24
4.2.3 Kemampuan Tanah Memegang Air 4.2.3.1 Kurva pF
Kemampuan tanah memegang air dapat dilihat dari kurva pF. Hasil penetapan kurva pF pada kedalaman tanah 0-20 cm dan 20-40 cm menunjukkan
bahwa pada nilai pF yang sama, lahan pengolahan tanah konservasi selalu memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan pengolahan tanah
intensif Gambar 6.
Gambar 6. Kurva pF berdasarkan jenis pengolahan tanah dan kedalaman tanah Hal ini mengindikasikan bahwa tanah yang diolah secara konservasi
mempunyai kemampuan menahan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang diolah secara intensif. Walaupun kadar air pada setiap pF tinggi,
kapasitas air tersedia KA pF 2,54 – KA pF 4,2 juga lebih tinggi pada lahan pengolahan tanah konservasi. Kondisi tersebut membuktikan bahwa tanah dengan
pengolahan tanah konservasi mempunyai distribusi ukuran pori yang lebih baik.
4.2.3.2 Kadar Air Kapasitas Lapang dan Air Tersedia
Kadar air kapasitas lapang adalah batas maksimum air yang dapat dipegang oleh tanah pada kondisi tidak terjadi lagi drainase internal di dalam
tanah dan umumnya penetapan kadar air pada kapasitas lapang di laboratorium dilakukan pada tegangan air nilai pF 2,54. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
25 kadar air kapasitas lapang pF2,54 pada lahan pengolahan tanah konservasi
secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan lahan pengolahan tanah intensif Gambar 6.
Air tersedia adalah kadar air yang tersedia bagi tanaman dan dapat diambil oleh tanaman. Batas kadar air tersedia terletak diantara kadar air kapasitas lapang
pF2,54 dan kadar air titik layu permanen pF4,2. Lahan pengolahan tanah konservasi memiliki air tersedia yang lebih tinggi dibandingkan lahan pengolahan
tanah intensif. Hal ini dipengaruhi oleh porositas total dan bahan organik tanah pada lahan tersebut. Porositas total tanah yang lebih banyak akan menyimpan air
yang lebih tinggi. Bahan organik tanah juga berperan terhadap ketersediaan air di dalam tanah, karena bahan organik dapat memegang air dengan baik serta dapat
meningkatkan porositas total tanah. Oleh karena itu, dengan memiliki porositas total tanah dan bahan organik tanah yang lebih tinggi maka lahan pengolahan
tanah konservasi memiliki air tersedia lebih tinggi dibandingkan lahan pengolahan tanah intensif. Ketersediaan air di dalam tanah juga berdampak pada
pertumbuhan tanaman, karena tanaman akan sangat membutuhkan air untuk mendukung segala proses pertumbuhannya.
4.2.3.3 Kadar Air Lapang
Kadar air lapang adalah kadar air yang menggambarkan kandungan air yang ada di lapang pada saat itu juga pengukuran. Kadar air lapang pada lahan
pengolahan tanah konservasi dan lahan pengolahan tanah intensif setelah beberapa hari selama tidak hujan pada kedalaman 0-10 cm dan 10-20 cm disajikan pada
Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan bahwa setelah beberapa hari 1-5 tidak terjadi
hujan, kadar air pada lahan pengolahan tanah konservasi lebih tinggi dibandingkan dengan lahan pengolahan tanah intensif. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan tanah dalam menahanmemegang air pada lahan pengolahan tanah konservasi lebih baik dibandingkan dengan lahan pengolahan tanah intensif.
Kemampuan menyimpan air pada tanah ditentukan oleh porositas dan kandungan bahan organik yang ada pada tanah tersebut. Semakin meningkatnya porositas
tanah maka kemampuan tanah dalam menyimpan air akan lebih tinggi. Bahan
26 organik juga berperan dalam membantu pengikatan air dan menjaga kelembaban
tanah dari evaporasi yang terjadi pada tanah. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan Poerwowidodo 1987, bahwa bahan organik yang telah terurai akan mempunyai
kemampuan menghisap dan memegang air yang tinggi, merangsang pembentukan agregat dan menurunkan sifat fisik dari liat.
Tabel 7. Kadar Air Lapang Pada Berbagai Jenis Pengolahan Tanah, Kedalaman Tanah dan Beberapa Hari Setelah Hujan
Hari setelah hujan Kadar air lapang volume
Pengolahan tanah konservasi Pengolahan tanah intensif
Kedalaman cm Kedalaman cm
0-10 10-20
0-10 10-20
H+1 51,42
53,24 44,49
45,15 H+2
46,36 47,27
39,29 40,38
H+3 40,70
45,8 37,64
38,83 H+4
40,03 42,31
36,10 37,58
H+5 38,58
41,92 34,23
36,54
Keterangan : H+1 artinya 1 hari setelah hujan berhenti dan seterusnya
Secara umum pada kedua lahan tersebut, kadar air tanah di kedalaman tanah 10-20 cm lebih tinggi dibandingkan kedalaman tanah 0-10 cm. Hal ini
dikarenakan potensi terjadinya evaporasi pada kedalaman tanah 0-10 cm lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman tanah 10-20 cm. Lapisan tanah atas 0-10
cm akan bersinggungan langsung dengan sinar matahari, udara dan suhu, sehingga nilai evaporasinya menjadi besar dan kadar air tanahnya menjadi lebih
rendah dibandingkan dengan lapisan tanah bawah 10-20 cm. Grafik penurunan kadar air tanah selama beberapa hari tidak terjadi hujan
berdasarkan jenis pengolahan tanah dan kedalaman tanah disajikan pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan penurunan kadar air dari hari ke hari selama
tidak ada hujan pada lahan pengolahan tanah konservasi dan lahan pengolahan tanah intensif. Kadar air tanah pada lahan pengolahan tanah konservasi terlihat
tetap lebih tinggi dibandingkan dengan lahan pengolahan tanah intensif walau terjadi penurunan kadar air tanah dari hari ke hari pada kedua lahan tersebut.
27 Gambar 7. Kadar Air Lapang, pada Berbagai Jenis Pengolahan Tanah, Kedalaman
Tanah dan Beberapa Hari Setelah Hujan. Kadar air tanah pada lahan pengolahan tanah intensif di kedalaman tanah
0-10 cm pada hari ke-5 berada di bawah batas kadar air titik layu permanennya. Kadar air tanah pada lahan pengolahan tanah intensif pada hari ke-5 sebesar
34,23 sedangkan batas kadar air titik layu permanennya pF4,2 adalah 35,11. Hal ini dapat mengakibatkan akar tanaman pada lahan pengolahan tanah intensif
pada hari ke-5 setelah tidak ada hujan, tidak akan dapat lagi mengambil air di kedalaman tanah 0-10 cm. Karena pada kedalaman tanah tersebut air sangat kuat
dipegang oleh tanah sehingga air tidak tersedia bagi tanaman. Akar tanaman dipaksa harus mencari air tanah pada kedalaman tanah yang lebih dalam agar
dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhannya. Usaha yang perlu dilakukan untuk meminimalisir keadaan tanah sebelum mencapai kadar air titik layu permanen
adalah dengan melakukan irigasi kepada lahan. Upaya ini dilakukan agar tanaman tidak mengalami layu permanen dan menghambat pertumbuhannya. Berdasarkan
hasil pengamatan sebaiknya irigasi dilakukan setelah hari ke-4 setelah tanah berada pada kondisi kapasitas lapang yang artinya irigasi pada lahan pengolahan
tanah intensif sebaiknya dilakukan dalam 4 hari sekali. Pada lahan pengolahan tanah konservasi selama 5 hari tidak hujan, kondisi kadar air tanahnya relatif
masih tinggi belum mencapai kadar air titik lau permanen pF4,2, sehingga waktu untuk melakukan irigasi kepada tanah lebih lama dibandingkan dengan
lahan pengolahan tanah intensif.
28
4.2.4 Tahanan Penetrasi Tanah