xliii
melakukan ekspor dan komposisi investor asing atau domestik di pasar modal.
c Tingkat Suku Bunga Menurut teori klasik tingkat bunga memiliki dua fungsi, yaitu :
tabungan dan investasi. Menurut teori tersebut, semakin tinggi tingkat bunga maka semakin tinggi keinginan untuk menabung, sedangkan
semakin tinggi tingkat bunga, maka semakin kecil keinginan untuk melakukan investasi Nopirin,1998:70. Tingkat bunga dilihat
berdasarkan pengaruh uang beredar terhadap tingkat bunga adalah negatif, maksudnya jika tingkat bunga naik maka tingkat uang turun,
yang dikarenakan turunnya investasi. Dan sebaliknya jika tingkat uang naik mungkin karena investasi naik, maka tingkat bunga akan naik
untuk mengkompensasinya Nopirin,1998:70. Bagi perusahaan yang mempunyai tingkat hutang atau leverage yang
tinggi, kenaikan pada tingkat suku bunga akan meningkatkan biaya modal. Sedangkan hubungan lain antara tingkat bunga dan beta saham
yaitu adanya peralihan langsung investasi dari investasi di pasar modal ke investasi di bank. Dengan demikian, maka terjadi hubungan yang
positif antara tingkat suku bunga dengan beta saham.
2. Faktor Mikro
a Dividend Payout Dividend payout merupakan dividen yang dibayarkan dibagi dengan
laba yang tersedia untuk pemegang saham, rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham
xliv
dalam bentuk kas Heru Sutojo, 1997:496. Alasan bahwa perusahaan sulit untuk menurunkan dividen adalah jika perusahaan memotong
dividen, maka akan diasumsikan perusahaan membutuhkan dana. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk
membayar dividend payout lebih kecil agar tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi,
maka kemungkinan perusahaan untuk mengalami penurunan laba adalah tinggi. Dapat disimpulkan adanya hubungan yang negatif
antara risiko dan dividend payout Jogiyanto, 2003: 280, berarti dividend payout berkorelasi negatif dengan beta.
b Likuiditas Kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya yang harus
segera dipenuhi dengan aktiva lancar, dikenal dengan likuiditas. Likuiditas diukur sebagai current ratio yaitu aktiva lancar dibagi
dengan hutang lancar. Current ratio memberikan indikasi penting mengenai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya
atau hutang jangka pendek, karena kalau hutang lancarnya melebihi aktiva lancar, maka berarti perusahaan tidak akan mampu membayar
tagihan hutangnya. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar aktiva lancar diperkirakan dapat ditukar atau dirubah menjadi kas dalam
tempo satu tahun atau kurang. Sementara itu, sebagian besar hutang lancar adalah kewajiban yang harus dibayar menggunakan kas dalam
tempo satu tahun atau kurang. Sebagai aturan yang kasar rule of thumb, current ratio minimal 200 atau dua dibanding satu,
xlv
sehingga perusahaan dapat dipercaya mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya Munawir, 2002 :94.
Likuiditas diprediksi memiliki hubungan negatif dengan beta, yaitu diketahui bahwa semakin likuid perusahaan maka semakin kecil
risikonya. Likuiditas yang tinggi akan memperkecil risiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sebaliknya
tingkat likuiditas yang rendah berarti makin kecil aktiva lancar perusahaan. Hal ini akan memperbesar risiko kegagalan perusahaan
membayar hutang jangka pendeknya. c Financial Leverage
Menurut Sartono 2001:44, financial leverage atau leverage keuangan adalah suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana
sekuritas berpenghasilan tetap hutang dan saham preferen digunakan dalam stuktur modal perusahaan, sedangkan leverage sendiri
didefinisikan sebagai nilai hutang jangka panjang dibagi dengan total aktiva, untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh
hutang. Jika perusahaan menggunakan hutang semakin banyak, maka semakin besar beban tetap yang berupa bunga dan angsuran pokok
pinjaman yang harus dibayar, hal tersebut akan meningkatkan pengeluaran
perusahaan dan
menurunkan laba
perusahaan. Dampaknya adalah menurunnya prospek perusahaan di mata investor.
Prospek perusahaan akan mempengaruhi harga saham, perubahan harga saham berarti perubahan return saham. Semakin besar variasi
xlvi
return, maka semakin besar nilai beta saham. Dengan demikian, financial leverage memiliki korelasi positif terhadap beta saham.
H. KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Analisis pengaruh
Keterangan : Arah analisis
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran
Dalam analisis ini menggunakan analisis tiga tahap, pertama meregresikan variabel makro dan mikro secara bersama-sama sebagai variabel
independen dan beta saham sebagai variabel dependen, lalu pada tahap kedua
Variabel Makro:
1. Tingkat Inflasi 2. Tingkat Bunga
Risiko Investasi beta saham
Variabel Mikro:
1. Dividend Payout 2. Likuiditas
3. Leverage
xlvii
dan ketiga meregresikan variabel makro dan mikro secara terpisah sebagai variabel independen terhadap beta saham sebagai variabel dependen.
I. KERANGKA TEORITIS
1. Kerangka Teoritis