1
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Suhu permukaan merupakan salah satu unsur
iklim mikro
yang dapat
mempengaruhi karakteristik unsur iklim mikro lainnya seperti suhu udara, arah angin
dan sebagainya. Pada daerah perkotaan, unsur-unsur
fisis atmosfer
sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan
aktivitas penggunaan
lahan. Aktivitas
tersebut membentuk karakteristik iklim mikro yang khas di perkotaan. Salah satu
karakteristik iklim mikro yang tampak adalah dengan terbentuknya pulau panas
urban heat island di mana terdapat perbedaan yang nyata antara suhu rata-rata
daerah urban dengan daerah sub-urban.
Pada dasarnya, penggunaan lahan dapat berpengaruh terhadap penerimaan
radiasi matahari dan kemampuan bahan penutup lahan tersebut dalam melepaskan
panas yang diterima dari radiasi matahari. Menurut Wardhani 2006, penutupan lahan
berupa
penutupan vegetasi,
dapat menurunkan
suhu di
pusat kota
dibandingkan dengan daerah pinggiran kota. Dengan
pertimbangan tersebut,
maka diperlukan eksistesi ruang terbuka hijau di
wilayah perkotaan.
Namun demikian,
Perencanaan wilayah perkotaan seringkali kurang
memperhatikan aspek
fisis perkotaan. Umumnya, pembangunan ruang
terbuka hijau hanya dilakukan pada lahan- lahan yang kosong dan kurang mencukupi
sebagai peredam panas perkotaan. Oleh Karena itu, diperlukan perumusan dalam
penentuan jarak antar-ruang terbuka hijau di daerah perkotaan agar ruang terbuka hijau
tersebut dapat secara efektif menciptakan iklim mikro diperkotaan yang nyaman.
Pendugaan jarak ruang terbuka hijau yang
efektif dapat
ditempuh dengan
observasi pengaruh ruang terbuka hijau terhadap iklim mikro khususnya suhu udara
di perkotaan. Akan tetapi, untuk dapat diperoleh
data yang
menggambarkan pengaruh ruang terbuka hijau terhadap suhu
permukaan dengan tepat, maka diperlukan kondisi cuaca yang menghampiri kondisi
normal di mana tidak terjadi fenomena ENSO pada tahun tersebut. Oleh sebab itu,
pendugaan sebaran suhu permukaan pada area
yang luas,
dilakukan dengan
menggunakan teknik teknik penginderaan jauh.
Teknik pengindraan jauh selain dapat menghemat biaya dan waktu, dapat pula
menyediakan data yang relatif cepat, mudah dan berkelanjutan serta meliputi area kajian
yang luas. Dengan demikian, perumusan jarak antar-ruang terbuka hijau di daerah
perkotaan dapat diperoleh melalui ekstraksi komponen neraca energi, suhu permukaan
dan jarak antar-ruang terbuka hijau sehingga dapat memudahkan penentu kebijakan
dalam perencanaan pembangunan tata kota dan wilayah perencanaan tata ruang di
perkotaan.
1.2. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun model hubungan antara jarak
RTH terhadap iklim mikro khususnya suhu permukaan di perkotaan. Berdasarkan model
tersebut, didapatkan jarak RTH yang efektif, sehingga
dapat digunakan
sebagai pertimbangan
perencanaan tata
ruang perkotaan.
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Hijau
Dalam Undang-Undang no 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pasal 1 ayat
31 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Ruang terbuka hijau adalah area
memanjangjalur danatau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,
tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam. Pada pasal 29 ayat 2 UU No. 26 tahun 2007 disebutkan bahwa proporsi ruang
terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 tiga puluh persen dari luas
wilayah kota. Selanjutnya, pada pasal 29 ayat 3 UU No. 26 tahun 2007 disebutkan
bahwa Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 dua
puluh persen dari luas wilayah kota.
Menurut Instruksi Mendagri No. 14 Tahun 1998 Tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau di wilayah perkotaan, terdapat tujuh bentuk RTH berdasarkan
tujuan penggunaannya, yaitu :
RTH yang berlokasi dikarenakan adanya tujuan konservasi,
RTH untuk tujuan keindahan kota, RTH karena adanya tuntutan fungsi
kegiatan tertentu,
misalnya RTH
rekreasi dan RTH pusat kegiatan olahraga,
RTH untuk tujuan pengaturan lalu lintas kota,
1
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Suhu permukaan merupakan salah satu unsur
iklim mikro
yang dapat
mempengaruhi karakteristik unsur iklim mikro lainnya seperti suhu udara, arah angin
dan sebagainya. Pada daerah perkotaan, unsur-unsur
fisis atmosfer
sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan
aktivitas penggunaan
lahan. Aktivitas
tersebut membentuk karakteristik iklim mikro yang khas di perkotaan. Salah satu
karakteristik iklim mikro yang tampak adalah dengan terbentuknya pulau panas
urban heat island di mana terdapat perbedaan yang nyata antara suhu rata-rata
daerah urban dengan daerah sub-urban.
Pada dasarnya, penggunaan lahan dapat berpengaruh terhadap penerimaan
radiasi matahari dan kemampuan bahan penutup lahan tersebut dalam melepaskan
panas yang diterima dari radiasi matahari. Menurut Wardhani 2006, penutupan lahan
berupa
penutupan vegetasi,
dapat menurunkan
suhu di
pusat kota
dibandingkan dengan daerah pinggiran kota. Dengan
pertimbangan tersebut,
maka diperlukan eksistesi ruang terbuka hijau di
wilayah perkotaan.
Namun demikian,
Perencanaan wilayah perkotaan seringkali kurang
memperhatikan aspek
fisis perkotaan. Umumnya, pembangunan ruang
terbuka hijau hanya dilakukan pada lahan- lahan yang kosong dan kurang mencukupi
sebagai peredam panas perkotaan. Oleh Karena itu, diperlukan perumusan dalam
penentuan jarak antar-ruang terbuka hijau di daerah perkotaan agar ruang terbuka hijau
tersebut dapat secara efektif menciptakan iklim mikro diperkotaan yang nyaman.
Pendugaan jarak ruang terbuka hijau yang
efektif dapat
ditempuh dengan
observasi pengaruh ruang terbuka hijau terhadap iklim mikro khususnya suhu udara
di perkotaan. Akan tetapi, untuk dapat diperoleh
data yang
menggambarkan pengaruh ruang terbuka hijau terhadap suhu
permukaan dengan tepat, maka diperlukan kondisi cuaca yang menghampiri kondisi
normal di mana tidak terjadi fenomena ENSO pada tahun tersebut. Oleh sebab itu,
pendugaan sebaran suhu permukaan pada area
yang luas,
dilakukan dengan
menggunakan teknik teknik penginderaan jauh.
Teknik pengindraan jauh selain dapat menghemat biaya dan waktu, dapat pula
menyediakan data yang relatif cepat, mudah dan berkelanjutan serta meliputi area kajian
yang luas. Dengan demikian, perumusan jarak antar-ruang terbuka hijau di daerah
perkotaan dapat diperoleh melalui ekstraksi komponen neraca energi, suhu permukaan
dan jarak antar-ruang terbuka hijau sehingga dapat memudahkan penentu kebijakan
dalam perencanaan pembangunan tata kota dan wilayah perencanaan tata ruang di
perkotaan.
1.2. Tujuan penelitian