28
4.2.4 Tahanan Penetrasi Tanah
Tahanan penetrasi tanah merupakan salah satu parameter sifat fisik tanah yang menggambarkan kepadatan atau kekuatan suatu tanah. Nilai tahanan
penetrasi tanah akan berimplikasi kepada aktivitas akar tanaman untuk menembus tanah. Pengaruh berbagai jenis pengolahan tanah pengolahan tanah konservasi
dan pengolahan tanah intensif terhadap nilai tahanan penetrasi tanah disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Tahanan Penetrasi Tanah pada Berbagai Jenis Pengolahan Tanah, Kedalaman Tanah dan Beberapa Hari Setelah Hujan.
Hari setelah hujan Tahanan penetrasi tanah kgcm²
Pengolahan tanah konservasi Pengolahan tanah intensif
Kedalaman cm Kedalaman cm
0-10 10-20
0-10 10-20
H+1 0,6
1,0 2,5
3,5 H+2
0,7 1,3
3,8 3,9
H+3 0,8
1,6 4,0
4,5 H+4
0,9 1,8
5,0 5,1
H+5 1,1
2,0 6,0
7,0
Keterangan : H+1 artinya 1 hari setelah hujan berhenti dan seterusnya
Tabel 8 menunjukkan bahwa pengolahan tanah berpengaruh terhadap tahanan penetrasi tanah, yang ditunjukkan oleh peningkatan kepadatan tanah
setiap harinya setelah tidak ada hujan baik di kedalaman tanah 0-10 cm mau pun 10-20 cm. Kadar air lapang semakin menurun dari hari pertama hingga hari ke
lima selama tidak ada hujan. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin kering dan padat, sehinggga nilai tahanan penetrasi tanah menjadi meningkat.
Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa nilai tahanan penetrasi tanah pada lahan pengolahan tanah konservasi di kedalaman 0-10 cm dan 10-20 cm
lebih rendah dibandingkan lahan pengolahan tanah intensif yang begitu tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa lahan pengolahan tanah intensif memiliki kepadatan
yang tinggi dibandingkan lahan pengolahan tanah konservasi. Tahanan penetrasi tanah dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik, porositas dan juga struktur
tanah. Seperti yang dikemukakan Brady dan Weil 2002, bahwa cara pengolahan tanah sangat mempengaruhi hasil pengolahan tanah, struktur, bobot isi, dan ruang
29 pori tanah. Oleh karena itu, cara mengolah tanah akan mempengaruhi tingkat
kepadatan suatu tanah. Nilai tahanan penetrasi tanah, baik pada lahan pengolahan tanah
konservasi mau pun pengolahan tanah intensif pada kedalaman tanah 0-10 cm dan 10-20 cm sama-sama menunjukkan grafik peningkatan dari hari ke hari selama
tidak ada hujan. Grafik peningkatan yang menunjukkan nilai tahanan penetrasi tanah pada kedalaman tanah 0-10 cm dan 10-20 cm disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Tahanan Penetrasi Tanah Berdasarkan Kedalaman Tanah dan Waktu Hari Selama Tidak Ada Hujan
Gambar 8 menunjukkan bahwa nilai tahanan penetrasi pada lahan pengolahan tanah konservasi dan lahan pengolahan tanah intensif pada kedalaman
0-10 cm dan 10-20 cm memiliki peningkatan nilai yang terus menerus setiap harinya selama tidak ada hujan. Hal ini karena tahanan penetrasi tanah berkorelasi
dengan kadar air tanah yang dimilikinya. Semakin hari kadar air tanah menurun, sehingga tahanan penetrasi tanah menjadi meningkat. Namun nilai tahanan
penetrasi tanah dari hari ke hari pada lahan pengolahan tanah intensif lebih besar dibandingkan lahan pengolahan tanah konservasi. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin hari setelah tidak ada hujan, kepadatan tanah yang tinggi akan terjadi
pada lahan pengolahan tanah intensif. Menurut Davidson 1965, tahanan
penetrasi merupakan kekuatan tanah yang bersifat komposit, artinya kekerasan tanah dipengaruhi oleh beberapa sifat fisik tanah lainnya; kadar air, struktur tanah,
indeks plastisitas, adhesi atau kombinasinya.
30 Kepadatan yang terjadi dipengaruhi oleh kondisi ketersediaan bahan
organik dan porositas tanah yang ada di lahan tersebut. Bahan organik berperan dalam menciptakan kegemburan tanah. Pemberian bahan organik akan
mempengaruhi terciptanya peningkatan porositas tanah yang tinggi. Sehingga kepadatan tanah dapat diatasi. Pada lahan pengolahan tanah intensif pemanfaatan
sisa-sisa tanaman dan gulma sebagai penutup lahan dan bahan organik tidak dilakukan. Penghancuran agregat tanah pun terjadi pada pengolahan tanah intensif
ini sehingga akan menimbulkan dispersi agregat dan merusak struktur tanah. Hal- hal tersebut akan menciptakan kepadatan suatu tanah yang tinggi. Berbeda dengan
lahan pengolahan tanah konservasi, dengan adanya pemanfaatan sisa-sisa tanaman dan gulma sebagai penutup lahan dan bahan organik serta tidak dilakukanya
penghancuran agregat tanah yang dapat menimbulkan terjadinya dispersi agregat dan rusaknya struktur tanah, maka tahanan penetrasi tanah di lahan tersebut tidak
akan tinggi. Pada kedua lahan baik lahan pengolahan tanah konservasi dan lahan
pengolahan tanah intensif di kedalaman tanah 0-10 cm secara umum memiliki tahanan penetrasi lebih rendah dibandingkan di kedalaman 10-20 cm. Hal ini
karena terdapatnya aktivitas perakaran tanaman yang tinggi, tersedianya bahan organik yang tinggi, serta struktur tanah yang lebih remah di kedalaman 0-10 cm
dibandingkan di kedalaman 10-20 cm. Nilai tahanan penetrasi ini akan berimplikasi kepada aktivitas perakaran
tanaman. Aktivitas perakaran tanaman berhubungan dengan daya penetrasi akar untuk dapat menembus tanah. Seperti kita ketahui bahwa akar berperan dalam
penyerapan air dan hara yang ada di dalam tanah. Oleh karena itu, ketika kepadatan tanah sangat tinggi maka akar akan sulit menembus tanah tersebut.
Sehingga air dan hara akan sulit diambil oleh akar. Pada lahan pengolahan tanah intensif, nilai kepadatan tanah lebih tinggi dibandingkan dengan lahan pengolahan
tanah konservasi. Artinya akar akan lebih mudah menembus tanah dan mengambil air dan hara tanah pada lahan pengolahan tanah konservasi. Menurut Mazurak dan
Pohlman 1968, akar tanaman kedelai dan jagung akan sangat terhambat pada ketahanan penetrasi 1Mpa 10 kgcm², di atas 1 Mpa akar jagung dan kedelai
hampir tidak ditemukan. Pada hari ke-4 dan ke-5 di lahan pengolahan tanah
31 intensif memiliki nilai antara 5 kgcm² - 7 kgcm² pada kedalaman 0-10 cm dan
10-20 cm. Hal ini menunjukkan adanya potensi menjadi sangat terhambatnya perakaran tanaman yang terjadi pada lahan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan
penanganan seperti pemberian bahan organik atau melakukan irigasi agar aktivitas akar tanaman untuk menembus tanah menjadi lebih baik dan mudah.
4.2.5 Infiltrasi