Pembuatan model Koreksi Geometrik

14 Tabel 5 Parameter perhitungan albedo  Fluks Panas Tanah Fluks panas tanah dihitung berdasarkan hubungan antara radiasi netto R n , suhu permukaan T s , albedo  dan NDVI yang dirumuskan oleh Allen et. al 2001 : 0.0038 …………….17  Fluks Panas Udara Fluks pemanasan udara dapat dihampiri melalui persamaan : ……..18 di mana H adalan Sensible Heat Flux, R n adalan radiasi netto, G adalah fluks pemanasan udara dan  adalah nisbah bowen. Nisbah bowen merupakan nilai perbandingan antara besarnya fluks pemanasan udara terhadap panas laten yang dirumuskan ebagai berikut: ……..19

3.3.4. Pembuatan model

Data yang diperoleh dari hasil interpretasi pada citra, selanjutnya dijadikan sebagai peubah untuk menentukan atau menduga pengaruh luas dan jarak ruang terbuka hijau terhadap suhu permukaan. Tahapan pembuatan model dapat dilakukan sesuai tahapan pada Gambar 3.  Penentuan Peubah Penentuan peubah dilakukan untuk mengetahui jenis peubah yang mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh model. Dalam menentukan jenis peubah, terlebih dahulu perlu dilakukan analisa hubungan tiap peubah. Pada penelitian kali ini, terdapat sepuluh peubah yang menjadi kajian penelitian, yaitu suhu permukaan, albedo, radiasi netto, fluks pemanasan tanah, fluks panas udara, sawah, sawit, vegetasi tinggi, rumputsemak dan ladang. Peubah penjelas berupa sawah, sawit, vegetasi tinggi, rumputsemak dan ladang merupakan fungsi jarak yang diperoleh dari tahap 3.3.2.  Penentuan Titik amatan Titik yang digunakan adalah titik pada penutupan lahan berupa lahan terbangun pada wilayah kajian. Pada titik-titik tersebut akan ditentukan berbagai peubah penjelas yang selanjutnya akan diekstraksi sebagai suatu model.  Uji Asumsi Dalam memodelkan dengan menggunakan analisis regresi, maka diharapkan data mengikuti asumsi sebagai berikut : a Galat dari peubah penjelas menyebar normal b Ragam pada peubah penjelas homogen homoskendastisitas c Diantara peubah penjelas tidak terdapat multikolinieritas dan bila terdapat multikolinieritas, maka hanya digunakan peubah inti yang merupakan peubah utama yang paling berpengaruh terhadap suhu permukaan. d Galat pada model linier bersifat bebas antara satu observasi dengan observasi berikutnya atau yang biasa disebut dengan tidak ada autokorelasi antar galat pada model. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan dengan menggunakan statistik uji Durbin-Watson. Apabila nilai D-W berada di mendekati angka 2, maka tidak terjadi autokorelasi.  Analisis Regresi Analisis regresi yang digunakan adalah dengan menghubungkan fluks pemanasan udara heat, albedo, fluks pemanasan tanah, radiasi netto, vegetasi tinggi, rumputsemak, sawah, ladang dan sawit RTH yang diperoleh dari data yang telah diolah. Selanjutnya, ketiga prediktor tersebut akan dihubungkan dengan suhu permukaan titik amatan yang didasarkan pada koordinat titik tersebut.  Penentuan Peubah yang Berpengaruh Pada saat meregresikan suatu prediktor terhadap peubah respon, akan ada beberapa prediktor yang tidak berpengaruh terhadap peubah penjelas,. Pada kondisi demikian, perlu adanya pemilihan prediktor yang berpengaruh dan selanjutnya dilakukan kembali analisis regresi.  Transformasi Box-Cox Transformasi Box Cox diberlakukan kepada variabel respon, Y, yang harus Parameter Kanal 1 Kanal 2 Kanal 3 Sudut elevasi matahari 58 32 -58 32 58 32 Irradiasi matahari 1969 1840 1551 jarak bumi ke matahari 1.016707 1.016707 1.016707 15 bertanda positif, dinyatakan dalam transformasi kuasa dengan persamaan berikut : { ⁄ ….. 20 Salah satu metode penaksiran yang dapat digunakan ialah metode maksimum likelihood Draper Smith, 1981.  Validasi Model Proses validasi model dimaksudkan untuk menguji kelayakan model untuk menduga titik-titik lain di wilayah kajian. Validasi dilakukan dengan menggunakan 20 dari titik amatan. Pada penelitian ini, diambil 229 titik amatan, sehingga data yang digunakan untuk validasi adalah sebanyak 59 data dengan titik tersebar secara acak dan mewakili seluruh wilayah kajian. Bila hasil validasi dianggap baik, maka persamaan dapat diaplikasikan kepada berbagai pihak yang terkait. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Kota Bogor Secara astronomis, Kota Bogor terletak pada 106 o 43’30’’ BT – 106 o 51’00’’ BT dan 6 o 30’30’’δS – 6 o 41’00’’δS dengan luas wilayah adalah 21.56 Km 2 . Dalam penelitian ini, wilayah Bogor yang dikaji terletak pada 106 o 4840 BT - 106 o 4622 BT dan 6 o 3053 LS - 6 o 4008 LS. Kota Bogor berada pada ketinggian 190 hingga 300 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini terbilang sejuk dengan suhu udara rata-rata tiap bulannya adalah 26 o C dengan kelembaban nisbi pada tahun 2006 sebesar 81. Suhu terendah Bogor mencapai 21.8 o C yang sering terjadi pada bulan Desember hingga Januari.

4.2. Klasifikasi