7 bertekstur halus lebih kuat menahan air dibanding tanah yang bertekstur kasar
Foth, 1988. Kadar air tanah yang makin tinggi menurunkan kekuatan tanah atau tahanan penetrasi tanah. Wesley 1973, menyatakan bahwa kadar air tanah adalah
perbandingan antara berat air dengan berat butir tanah dalam kondisi kering mutlak.
Dengan adanya vegetasi atau tanaman pada suatu lahan akan dapat meningkatkan kadar air kapasitas lapang mau pun kadar air maksimum yang
terikatteretensi oleh tanah. Hal ini disebabkan oleh bahan organik dari sisa-sisa tanaman. Telah diketahui bahwa bahan organik dapat mengikat air sampai enam
kali beratnya sendiri Hakim et al., 1986.
2.2.5 Tahanan Penetrasi Tanah
Menurut Davidson 1965, tahanan penetrasi merupakan kekuatan tanah
yang bersifat komposit, artinya kekerasan tanah dipengaruhi oleh beberapa sifat fisik tanah lainnya seperti: kadar air, struktur tanah, indeks plastisitas, adhesi atau
kombinasinya. Dengan demikian akan berdampak kepada aktivitas akar tanaman untuk menembus tanah. Salah satu cara untuk menentukan karakteristik kekuatan
tanah adalah dengan mempergunakan penetrometer. Hillel 1980, menambahkan bahwa pada mulanya penetrometer hanya
dirancang untuk penyelidikan kuantitatif terhadap kekuatan dan konsistensi tanah. Sekarang banyak jenis penetrometer telah dirancang untuk pengukuran kuantitatif
kekuatan tanah terhadap penembusan, sehingga dapat dihubungkan secara tepat dengan sifat-sifat tanah, seperti daya olah, kerapatan relatif zarah-zarah,
kemampatan daya tahan terhadap tekanan dan daya dukung terhadap penggunaan alat-alat besar.
2.2.6 Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses aliran air umumnya berasal dari curah hujan yang masuk ke dalam tanah. Dengan kata lain infiltrasi adalah aliran air masuk ke
dalam tanah sebagai akibat gaya gravitasi. Setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya
gravitasi bumi dikenal sebagai proses perkolasi. Faktor – faktor yang
8 mempengaruhi laju infiltrasi diantaranya adalah tekstur, struktur, kepadatan dan
kontinuitas pori tanah. Pada tanah bertekstur pasir, laju infiltrasinya akan sangat cepat, tanah bertekstur lempung laju infiltrasi adalah sedang hingga cepat, dan
tanah bertekstur liat laju infiltrasi akan lambat. Tanah yang semakin padat akan memiliki laju infiltrasi yang lambat. Tanah yang memiliki kontinuitas pori tanah
yang baik akan memiliki laju infiltrasi yang cepat Arsyad, 2006; Asdak, 2002; Mashall and Holmes, 1988.
2.2.7 Hantaran Hidrolik
Pergerakan air di dalam tanah merupakan aspek penting dalam hubungannya dengan bidang pertanian. Beberapa proses penting, seperti
masuknya air ke dalam tanah, pergerakan air ke zona perakaran, keluarnya air berlebih excess water atau drainase, aliran permukaan, dan evaporasi, sangat
dipengaruhi oleh kemampuan tanah dalam melewatkan air. Parameter atau ukuran yang dapat menggambarkan kemampuan tanah dalam melewatkan air disebut
sebagai konduktivitas hidrolik hydraulik conductivity Klute dan Dirksen, 1986. Kemampuan tanah untuk meneruskan air pada media berpori tanah
dalam keadaan jenuh disebut permeabilitas. Permeabilitas umumnya diukur sehubungan dengan laju aliran air melalui tanah dalam suatu waktu dan umumnya
dinyatakan dalam cmjam Foth, 1988. Hillel 1980, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
hantaran hidrolik antara lain porositas, distribusi ruang pori, tekstur, dan stabilitas agregat tanah. Pengaruh pemadatan terhadap hantaran hidrolik tanah adalah
memperlambat, karena adanya gangguan terhadap kontinuitas pori yang menyebabkan gerakan air di dalam tanah menjadi terhambat. Hantaran hidrolik
tanah akan meningkat bila a agregasi butir-butir tanah menjadi remah, b adanya bahan organik, c porositas tanah yang tinggi Sarief, 1989. Kelas
pergerakan air di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan tingkat kecepatannya Tabel 2.
9 Tabel 2. Kelas pergerakan air di dalam tanah
Kelas Kecepatan pergerakan air dalam tanah cmjam
Sangat Lambat 0.125
Lambat 0.125 - 0.5
Agak Lambat 0.5 - 2
Sedang 2 – 6.25
Agak Cepat 6.25 – 12.5
Cepat 12.5 – 25
Sangat Cepat 25
Sumber : Sitorus, et al.,1980
2.3 Pengolahan Tanah