jarak-jarak tersebut digunakan sebagai peubah penjelas
yang selanjutnya akan digunakan sebagai penduga suhu permukaan di suatu titik
amatan.
3.3.3. Neraca Energi a. Perhitungan Suhu Permukaan Ts
Suhu permukaan diperoleh melalui kanal 6 yang kemudian diekstraksi menjadi digital
number, spectral radiance, suhu kecerahan dan suhu permukaan tiap penutupan lahan.
• Konversi nilai Digital Number DN ke dalam nilai Spectral Radiance
Persamaan yang
digunakan untuk
menghitung nilai spektral radiance dari nilai DN dalam Landsat 7 science data Users
Handbook-chapter 11
2003, adalah
sebagai berikut : L
λ
= Gain QCAL + Offset ........... 11 Atau dapat juga dituliskan :
i MIN
MIN MIN
MAX i
MIN i
MAX
L QCAL
QCAL QCAL
QCAL L
L L
..... 12 di mana :
L
λ
= Spectral radiance pada kanal ke-i Wm
-2
sr
-1
µ m
-1
QCAL = Nilai digital number kanal
ke-i L
MINi
= Nilai minimum
spectral radiance kanal ke-i
L
MAXi
= Nilai maksimum spectral radiance kanal ke-i, minimum pixel value
QCAL
MIN
= 1 LGPS Products 0 NPLAS Products
QCAL
MAX
= Maksimum Pixel value 255 • Konversi nilai Spectral Radiance ke
dalam suhu kecerahan Emisivitas, konduktivitas dan kapasitas
panas sangat berpengaruh terhadap suhu permukaan. Spektral yang dapat digunakan
untuk mengkaji kondisi suhu pada obyek di permukaan bumi adalah spektral termal.
Euclidean distance Zonal Statistic
Titik amatan Polygon
Polygon sawah, rumputsemak, sawit, vegetasi tinggi,dan ladang
Spatial Analysis
Klasifikasi Lahan
Jarak Dsawah, Dsawit, Dveg, Dladang dan Drs
Arc Map 9.3
13
Penggunaan spektral termal ini dapat dilakukan
dengan analisis
brightness temperature. Brightness temperature T
B
adalah perhitungan dari intensitas radiasi termal yang diemisikan oleh obyek. Satuan
yang digunakan adalah satuan suhu, sebab terdapat korelasi antara intensitas radiasi
yang diemisikan dan suhu fisik dari badan radiasi, di mana diasumsikan bahwa emisi
radiasi pada permukaan obyek berwarna hitam adalah 1,0 Khomarudin, 2005. Suhu
kecerahan dihitung dengan menggunakan nilai spectral radiance yang diperoleh dari
nilai digital number USGS, 2002. Dengan mengetahui nilai spectral radiance, maka
dapat diketahui nilai suhu kecerahannya melalui persamaan:
di mana : T
S
= Suhu Permukaan yang terkoreksi
K T
B
= Suhu kecerahan K =
= 1,438 X 10
-23
= Tetapan Boltzman 1,38 X 1010
- 23
JK
-1
λ =
Panjang gelombang radiasi emisi 11,5
m =
Emisivitas Nilai emisivitas untuk lahan non-
vegetasi yaitu sekitar 0.96 dan untuk lahan vegetasi sekitar 0.97.
Sedangkan nilai emisivitas untuk air sekitar 0.98 Artis dan
Carnahan 1982 dalam Hermawan 2005.
2 1
ln 1
B
K T
K L
.....14
dengan K
1
= 666.09 Wm
-2
sr
-1
m
-1
dan K
2
= 1282.71 Kelvin untuk Landsat ETM
sedangkan untuk Landsat TM, K
1
= 607,76 Wm
-2
sr
-1
m
-1
dan K
2
= 1260.56 Kelvin, T
B
adalah suhu kecerahan Kelvin dan L
λ
adalah Spectral radiance pada kanal ke-i yang nilainya 17,04255 DN Radiance
Wm
-2
sr
-1
m
-1
. Persamaan suhu permukaan adalah sebagai berikut :
Gambar 14 Diagram alir penentuan suhu
permukaan dan neraca energi. b. Albedo
Pendugaan albedo dari citra Landsat dalam USGS 2002 dapat ditentukan melalui
persamaan :
…
..15 di mana :
d =
jarak astronomi bumi- matahari
ESUN
λ
= rata-rata nilai solar spectral
radiance Cos ө =
sudut zenith matahari Nilai d
2
dapat diketahui dengan menentukan JD Julian Date yaitu jumlah
hari dalam satu tahun yang dihitung sampai tanggal
akuisisi data
citra tersebut.
Persamaan yang digunakan dalam penentuan jarak astronomi bumi-matahari
d2 = 10.01674 Cos 0.98 JD-4
2
..........16 T
s
G R
s
↑ Kanal 6
Subset image wilayah Kota Bogor
PathRow 122 065
Kanal 3,4
Spectral
radiance
NDVI Albedo α
R
s
↓ R
s
↓ T
s
R
n
H λE
Komponen Neraca Energi
14
Tabel 5 Parameter perhitungan albedo
Fluks Panas Tanah Fluks
panas tanah
dihitung berdasarkan hubungan antara radiasi netto
R
n
, suhu permukaan T
s
, albedo dan
NDVI yang dirumuskan oleh Allen et. al 2001 :
0.0038 …………….17
Fluks Panas Udara Fluks
pemanasan udara
dapat dihampiri melalui persamaan :
……..18 di mana H adalan Sensible Heat Flux, R
n
adalan radiasi netto, G adalah fluks pemanasan udara dan
adalah nisbah bowen. Nisbah bowen merupakan nilai
perbandingan antara
besarnya fluks
pemanasan udara terhadap panas laten yang dirumuskan ebagai berikut:
……..19
3.3.4. Pembuatan model
Data yang
diperoleh dari
hasil interpretasi pada citra, selanjutnya dijadikan
sebagai peubah untuk menentukan atau menduga pengaruh luas dan jarak ruang
terbuka hijau terhadap suhu permukaan. Tahapan pembuatan model dapat dilakukan
sesuai tahapan pada Gambar 3.
Penentuan Peubah Penentuan peubah dilakukan untuk
mengetahui jenis
peubah yang
mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh model. Dalam menentukan jenis peubah,
terlebih dahulu perlu dilakukan analisa hubungan tiap peubah. Pada penelitian kali
ini, terdapat sepuluh peubah yang menjadi kajian penelitian, yaitu suhu permukaan,
albedo, radiasi netto, fluks pemanasan tanah, fluks panas udara, sawah, sawit, vegetasi
tinggi, rumputsemak dan ladang. Peubah penjelas berupa sawah, sawit, vegetasi
tinggi, rumputsemak dan ladang merupakan fungsi jarak yang diperoleh dari tahap 3.3.2.
Penentuan Titik amatan Titik yang digunakan adalah titik pada
penutupan lahan berupa lahan terbangun pada wilayah kajian. Pada titik-titik tersebut
akan ditentukan berbagai peubah penjelas yang selanjutnya akan diekstraksi sebagai
suatu model.
Uji Asumsi Dalam
memodelkan dengan
menggunakan analisis
regresi, maka
diharapkan data mengikuti asumsi sebagai berikut :
a Galat dari peubah penjelas menyebar normal
b Ragam pada peubah penjelas homogen homoskendastisitas
c Diantara peubah penjelas tidak terdapat multikolinieritas
dan bila
terdapat multikolinieritas,
maka hanya
digunakan peubah inti yang merupakan peubah utama yang paling berpengaruh
terhadap suhu permukaan. d Galat pada model linier bersifat bebas
antara satu observasi dengan observasi berikutnya atau yang biasa disebut
dengan tidak ada autokorelasi antar galat pada model. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan
dengan menggunakan
statistik uji Durbin-Watson. Apabila nilai D-W berada di mendekati angka 2,
maka tidak terjadi autokorelasi. Analisis Regresi
Analisis regresi yang digunakan adalah dengan menghubungkan fluks pemanasan
udara heat, albedo, fluks pemanasan tanah, radiasi netto, vegetasi tinggi, rumputsemak,
sawah, ladang dan sawit RTH yang diperoleh dari data yang telah diolah.
Selanjutnya, ketiga prediktor tersebut akan dihubungkan dengan suhu permukaan titik
amatan yang didasarkan pada koordinat titik tersebut.
Penentuan Peubah yang Berpengaruh Pada saat meregresikan suatu prediktor
terhadap peubah respon, akan ada beberapa prediktor yang tidak berpengaruh terhadap
peubah penjelas,. Pada kondisi demikian, perlu adanya pemilihan prediktor yang
berpengaruh dan selanjutnya dilakukan kembali analisis regresi.
Transformasi Box-Cox
Transformasi Box Cox diberlakukan kepada variabel respon, Y, yang harus
Parameter Kanal 1 Kanal 2
Kanal 3 Sudut
elevasi matahari
58 32
-58 32
58 32
Irradiasi matahari
1969 1840
1551 jarak
bumi ke matahari
1.016707 1.016707 1.016707
15
bertanda positif,
dinyatakan dalam
transformasi kuasa
dengan persamaan
berikut :
{ ⁄
…..
20 Salah satu metode penaksiran yang dapat
digunakan ialah
metode maksimum
likelihood Draper Smith, 1981. Validasi Model
Proses validasi model dimaksudkan untuk menguji kelayakan model untuk
menduga titik-titik lain di wilayah kajian. Validasi dilakukan dengan menggunakan
20 dari titik amatan. Pada penelitian ini, diambil 229 titik amatan, sehingga data yang
digunakan untuk validasi adalah sebanyak 59 data dengan titik tersebar secara acak dan
mewakili seluruh wilayah kajian. Bila hasil validasi dianggap baik, maka persamaan
dapat diaplikasikan kepada berbagai pihak yang terkait.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Kota Bogor
Secara astronomis, Kota Bogor terletak pada 106
o
43’30’’ BT – 106
o
51’00’’ BT dan 6
o
30’30’’δS – 6
o
41’00’’δS dengan luas wilayah adalah 21.56 Km
2
. Dalam penelitian ini, wilayah Bogor yang dikaji terletak pada
106
o
4840 BT - 106
o
4622 BT dan 6
o
3053 LS - 6
o
4008 LS. Kota Bogor berada pada ketinggian
190 hingga 300 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini terbilang sejuk dengan
suhu udara rata-rata tiap bulannya adalah 26
o
C dengan kelembaban nisbi pada tahun 2006 sebesar 81. Suhu terendah Bogor
mencapai 21.8
o
C yang sering terjadi pada bulan Desember hingga Januari.
4.2. Klasifikasi
Penutupan Lahan
Menggunakan Citra Satelit Landsat
Klasifiikasi penutupan lahan di Bogor melalui interpretasi citra satelit Landsat 5
TM+ pada tanggal akuisisi 18 Mei 2006 dilakukan dengan menggunakan klasifikasi
terbimbing supervised
classification menggunakan teknik maaximum likelyhood.
Penutupan lahan land cover pada wilayah kajian diklasifikasikan menjadi tujuh kelas,
yaitu badan air, lahan terbangun, ladang, rumputsemak, sawah, sawit dan vegetasi
tinggi. Masing
– masing diklasifikasikan berdasarkan kelas spektral melalui beberapa
training area Gambar 15 yang diperoleh dari pengecekan di lapang.
Gambar 15 Trainning area
pada klasifikasi tutupan lahan.
Akurasi klasifikasi lahan tersebut diperoleh dengan mecocokkan hasil ground
check dengan hasil klasifikasi pada citra. Berdasarkan uji akurasi, didapatkan bahwa
klasifikasi lahan pada penelitian di area studi, sebesar 95.65 dan nilai kappa
statistik sejumlah 0.9454. Nilai akurasi dan kappa
tersebut menunjukkan
adanya kesalahan klasifikasi sebesar 4.35 dengan
perbedaan hasil klasifikasi terhadap ground truth sebesar 5.46 dari kondisi sebenarnya.
Dengan demikian, klasifikasi penutupan pada penelitian ini telah menghampiri
kondisi penutupan lahan yang sebenarnya pada wilayah kajian. Hal ini ditandai dengan
nilai akurasi dan kappa statistik yang lebih dari 85.
Tabel 6 Klasifikasi penutupan lahan Bogor
tahun 2006 Penutupan
Lahan Luas
Ha Luas
Badan air 505
4.7 Sawah
2357 22.1
Vegetasi tinggi 1704
15.9 Semakrumput
2786 26.1
Badan air Sawah
Vegetasi tinggi Lahan terbangun
Rumputsemak Ladang
Sawit
15
bertanda positif,
dinyatakan dalam
transformasi kuasa
dengan persamaan
berikut :
{ ⁄
…..
20 Salah satu metode penaksiran yang dapat
digunakan ialah
metode maksimum
likelihood Draper Smith, 1981. Validasi Model
Proses validasi model dimaksudkan untuk menguji kelayakan model untuk
menduga titik-titik lain di wilayah kajian. Validasi dilakukan dengan menggunakan
20 dari titik amatan. Pada penelitian ini, diambil 229 titik amatan, sehingga data yang
digunakan untuk validasi adalah sebanyak 59 data dengan titik tersebar secara acak dan
mewakili seluruh wilayah kajian. Bila hasil validasi dianggap baik, maka persamaan
dapat diaplikasikan kepada berbagai pihak yang terkait.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Kota Bogor
Secara astronomis, Kota Bogor terletak pada 106
o
43’30’’ BT – 106
o
51’00’’ BT dan 6
o
30’30’’δS – 6
o
41’00’’δS dengan luas wilayah adalah 21.56 Km
2
. Dalam penelitian ini, wilayah Bogor yang dikaji terletak pada
106
o
4840 BT - 106
o
4622 BT dan 6
o
3053 LS - 6
o
4008 LS. Kota Bogor berada pada ketinggian
190 hingga 300 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini terbilang sejuk dengan
suhu udara rata-rata tiap bulannya adalah 26
o
C dengan kelembaban nisbi pada tahun 2006 sebesar 81. Suhu terendah Bogor
mencapai 21.8
o
C yang sering terjadi pada bulan Desember hingga Januari.
4.2. Klasifikasi