Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro terhadap Profitabilitas Perusahaan di Bursa Efek Indonesia

(1)

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MIKRO DAN

EKONOMI MAKRO TERHADAP PROFITABILITAS

PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

T E S I S

Oleh

ASTON L. SITUMORANG

097017023/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L

A H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MIKRO DAN

EKONOMI MAKRO TERHADAP PROFITABILITAS

PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ASTON L. SITUMORANG

097017023/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP

PROFITABILITAS PERUSAHAAN DI BURSA

EFEK INDONESIA Nama Mahasiswa : Aston L. Situmorang

Nomor Pokok : 097017023

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Jonni Manurung, MS) (Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 26 Mei 2011

PANITA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Jonni Manurung ,MS

Anggota : 1. Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA 3. Dr. Murni Daulay, M.Si


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI

MAKRO TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Mei 2011

Yang membuat pernyataan,


(6)

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

ABSTRAK

Variabel ekonomi mikro dan ekonomi makro merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap pengukuran profitabilitas perusahaan sehingga menjadi suatu kajian yang menarik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel ekonomi mikro (HPP) dan variabel ekonomi makro penting (Produk Domestik Bruto, dan Tingkat Inflasi), baik secara simultan maupun parsial terhadap profitabilitas perusahaan pada PT. Bursa Efek Indonesia (BEI).

Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini mencakup perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tepatnya terdaftar pada LQ 45 sejak tahun 2004-2008 yaitu sebanyak 20 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Alat analisis yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini adalah dengan program Eviews 4.1. Untuk tujuan analisis digunakan data sekunder berupa data time series dari tahun 2004-2008 mencakup Harga pokok Penjualan, Produk Domestik Bruto (GDP) dan Tingkat Inflasi serta Return On Assets (ROA). Data tersebut diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan BPS PDB Indonesia. Data tersebut diperoleh dari Departemen Keuangan, BPS dan sumber-sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan harga pokok penjualan, produk domestik bruto dan tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) pada tingkat kepercayaan 84,12 persen. Berdasarkan koefisien determinasi ini dihasilkan nilai F-statistik sebesar 18,54 signifikan pada tingkat á = 1%. Secara parsial harga pokok penjualan (COGS) dan tingkat inflasi (INF) berpengaruh negatif terhadap ROA sedangkan, GDP berpengaruh positif terhadap ROA.

Kata Kunci: Harga Pokok Penjualan (COGS), Produk Domestik Bruto (GDP), Tingkat Inflasi (INF), Return On Assets (ROA), LQ45.


(7)

ANALYZE OF MICRO ECONOMIC VARIABLES AND MACRO ECONOMIC VARIABLES AFFECTING THE PROFITABILITY OF THE COMPANY

ON INDONESIA STOCK EXCHANGE

ABSTRACT

Micro economic variables and the macro economic variables affecting the measurement of the profitability of the company therefor it becomes an interesting study. The goal of this research is to investigate the influence of micro economic variables (COGS) and the important macro economic variables (GDP, Inflation), either simultaneously or partially on the company's profitability on PT. Indonesia Stock Exchange (IDX).

The company that became the object of study include companies listed on stock exchanges registered in Indonesia precisely LQ 45 since the period 2004-2008 as many as 20 companies. The analytical method used was Ordinary Least Square (OLS). The analytical tool used to process data in this research is to program Eviews 4.1. For purposes of analysis used secondary data time series from the period 2004-2008 includes Cost of Goods Sold, Gross Domestic Product (GDP), Inflation rate and Return On Assets (ROA). The data obtained from the Indonesia Stock Exchange and Central Bureau of Statistics (CBS).The data obtained from the ministry of Finance, CBS and other sources are the journals and research results.

The results showed that simultaneous cost of goods sold, gross domestic product and inflation rate have a significant effect on profitability (ROA) of 84.12 percent confidence level. Based on this determination coefficient value of the F-statistic generated by 18.54 á = significant at 1 percent. The partial cost of goods sold (COGS) and the inflation rate (INF) while the negative effect on ROA, ROA has positive influence on GDP.

Keywords: Cost of Goods Sold (COGS), Gross Domestic Product (GDP), Inflation Rate (INF), Return On Assets (ROA), LQ45.


(8)

KATA PENGANTAR

Penelitian yang dituangkan dalam bentuk tesis ini merupakan tugas akhir yang harus disajikan dalam rangka menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana pada Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Dengan mengambil judul Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Mikro dan

Ekonomi Makro terhadap Profitabilitas Perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini dalam waktu yang telah ditetapkan berkat bimbingan dan arahan dari Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Akuntansi khususnya Dosen Pembimbing dan Dosen Pembanding dengan kesabarannya telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan petunjuk dan arahan. Dalam penyelesaian penulisan tesis ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik dalam bentuk moril, bimbingan maupun arahan, sehingga sesuai dengan syarat dan tata cara yang telah ditentukan. Untuk itu penulis dalam kesempatan ini, dengan kerendahan hati dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah memotivasi dan memberikan arahan dalam penyusunan tesis ini.

3. Bapak Dr. Jonni Manurung, MS, sebagai Ketua Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan arahan dalam penyusunan tesis ini.

4. Bapak Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak, sebagai Anggota Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan arahan dalam penyusunan tesis ini.


(9)

5. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak dan Syarief Fauzie SE, Ak, M.Acc, sebagai Dosen Pembanding pada saat seminar kolokium dan seminar hasil yang telah banyak memberikan saran-saran perbaikan dalam penyusunan tesis ini.

6. Bapak, Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Almarhum Ayah dan Ibuku tercinta (L.P. Situmorang dan K. Simbolon) atas doanya yang menyertai penulis sehingga penulis penuh harapan dan semangat dalam menyelesaikan studi dan tesis ini.

9. Mertua yang penulis hormati R. Simanihuruk dan S. Sinabariba atas doa dan bantuannya baik moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan tesis ini.

10.Orang-orang tercinta penulis (Isteriku Tiarma Simanihuruk dan Anakku Gregorius Situmorang) dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan perhatian, motivasi, semangat, saran dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

11.Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, namun harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan penulis selama ini.

Medan, Mei 2011

Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Aston L. Situmorang

2. Tempat/Tanggal Lahir : Tampuk Kite/26 Juni 1973

3. Pekerjaan : Dosen

4. Agama : Katolik

5. Nama Isteri : Tiarma Simanihuruk

6. Nama Anak : Gregorius Situmorang

7. Nama Orang Tua

Ayah : Alm. L.P Situmorang

Ibu : Alm. K. br Simbolon

8. Nama Mertua

Ayah : R. Simanihuruk

Ibu : S. Sinabariba

9. Pendidikan :

a. SD Negeri Tampuk Kite : Lulus Tahun 1986 b. SLTP Negeri 2 Tigalingga : Lulus Tahun 1989 c. SMA Swasta Cahaya 2 Sidikalang : Lulus Tahun 1992 d. Sarjana Ekonomi UNIKA ST. Thomas

Medan : Lulus Tahun 1998

e. Sekolah Pascasarjana USU : Lulus Tahun 2011 10.Pekerjaan

a. Yayasan Penerbit Bina Media : Tahun 1998-1999 b. Yayasan Pendidikan Abdi Sejati : Tahun 1999-2001 c. Yayasan Pendidikan STIE IBBI : Tahun 2001- sekarang d. PT. Alamjaya Wirasentosa Medan : Tahun 2001- sekarang


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……….. i

ABSTRACT……….. ii

KATA PENGANTAR………. iii

RIWAYAT HIDUP………..……… v

DAFTAR ISI………..……….. vi

DAFTAR TABEL………...………. ix

DAFTAR GAMBAR……… x

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

BAB I. PENDAHULUAN………... 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Perumusan Masalah……….. 7

1.3. Tujuan Penelitian………... 7

1.4. Manfaat Penelitian………... 7

1.5. Originalitas... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………... 11

2.1. Landasan Teoritis………. 11

2.1.1. Efficiency Market Hypothesis Theory ……… 11

2.1.2. Rasio Keuangan Pengukur Profitabilitas ……….. 13

2.1.3. Tinjauan terhadap Pasar Modal Indonesia………. 15

2.1.4. Tinjauan terhadap Variabel-variabel……….. 18

2.1.5. Perusahaan LQ 45……….. 27

2.1.6. Hubungan Antara Variabel Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro terhadap Profitabilitas………. 28

2.2. Tinjauan terhadap Penelitian Terdahulu………... 34

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS……... 39

3.1. Kerangka Konsep…..………... 39


(12)

BAB IV. METODE PENELITIAN……...………... 43

4.1. Jenis Penelitian….…..………... 43

4.2. Lokasi Penelitian………... 43

4.3. Populasi dan Sampel………. 43

4.4. Metode Pengumpulan Data………... 45

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel……..… 45

4.6. Metode Analisis Data….………... 48

4.6.1. Uji Asumsi Klasik……..……… 52

4.6.1.1. Uji normalitas residual.……….. 52

4.6.1.2. Pengujian autokorelasi………... 52

4.6.1.3. Uji multikolinearitas...……… 54

4.6.2. Pengujian Hipotesis.……… 55

4.6.2.1. Uji F…..………. 55

4.6.2.2. Uji t…..………….………. 56

BAB V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN...…………. 58

5.1. Deskriptif Data...………... 58

5.1.1. Perkembangan ROA Perusahaan……… 59

5.1.2. Perkembangan Cost of Goods Sold……… 61

5.1.3. Pertumbuhan Gross Domestic Bruto dan Inflasi……….... 63

5.2. Analisis Data……… 65

5.2.1. Hasil Estimasi Fixed Effect Model………. 65

5.2.2. Uji Asumsi Klasik……….. 67

5.2.2.1. Pengujian normalitas residual..……….. 67

5.2.2.2. Pengujian autokorelasi……….………….. 68

5.2.2.3. Pengujian multikolinearitas.………... 69

5.3. Pengujian Hipotesis……….………. 70


(13)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN……… 81

6.1. Kesimpulan………...………... 81

6.2. Keterbatasan………. 81

6.3. Saran………...………... 82

6.3.1. Bagi Pemerintah….……….……… 82

6.3.2. Bagi Perusahaan……….. 82

6.3.3. Bagi Peneliti Lain……… 83


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu... 37

4.1. Daftar Sampel……… 44

4.2. Operasional Variabel………. 47

4.3. Pengujian Hipotesis………... 48

5.1. Perkembangan ROA Selama Tahun 2004-2008……….. … 60

5.2. Perkembangan COGS Perusahaan LQ 45 Selama Tahun 2004 - 2008……….. 62

5.3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi……… 64

5.4. Fixed Effect Model...………. 66

5.5. Hasil Estimasi Uji Normalitas Residual……… 68

5.6. Hasil Uji Durbin-Watson……… 69


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Sumber Data dalam Kaitannya dengan Pandangan

Seseorang tentang Efisien Tidaknya Sebuah Pasar Modal……… 12

2.2. Metode Du Pont………. 30

3.1. Bagan Kerangka Pemikiran…………... 40

4.1. Daerah Pengambilan Keputusan Tes Durbin-Watson……… 54


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

I. Data ROA pada Perusahaan LQ45……… 87

II. Data COGS pada Perusahaan LQ45………. 88

III. Data PDB dan Tingkat Inflasi... 89

IV. Uji Normalitas……… 90


(17)

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

ABSTRAK

Variabel ekonomi mikro dan ekonomi makro merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap pengukuran profitabilitas perusahaan sehingga menjadi suatu kajian yang menarik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel ekonomi mikro (HPP) dan variabel ekonomi makro penting (Produk Domestik Bruto, dan Tingkat Inflasi), baik secara simultan maupun parsial terhadap profitabilitas perusahaan pada PT. Bursa Efek Indonesia (BEI).

Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini mencakup perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tepatnya terdaftar pada LQ 45 sejak tahun 2004-2008 yaitu sebanyak 20 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Alat analisis yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini adalah dengan program Eviews 4.1. Untuk tujuan analisis digunakan data sekunder berupa data time series dari tahun 2004-2008 mencakup Harga pokok Penjualan, Produk Domestik Bruto (GDP) dan Tingkat Inflasi serta Return On Assets (ROA). Data tersebut diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan BPS PDB Indonesia. Data tersebut diperoleh dari Departemen Keuangan, BPS dan sumber-sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan harga pokok penjualan, produk domestik bruto dan tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) pada tingkat kepercayaan 84,12 persen. Berdasarkan koefisien determinasi ini dihasilkan nilai F-statistik sebesar 18,54 signifikan pada tingkat á = 1%. Secara parsial harga pokok penjualan (COGS) dan tingkat inflasi (INF) berpengaruh negatif terhadap ROA sedangkan, GDP berpengaruh positif terhadap ROA.

Kata Kunci: Harga Pokok Penjualan (COGS), Produk Domestik Bruto (GDP), Tingkat Inflasi (INF), Return On Assets (ROA), LQ45.


(18)

ANALYZE OF MICRO ECONOMIC VARIABLES AND MACRO ECONOMIC VARIABLES AFFECTING THE PROFITABILITY OF THE COMPANY

ON INDONESIA STOCK EXCHANGE

ABSTRACT

Micro economic variables and the macro economic variables affecting the measurement of the profitability of the company therefor it becomes an interesting study. The goal of this research is to investigate the influence of micro economic variables (COGS) and the important macro economic variables (GDP, Inflation), either simultaneously or partially on the company's profitability on PT. Indonesia Stock Exchange (IDX).

The company that became the object of study include companies listed on stock exchanges registered in Indonesia precisely LQ 45 since the period 2004-2008 as many as 20 companies. The analytical method used was Ordinary Least Square (OLS). The analytical tool used to process data in this research is to program Eviews 4.1. For purposes of analysis used secondary data time series from the period 2004-2008 includes Cost of Goods Sold, Gross Domestic Product (GDP), Inflation rate and Return On Assets (ROA). The data obtained from the Indonesia Stock Exchange and Central Bureau of Statistics (CBS).The data obtained from the ministry of Finance, CBS and other sources are the journals and research results.

The results showed that simultaneous cost of goods sold, gross domestic product and inflation rate have a significant effect on profitability (ROA) of 84.12 percent confidence level. Based on this determination coefficient value of the F-statistic generated by 18.54 á = significant at 1 percent. The partial cost of goods sold (COGS) and the inflation rate (INF) while the negative effect on ROA, ROA has positive influence on GDP.

Keywords: Cost of Goods Sold (COGS), Gross Domestic Product (GDP), Inflation Rate (INF), Return On Assets (ROA), LQ45.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak terjadinya krisis ekonomi, banyak perusahaan yang mengalami kerugian dan bahkan tidak sedikit yang bangkrut karena tidak mampu bertahan. Hal ini disebabkan banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan yang tidak dapat dikendalikan dan diantisipasi oleh para pengelola perusahaan. Pengendalian Harga Pokok Penjualan (HPP) merupakan variabel ekonomi mikro sering digunakan sebagai indikator untuk menentukan tingkat profitabilitas perusahaan. Karena semakin tinggi harga pokok penjualan maka laba yang dihasilkan perusahaan juga akan semakin rendah.

Di samping pengendalian terhadap variabel ekonomi mikro, pemahaman tentang variabel ekonomi makro juga tak kalah penting dalam mempengaruhi kinerja perusahaan. Variabel ekonomi makro sering menjadi perhatian utama pemerintah di samping masalah-masalah nasional lainnya terutama tentang Produk Domestik Bruto (PDB), Tingkat Inflasi dan Tingkat Pengangguran. Perkembangan ekonomi suatu negara tercermin dalam indikator pasar modal negara tersebut, termasuk Indonesia. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam rangka mendorong masuknya modal asing maupun domestik ke dalam sektor-sektor yang produktif atau sektor riil untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, membuka lapangan pekerjaan dan menekan sekecil mungkin tingkat inflasi yang pada akhirnya bermuara


(20)

pada meningkatnya profitabilitas perusahaan. Aliran modal ini sangat penting agar pemerintah tidak tergantung pada pinjaman luar negeri, khususnya untuk perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek. Modal masuk ini dapat menjadi sumber pembiayaan pembangunan yang sangat besar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat terlihat peranan pasar modal yang besar dalam meringankan beban biaya pembangunan.

Harga pokok penjualan merupakan salah satu variabel utama dalam menentukan laba perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi variabel ini, antara lain adalah metode persediaan. Penerapan metode persediaan akan berdampak pada nilai persediaan yang pada akhirnya akan berdampak pada harga pokok penjualan. Khususnya pada saat inflasi metode First In First Out (FIFO) atau Pertama Masuk Pertama Keluar menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih rendah karena diasumsikan bahwa yang terjual adalah persediaan lama dengan nilai yang lebih rendah. Di lain pihak metode Last In First Out (LIFO) atau Terakhir Masuk Pertama Keluar, akan menghasilkan harga pokok penjualan yang tinggi karena diasumsikan bahwa yang terjual adalah persediaan baru dengan nilai yang lebih tinggi. Ada perbedaan pandangan dalam penerapan kedua metode tersebut. Pada metode FIFO yang menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih rendah akan menghasilkan laba yang lebih tinggi, tetapi dengan laba yang tinggi maka pajak yang akan dibayar juga tinggi. Hal ini sering menjadi dilema pada perusahaan. Di satu sisi mengharapkan laba, di sisi lain tidak mau membayar pajak dengan jumlah yang besar. Pada metode LIFO yang menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih tinggi akan mengakibatkan laba yang rendah dan tentu pajak yang dibayar juga rendah. Namun


(21)

hal ini akan berdampak pada kinerja perusahaan yang menggambarkan kinerja yang buruk. Dan akan mempengaruhi para investor dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi terhadap perusahaan tersebut.

Dalam mengukur profitabilitas perusahaan, khususnya variabel ekonomi makro penting, beberapa alat ukur yang sering dipergunakan adalah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Tingkat Inflasi. Penggunaan PDB dalam pengukuran pertumbuhan, digunakan sebagai gambaran dari aktivitas perekonomian suatu negara pada suatu rentang waktu tertentu. Fluktuasi nilai PDB diakibatkan terjadinya fluktuasi dalam aktivitas perekonomian nyata dalam suatu wilayah negara pada suatu rentang waktu tertentu. Tingkat Inflasi yang menunjukkan kondisi perekonomian dalam keadaan kurang baik karena akan melemahkan daya beli masyarakat yang selanjutnya dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang domestik, sehingga akan mendorong para investor untuk menanamkan modalnya ke luar negeri yang perekonomiannya lebih stabil. Peningkatan Tingkat Inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal, hal ini akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Peranan pasar modal yang cukup penting seperti yang telah dikemukakan di atas mencakup dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat


(22)

menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan issuer (dalam hal ini perusahaan emiten) dapat menggunakan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan untuk memperoleh return bagi pemilik dana sesuai karakteristik investasi yang dipilih.

Sebelum melakukan investasi, investor harus menetapkan tujuan investasi dan besarnya dana yang diinvestasikan. Setiap keputusan investasi yang diambil memiliki resiko yang ditanggung investor, baik investasi dalam obligasi maupun saham. Saham dikenal dengan karakteristik high risk-high return, yang berarti saham memberikan peluang untuk memperoleh keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi resiko rugi yang tinggi. Fluktuasi harga saham mengakibatkan investor dapat menerima keuntungan maupun kerugian. Salah satu resiko yang ditanggung investor adalah resiko bisnis. Resiko ini merupakan dampak atau pengaruh perubahan perekonomian suatu negara terhadap bisnis yang dijalankan oleh perusahaan yang direpresentasikan oleh masing-masing saham.

Secara teoritis pengaruh harga pokok penjualan yang merupakan variabel ekonomi mikro maupun fluktuasi pada perekonomian sebagai variabel ekonomi makro berdampak pada keseluruhan perusahaan. Dengan harga pokok penjualan dan tingkat inflasi yang tinggi akan menurunkan profitabilitas perusahaan, sementara tingkat pertumbuhan ekonomi (PDB) yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Bursa Efek Indonesia memiliki sekitar 400 perusahaan terdaftar di mana


(23)

sebagian dari perusahaan tersebut adalah perusahaan yang tidak terlalu diperhatikan investor sehingga sahamnya tidak likuid. Ketidaklikuidan saham mengindikasikan bahwa investor cenderung tidak memperhatikan informasi yang terkait saham tersebut karena investor memang tidak membuat keputusan terkait saham tersebut. Informasi laporan keuangan termasuk menjadi informasi yang seharusnya diperhatikan oleh investor. Pemahaman ini mengarahkan peneliti untuk memilih sampel penelitian saham-saham yang relatif likuid. Hal ini mengindikasikan perhatian investor terhadap informasi yang terkait saham tersebut termasuk informasi profitabilitas yang terdapat di dalam laporan keuangan.

Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) secara reguler melakukan evaluasi terhadap saham-saham yang diperdagangkan di BEI untuk menentukan saham-saham terlikuid dan memiliki kapitalisasi pasar yang signifikan. Daftar saham ini dievaluasi setiap 12 bulan. Saham-saham yang masuk dalam kategori terlikuid (LQ 45) akan mendapat perhatian yang lebih tinggi. Laporan kuartalan perusahaan tersebut dievaluasi secara reguler dan seksama. Kategori saham LQ 45 akan berisi saham dari berbagai sektor industri dan senantiasa berubah dari tahun ke tahun. Karena perubahan yang terus berlangsung, maka akan digunakan daftar LQ45 yang terakhir (Februari 2009) sebagai titik awal penentuan sampel, selanjutnya saham-saham tersebut dipilih hanya saham-saham yang sudah terdaftar (listing) sejak tahun 2004.

Hal ini berarti perubahan kondisi perekonomian baik secara mikro (perusahaan) maupun makro akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Kinerja


(24)

perusahaan tersebut akan tercermin dari laba yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan namun variabel ekonomi mikro (Harga pokok penjualan) dan ekonomi makro penting diduga menjadi faktor yang dominan dalam mempengaruhi kinerja tersebut, sehingga variabel ini menjadi fokus dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Apabila investor meramalkan akan adanya suatu perubahan aktivitas baik pada perusahaan maupun perekonomian secara makro di masa yang akan datang maka investor akan melakukan tindakan untuk memperoleh laba ataupun menghindarkan kerugian. Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tingkat sensitivitas dari saham yang dianalisis terhadap aktivitas perekonomian, semakin sensitif suatu saham tertentu maka fluktuasi yang mungkin terjadi terhadap saham tersebut semakin besar.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa variabel ekonomi mikro dan makro yang digambarkan melalui ukuran Harga pokok penjualan, Produk Domestik Bruto dan Tingkat Inflasi akan mempengaruhi indikator profitabilitas di dalam perusahaan. Penulis tertarik untuk meneliti pengaruh tersebut secara empiris dengan interval waktu yang panjang sehingga teruji pola yang terjadi dari waktu ke waktu. Berdasarkan hal di atas penulis akan mengadakan sebuah penelitian dengan judul: Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro terhadap Profitabilitas Perusahaan di Bursa Efek Indonesia.


(25)

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel ekonomi mikro yang diproxy dengan Cost of Good Sold (COGS), dan variabel ekonomi makro yang diproxy dengan pertumbuhan Gross Domestic Brutto (GDP) dan Tingkat Inflasi (INF) baik secara simultan maupun parsial terhadap profitabilitas perusahaan yang diproxy dengan Return on Asset (ROA) ?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan di atas terdapat satu masalah yang akan diinvestigasi dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel ekonomi mikro yaitu Cost of Good Sold (COGS) dan variabel ekonomi makro yaitu pertumbuhan Gross Domestic Brutto (GDP), dan tingkat inflasi (INF) baik secara simultan maupun parsial terhadap profitabilitas perusahaan pada PT. Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.4. Manfaat Penelitian

Pengukuran pengaruh variabel ekonomi mikro dan variabel ekonomi makro terhadap kinerja perusahaan akan memberikan manfaat bagi:

1. Investor, sebagai bahan pertimbangan untuk melihat pengaruh variabel ekonomi mikro dan variabel ekonomi makro terhadap profitabilitas perusahaan.


(26)

2. Akademis, sebagai bahan studi lebih lanjut khususnya yang menyangkut hubungan indikator keuangan di dalam laporan keuangan terhadap indikator ekonomi mikro dan ekonomi makro.

3. Peneliti sendiri, sebagai pengalaman berharga dalam melakukan kegiatan penelitian serta pemahaman yang lebih mendalam tentang pasar modal, ekonomi mikro dan ekonomi makro.

1.5. Originalitas

Penelitian terkait topik yang diajukan telah sering dilakukan pada berbagai negara dan periode waktu yang berbeda-beda dengan hasil yang tidak konsisten tetapi saling melengkapi dalam membentuk suatu bangunan kajian yang semakin kuat. Penelitian ini merupakan replikasi dengan berbagai modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Rinamenda Sinuraya (2009). Penelitian Sinuraya melakukan penelitian tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap profitabilitas perusahaan sedangkan penelitian ini meneliti pengaruh variabel ekonomi mikro dan makro terhadap profitabilitas perusahaan.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian Sinuraya tersebut pada variabel independen. Penelitian Sinuraya meneliti pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap profitabilitas perusahaan, namun penelitian ini meneliti pengaruh variabel ekonomi mikro dan ekonomi makro penting terhadap profitabilitas perusahaan. Variabel ekonomi mikro yang mencakup perubahan nilai Cost of Goods Sold (COGS) dan ekonomi makro mencakup pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP), dan tingkat


(27)

inflasi (INF) sedangkan ukuran profitabilitas akan menggunakan keuntungan perusahaan yaitu ROA.

Manurung (1996) menganalisis berbagai faktor makro ekonomi yang mempengaruhi harga saham pada periode 1989 sampai 1995. Dengan hasil variabel yaitu tingkat inflasi, pengeluaran pemerintah, dan PDB tidak berpengaruh signifikan. Bolten dan Weigand (1998) mempelajari hubungan antara pasar modal dan siklus bisnis dengan menggunakan dividen discount model dengan kesimpulan bahwa interaksi expected earning dengan tingkat suku bunga menentukan perubahan harga saham.

Wirjono (2001) melakukan penelitian pada periode 1 Januari 1995 sampai 31 Maret 2001 meneliti pengaruh Tingkat Inflasi dan jumlah uang beredar terhadap nilai transaksi saham. Penelitian ini menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan antara variabel yang diteliti. Mariano dan Murasawa (2002) melakukan penelitian untuk membuat suatu indeks baru dalam pengukuran siklus bisnis. Penelitian ini menghasilkan bahwa nilai GDP riil dengan interpretasi ekonomi dapat memberikan manfaat yang lebih baik daripada tanpa interpretasi ekonomi yang tepat. Penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat untuk periode 1960 – 2000. Hal ini menunjukkan bahwa PDB masih memberikan suatu pertimbangan yang dapat diperhitungkan mempengaruhi pasar modal.

Situmeang (2004) melakukan penelitian tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap harga saham sedangkan penelitian ini meneliti pengaruh


(28)

pertumbuhan ekonomi terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian tersebut dilaksanakan pada periode 2004 – 2008.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis

2.1.1. Efficiency Market Hypothesis Theory

Salah satu terobosan penting dalam perkembangan teori keuangan perusahaan adalah dikedepankannya hipotesis pasar efisien (Efficient Market Hypothesis) oleh Fama di tahun 1970. Sejak dikemukakan tahun 1970, teori pasar efisien seakan-akan menjadi magnet bagi peneliti keuangan untuk terus diuji keabsahannya. Miller (1999) dan beberapa ahli keuangan perusahaan dengan tegas mengatakan bahwa salah satu temuan penting dalam sejarah perkembangan teori keuangan adalah teori pasar efisien dan dari sekian banyak teori keuangan, teori pasar efisien adalah yang paling banyak mendapat perhatian dan diuji secara empiris di hampir semua pasar modal di dunia.

Dalam satu artikelnya yang berjudul “The Theory of Corporate Finance: A Historical Overview”, Smith (1990) menyatakan bahwa teori pasar efisien merupakan tonggak penting dalam perkembangan teori keuangan dan menyebutnya sebagai salah satu kerangka bangun dasar (fundamental building block) keuangan. Hal senada juga disampaikan oleh Megginson (1997) serta Shanken dan Smith (1996). Jadi, teori pasar efisien merupakan bagian penting dalam kita membahas teori keuangan perusahaan.


(30)

Dalam mempelajari konsep pasar efisien, perhatian kita akan diarahkan pada sejauhmana dan seberapa cepat informasi tersebut dapat mempengaruhi pasar yang tercermin dalam perubahan harga sekuritas. Dalam hal ini Haugen (2001) membagi kelompok informasi menjadi tiga, yaitu (1) informasi harga saham masa lalu (information in past stock prices), (2) semua informasi publik (all public information), dan (3) semua informasi yang ada termasuk informasi orang dalam (all available information including inside or private information). Masing-masing kelompok informasi tersebut mencerminkan sejauhmana tingkat efisiensi suatu pasar. Membahas pasar efisien, pasti menimbulkan pertanyaan mengapa harus ada konsep pasar efisien dan mungkinkah pasar efisien ada dalam kehidupan nyata. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kondisi-kondisi berikut idealnya harus terpenuhi:

1. Banyak terdapat investor rasional dan berorientasi pada maksimisasi keuntungan yang secara aktif berpartisipasi di pasar dengan menganalisis, menilai, dan berdagang saham. Investor-investor ini adalah price taker, artinya pelaku itu sendiri tidak akan dapat mempengaruhi harga suatu sekuritas.

2. Tidak diperlukan biaya untuk mendapatkan informasi dan informasi tersedia bebas bagi pelaku pasar pada waktu yang hampir sama (tidak jauh berbeda). 3. Informasi diperoleh dalam bentuk acak, dalam arti setiap pengumuman yang

ada di pasar adalah bebas atau tidak terpengaruh dari pengumuman yang lain. 4. Investor bereaksi dengan cepat dan sepenuhnya terhadap informasi baru yang


(31)

penyesuaian.

Menurut Fama (1970) bentuk efisien pasar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yang dikenal sebagai hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis). Ketiga bentuk efisien pasar dimaksud adalah (1) hipotesis pasar efisien bentuk lemah (weak form of the efficient market hypothesis), (2) hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat (semi strong form of the efficient market hypothesis), dan (3) hipotesis pasar efisien bentuk kuat (strong form of the efficient market hypothesis). Masing-masing bentuk pasar efisien tersebut terkait erat dengan sajauhmana penyerapan informasi terjadi di pasar. Dalam hal ini Levy (1996) menggambarkan dengan cukup jelas tentang bagaimana keterkaitan antara informasi dan pasar efisien.

Gambar 2.1. Sumber Data dalam Kaitannya dengan Pandangan Seseorang tentang Efisien Tidaknya Sebuah Pasar Modal

2.1.2. Rasio Keuangan Pengukur Profitabilitas

Untuk mengetahui makna yang ada pada laporan keuangan diperlukan sebuah alat analisis. Alat analisis yang digunakan biasanya adalah analisis laporan keuangan yang berupa rasio-rasio laporan keuangan. Rasio keuangan ini bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dari berbagai aspek kinerja. Ukuran kinerja dapat


(32)

berupa ukuran Likuiditas di mana mengukur kinerja perusahaan dari aspek kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran kinerja kedua adalah leverage atau solvabilitas yang mengukur kinerja perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka panjang. Ukuran ketiga adalah profitabilitas yang mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan sumber daya yang dimiliki.

Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2002: 247) informasi kualitatif dari laporan keuangan dapat dikumpulkan dengan memeriksa hubungan antar pos-pos dalam laporan keuangan dengan mengidentifikasi kecenderungan dalam hubungan ini. Titik awal yang baik dalam mengumpulkan informasi ini adalah mengimplikasikan analisis rasio.

Keunggulan analisis rasio keuangan dibandingkan dengan teknik analisis yang lainnya (Harahap, 2001: 298):

a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan signifikan.

b. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

c. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score).

d. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.

e. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.


(33)

Menurut Rudianto (2006: 316) jenis rasio yang sering dan paling banyak digunakan untuk menilai kinerja manajemen secara keseluruhan adalah rasio tingkat pengembalian asset. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah laba yang diperoleh perusahaan pada suatu periode tertentu dengan jumlah asset yang digunakan perusahaan pada periode yang sama. Dalam pengukuran profitabilitas perusahaan, penulis menganalisis bagaimana tingkat pengembalian atas aktiva yang dimiliki perusahaan atau Return on Assets (ROA). Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang dimiliki. Dengan mengetahui rasio ini kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

Return on Assets (ROA) = Net Income After Taxes ...(2.5) Total Assets

2.1.3. Tinjauan terhadap Pasar Modal Indonesia

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Menurut Sunariyah (2004) pasar modal sebagai tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan surat berharga. Di tempat ini para pelaku pasar yaitu


(34)

individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan emiten. Di tempat yang sama pula perusahaan yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten.

Pada zaman penjajahan Belanda telah ada badan yang bernama Vereneging Voor de Effecten Handel” yang didirikan tanggal 14 Desember 1912 di Batavia, badan ini memiliki fungsi yang menyerupai pasar modal pada zaman sekarang. Badan yang didirikan pemerintah kolonial Belanda ini bertujuan menghimpun dana guna menunjang perluasan perkebunan milik kolonial Belanda di Indonesia. Perkembangan pasar modal di Batavia diikuti dengan berdirinya bursa efek di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang 1 Agustus 1925.

Peranan pasar modal yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara mendorong pemerintah Indonesia untuk mengaktifkan kembali pasar modal. Pemerintah mengambil langkah dengan mengeluarkan Undang-Undang Darurat Nomor 13 tanggal 1 September 1951, yang pada kelanjutannya ditetapkan sebagai Undang-Undang Bursa Nomor 15 Tahun 1952. Pada waktu itu pemerintah menyerahkan penyelenggaraan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPEU) yang terdiri dari 3 bank negara dan beberapa makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasehat.

Keadaan yang telah berlangsung relatif baik pada saat itu hanya berlangsung sementara, karena pada kelanjutannya politik konfrontasi yang dilakukan pemerintah terhadap Kolonial Belanda dan tindakan susulan dengan menasionalisasi


(35)

perusahaan-perusahaan Belanda membuat bursa efek mengalami kelesuan. Kondisi politik yang konfrontatif ini berdampak yang sangat buruk terhadap kelangsungan pasar modal Indonesia, sehingga pasar modal pada saat itu yang menjadi tidak berfungsi dengan baik lagi dan akhirnya menjadi tidak aktif.

Berakhirnya pemerintahan Orde Lama yang digantikan pemerintah Orde Baru membuat beberapa perubahan dalam kebijakan politik dan ekonomi. Pemerintah segera mengambil langkah-langkah perbaikan untuk mengatasi lanjut tingkat inflasi yang sangat tinggi dan juga memperbaiki perekonomian. Kepercayaan masyarakat terhadap mata uang rupiah dan pasar modal mulai pulih. Selanjutnya pemerintah mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1976 dengan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1976.

Pemerintahan Orde Baru dalam 5 tahun pertama setelah diaktifkannya pasar modal melakukan beberapa langkah untuk mendorong pertumbuhan pasar modal diantaranya pemberian fasilitas perpajakan pada perusahaan yang go public, investor, dan para lembaga penunjang pasar modal termasuk di dalamnya perantara pedagang efek dan Perseroan Terbatas (PT) Danareksa. PT. Danareksa yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki misi pemerataan pemilikan saham perusahaan diberikan fasilitas yang sangat menarik yaitu tidak dikenakan pajak perseroan atas laba perusahaan dan pembebanan bea materai modal atas penempatan dan penyetoran modal saham. Hal ini mampu mendorong PT. Danareksa untuk berkembang dengan cepat.


(36)

Langkah selanjutnya yang dilakukan pemerintah adalah memberikan keringanan yang sifatnya non tax seperti yang dilakukan dalam serangkaian kebijakan yaitu dengan dikeluarkannya Paket Desember 1987, Paket Oktober 1988, dan Paket Desember 1988. Rangkaian kebijakan ini berisikan keputusan-keputusan yang mengurangi atau menghilangkan berbagai peraturan yang mempersulit perkembangan pasar modal yang sebelumnya menjadi penghambat pertumbuhan pasar modal.

Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tersebut merupakan usaha untuk mendorong pertumbuhan pasar modal. Hasil dari kebijakan ini terlihat dari semakin meningkatnya aktivitas perdagangan di bursa, termasuk juga jumlah emiten yang go public. Pada akhir tahun 1991 bursa efek diswastanisasi dengan didirikannya Perseroan Terbatas Bursa Efek Jakarta (PT. BEJ). PT. BEJ didirikan untuk menciptakan pasar modal yang lebih baik. Pada tahun 2003 jumlah emiten yang terdaftar telah mencapai 300 lebih emiten yang terdaftar.

2.1.4. Tinjauan terhadap Variabel-variabel

Pada dasarnya ilmu ekonomi dibagi menjadi dua bagian besar, yakni ilmu

ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro. Ilmu ekonomi mikro melihat perekonomian sebagai suatu lingkup kecil, sedangkan ilmu ekonomi makro menitikberatkan perhatiannya kepada studi mengenai perekonomian suatu negara atau bahkan seluruh dunia secara keseluruhan.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dinyatakan Sukirno (2005: 21): “teori mikro ekonomi adalah satu bidang studi dalam ilmu ekonomi yang menganalisa


(37)

bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian”. Teori ini menjelaskan tentang bagaimana caranya menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia secara efisien agar kemakmuran masyarakat dapat dimaksimumkan. Masalah tersebut dibagi dalam tiga aspek yaitu, kegiatan suatu pasar barang, tingkah laku penjual dan pembeli dan interaksi di pasaran faktor-faktor produksi. Ketiga aspek tersebut akan memberikan kontribusi dalam menentukan harga pokok penjualan pada suatu perusahaan.

Demikian juga halnya dengan ilmu ekonomi makro, sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh Samuelson, Nordhaus (1998: 371): Macroeconomics is the study of the behavior of the economy as a whole”. Bila diartikan secara bebas kurang lebih memiliki arti bahwa ilmu ekonomi makro adalah studi tentang perilaku perekonomian secara keseluruhan. Hal senada juga diungkapkan oleh Thompson Jr. Formby (1993: 2) yang menyatakan bahwa: Macroeconomics concerns the study of how whole economies function-what causes the overall level of economic activity in a nation or the world to expand or contract”. Hal ini kurang lebih bermakna bahwa ilmu ekonomi makro tersebut memberikan perhatian kepada bagaimana ekonomi secara keseluruhan berfungsi, serta apa yang menyebabkan keseluruhan tingkatan aktivitas perekonomian dalam suatu negara atau dunia mengalami perkembangan atau kelesuan.

Untuk melakukan penilaian terhadap aktivitas perekonomian baik secara mikro yaitu yang terdapat pada perusahaan, maupun secara makro dari suatu negara atau bahkan dunia secara keseluruhan, tentu dibutuhkan indikator-indikator tertentu


(38)

yang bisa digunakan untuk melakukan penelitian. Penilaian kinerja pada ekonomi mikro dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang dapat memaksimumkan laba. Dalam hal ini bagaimana perusahaan mampu mengendalikan variabel-variabel yang mempengaruhi laba. Salah satu variabel penting adalah bagaimana mengendalikan variabel Harga Pokok Penjualan. Penilaian kinerja makro ekonomi dalam suatu negara dapat dilakukan dengan memperhatikan tiga indikator besar yang senantiasa menjadi tujuan utama dalam perekonomian suatu negara yakni tingkat Gross Domistic Product (GDP), Tingkat Inflasi, serta Tingkat Pengangguran yang ada dalam negara tersebut, hal ini adalah sesuai dengan apa yang diungkapkan Samuelson, Nordhaus (1998: 374) yang menyatakan bahwa: In general, economists judge macroeconomic performance by looking at a few key variabels-the most important gross domestic product (GDP), the unemployment rate, and inflation”. Dengan demikian sangatlah wajar jika negara memiliki tujuan perekonomian yang senantiasa dititikberatkan pada tiga variabel ini yaitu tingkat produksi output yang tinggi, Tingkat Pengangguran yang serendah mungkin, serta dapat mengendalikan laju Tingkat Inflasi atau kenaikan harga di negara tersebut.

Berkaitan dengan hal tersebut, Bodie, et.al (1993: 509-510) secara tegas juga menyatakan bahwa ada beberapa variabel kunci yang bisa digunakan oleh para analis yang hendak melakukan investasi untuk menilai kondisi ekonomi makro, menurut mereka variabel-variabel ekonomi makro tersebut adalah GDP, employment, inflation interest rate, exchange rates, current account, dan budget déficit. Adapun penjelasan


(39)

lebih lanjut mengenai variabel-variabel tersebut di atas akan disajikan dalam pembahasan yang akan dilakukan sebagai berikut:

1. Cost of Goods Sold

Harga Pokok Penjualan merupakan salah satu unsur dalam perhitungan laporan laba rugi suatu perusahaan. Menurut Jopie Jusuf (1996: 30), Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold) dapat didefinisikan secara sederhana sebagai biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka pengadaan barang yang dijual.

Harga pokok penjualan ini berbeda sesuai dengan jenis perusahaannya. Bagi perusahaan dagang, harga pokok penjualan merupakan harga pokok barang dagangan yang dibeli yang kemudian berhasil dijual selama suatu periode tertentu. Bagi perusahaan manufaktur harga pokok penjualan meliputi ongkos-ongkos bahan baku langsung, tenaga kerja kerja langsung, dan ongkos pabrik tidak langsung yang telah dikeluarkan dalam proses pembuatan barang yang kemudian berhasil dijual selama periode tertentu. Sedangkan harga pokok jasa terdiri dari biaya-biaya bahan (supplies), tenaga kerja, dan unsur lain yang timbul pada penciptaan jasa tersebut.

Berdasarkan jenis perusahaan, harga pokok penjualan dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Perusahaan Dagang

Perusahaan dagang yang memiliki aktivitas membeli dan menjual barang dagangan, harga pokok penjualan dapat diformulakan sebagai berikut:

Persediaan Awal ……… xxx


(40)

+/+ Biaya Angkut Masuk ……….. xxx

Pembelian Kotor ………. xxx -/- Return Pembelian ……… xxx

Potongan Pembelian ………. xxx (xxx)

Pembelian Bersih …….………. xxx

Persediaan barang dagangan tersedia dijual … xxx -/- Persediaan Akhir ……….. (xxx)

Harga Pokok Penjualan ……… xxx

b. Perusahaan Manufaktur

Perusahaan manufaktur memiliki aktivitas melakukan pengolahan bahan baku melalui biaya konversi menjadi barang jadi, maka formula harga pokok penjualan mencakup harga pokok produksi. Harga pokok penjualan pada perusahaan manufaktur dapat diformulasikan sebagai berikut:

Persediaan barang jadi awal………. xxx

+/+ Harga Pokok Produksi:

Bahan baku awal ………. xxx

Pembelian ……… xxx +/+ Biaya Angkut Masuk ……….. xxx

Pembelian Kotor ……… xxx

-/- Return Pembelian ……… xxx

Potongan Pembelian …………. xxx (xxx) Pembelian Bersih …….………. xxx


(41)

Bahan Baku tersedia untuk diolah …..…… xxx

-/- Bahan baku akhir ……… (xxx)

Bahan Baku yang terpakai ……… xxx Biaya Tenaga Kerja Langsung ……… xxx

Biaya Overhead Pabrik ……… xxx

Jumlah biaya produksi ……… xxx

+/+ Barang dalam Proses Awal …..………….... xxx Biaya produksi tersedia untuk diolah …………. xxx -/- Barang dalam Proses Akhir ……… (xxx)

Harga Pokok Produksi ……….. xxx

Persediaan barang jadi siap untuk dijual ……… xxx -/- Persediaan barang jadi akhir ……….. (xxx)

Harga Pokok Penjualan ……… xxx

Berdasarkan formula di atas, dapat terlihat bahwa harga pokok penjualan merupakan variabel utama yang menentukan laba perusahaan.

2. Gross Domestic Product (GDP)

Menurut Parkin (1996: 546): GDP is the value of aggregate or total production of goods and services in a contry during a given time period-usually a year”. Artinya bahwa GDP adalah nilai dari total atau keseluruhan produksi atas barang dan jasa dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Berkaitan dengan pendapat yang disampaikan oleh Michael Parkin di atas, Lipsey, et.al (1999: 447) berpendapat bahwa: “One of the most commonly used


(42)

measures of national income is called Gross Domestic Product (GDP). Long-term growth”. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa ternyata GDP merupakan suatu ukuran yang bisa digunakan untuk melakukan penilaian pendapatan suatu negara. Negara dengan tingkat pertumbuhan GDP yang baik menandakan bahwa secara nasional pendapatan di negara tersebut mengalami peningkatan, dengan demikian tentunya bisa dikatakan bahwa pertumbuhan pendapatan ini akan sangat menguntungkan bagi suatu perusahaan atau industrial karena dengan pertumbuhan pendapatan yang baik ini akan membuka peluang bagi perusahaan tersebut untuk meningkatkan penjualannya.

Pada suatu negara faktor produksi dimiliki oleh masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu pertumbuhan ekonomi menggambarkan peningkatan pendapatan masyarakat. Perekonomian mengalami pertumbuhan apabila balas jasa faktor produksi tersebut pada suatu masa tertentu lebih besar dari periode sebelumnya. Hal ini berarti faktor produksi yang dimiliki masyarakat tersebut memberikan return yang meningkat sehingga kesejahteraannya mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kondisi ini membuat kekayaan dan daya beli masyarakat mengalami peningkatan.

Dalam menghitung pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) ada berbagai cara yang sering digunakan walaupun hasil penghitungan tersebut tidak memiliki perbedaan yang besar. Penggunaan metode penghitungan harus disesuaikan dengan tujuan dari penghitungan yang dilakukan, karena masing-masing metode memiliki


(43)

kelemahan dan kelebihan. Selain disesuaikan dengan tujuan pemilihan metode juga disesuaikan keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi.

a. Metode Sederhana

Metode ini memiliki cara penghitungan yang sangat sederhana sehingga sangat mudah untuk digunakan, namun memiliki kelemahan karena hanya dapat digunakan menghitung tingkat pertumbuhan tahunan. Secara sederhana dapat diformulasikan sebagai berikut:

1 1     t t t t PDB PDB PDB GRW ...(2.1) Untuk menghitung tingkat pertumbuhan untuk periode yang lebih panjang, tingkat pertumbuhan masing-masing tahun yang berurutan dijumlahkan kemudian dibagi dengan banyak tahun yang ditinjau, atau dengan formulasi sebagai berikut: 3 ) 2 1 ( ) 1 ( ) 1 (    

GRWt t GRWtt GRWt t

GRW

...(2.2) b. Metode End to End

Metode ini dapat mengatasi kelemahan metode sederhana. Hasil perhitungannya sebenarnya tidak berbeda dengan perhitungan metode sederhana, namun dalam jangka yang lebih panjang hasil pengukuran akan memiliki kemungkinan perbedaan yang lebih besar. Kelemahan dari metode ini dibandingkan dengan metode sederhana adalah kemampuannya dalam


(44)

menangkap fluktuasi pada data. Penghitungan dengan metode ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

% 100 1 1 x PDB PDB GRW n t t

t 

...(2.3) c. Metode Regresi

Untuk kemudahan perhitungan sekaligus dapat menangkap adanya fluktuasi pada data, maka dibuat suatu metode perhitungan dengan metode regresi. Formulasi dari model ini sebagai berikut:

T GRW A LnPDBt  

...(2.4) Berdasarkan formulasi di atas nilai pertumbuhan ditentukan dari nilai koefisien GRW.

3. Tingkat Inflasi

Pengertian dasar secara umum dari Tingkat Inflasi ini adalah kenaikan harga barang secara umum, bukan hanya barang-barang tertentu atau mewah saja namun semua jenis barang secara seluruhnya atau umum, pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Case, Fair (1999: 549) yang menyatakan bahwa: Inflation is an increase in the overall Price level”, yang mengandung arti bahwa Tingkat Inflasi adalah kenaikan pada semua tingkat harga. Bahkan secara lebih spesifik lagi Lipsey, et.al (1999: 454) mengatakan bahwa: "lnflation means thal prices in general are going up-not just the prices of gasoline, jeans, or bunitos, but the prices of almost everything". Menurut Samuelson, Nordhaus (1998: 407): "the most


(45)

widelyused measure of inflation is the consumer price index, also know as the CPI". Artinya Tingkat Inflasi biasanya diukur dengan Indeks Harga Konsumen. Peningkatan harga/jasa pada suatu periode tertentu disebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran, penurunan nilai rupiah terhadap mata uang asing sehingga terjadi kenaikan biaya produksi yang mendorong kenaikan harga jual, serta terjadinya pertumbuhan uang yang beredar yang melampaui kesediaan barang/jasa. Jika suatu negara mengalami Tingkat Inflasi yang tinggi maka akan menurunkan pendapatan riil dari investasi. Indikator Tingkat Inflasi adalah sebagai berikut (www.bi.go.id):

a. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Tingkat Inflasi di Indonesia biasanya diukur dengan IHK. b. Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang menggambarkan

pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah. Tingkat Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overead). Artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan.

2.1.5. Perusahaan LQ 45

Indeks LQ 45 adalah indeks harga saham gabungan dari 45 saham likuid yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ 45 dijadikan benchmark karena


(46)

LQ 45 adalah kumpulan 45 saham-saham yang memiliki likuiditas yang tinggi atau paling sering ditransaksikan. Saham-saham yang terdaftar pada LQ 45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut:

1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata transaksi selama 12 bulan terakhir).

2. Ranking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 23 bulan terakhir).

3. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi, dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.

Saham-saham yang termasuk di dalam LQ 45 terus dipantau dan setiap 6 bulan akan diadakan review (awal Februari sampai Agustus). Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat. Pemilihan saham LQ45 harus wajar, oleh karena itu BEI mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli di Bapepam, universitas, dan profesional di pasar modal.

2.1.6. Hubungan Antara Variabel Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro terhadap Profitabilitas

Variabel ekonomi mikro yang dinyatakan dalam harga pokok penjualan merupakan variabel yang signifikan dalam mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Dengan demikian pengendalian harga pokok penjualan akan memberikan kontribusi dalam peningkatan laba, namun demikian tidak selamanya perusahaan dapat mengendalikan harga pokok penjualan. Hal ini disebabkan salah satu variabel harga


(47)

pokok penjualan adalah jumlah persediaan yang terjual. Banyak faktor yang mempengaruhi penjualan, misalnya harga, promosi, daya beli masyarakat (pendapatan) dan sebagainya. Intinya adalah bagaimana manajemen mampu meningkatkan penjualan yang akhirnya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Demikian juga halnya tentang variabel ekonomi makro, di mana pemerintah suatu negara selalu berusaha menjaga kegiatan perekonomiannya supaya selalu mengalami pertumbuhan, dan dapat menekan tingkat inflasi yang rendah. Namun pada kenyataannya keadaan perekonomian selalu mengalami fase membaik dan menurun. Keadaan ini selalu terjadi secara berulang sehingga menyerupai sebuah siklus. Indikator-indikator ekonomi makro khususnya variabel ekonomi makro penting, dalam hal ini Produk Domestik Bruto, Tingkat Inflasi, dan Tingkat Pengangguran merupakan akumulasi semua kegiatan ekonomi, juga dapat memberikan gambaran terjadinya fase-fase dalam perekonomian tersebut. Fase perekonomian yang mengalami peningkatan dan penurunan tersebut dapat dipandang sebagai suatu fluktuasi dalam aktivitas perekonomian yang terjadi secara terus-menerus dan terkait dengan berbagai faktor seperti kebijakan dan keadaan perekonomian secara global. Variabel ekonomi makro penting tersebut juga berdampak terhadap aktivitas perusahaan termasuk perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh fluktuasi pada variabel ekonomi makro penting akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Hubungan tersebut dapat dijelaskan melalui metode Du Pont (Rudianto, 2005: 318) berikut ini:


(48)

Gambar 2.2. Metode Du Pont

Berdasarkan bagan tersebut di atas dapat diketahui dengan jelas, bahwa terdapat 3 (tiga) cara untuk meningkatkan ROA, yaitu dengan meningkatkan penjualan, mengurangi biaya dan mengurangi aktiva. Peningkatan penjualan yang tidak dibarengi peningkatan biaya dan peningkatan asset akan meningkatkan ROA. Artinya perusahaan harus didorong untuk menjadi “marketing company”dan elemen perusahaan harus menjadi “element marketing” sehingga perusahaan akan dapat meningkatkan penjualan dari tahun ke tahun. Selain meningkatkan penjualan, cara

Harga Pokok Penjualan Beban Pemasaran Beban Administrasi Kas Piutang Usaha Persediaan Aktiva Tetap Aktiva Lain Penjualan Total Beban Operasi Laba Bersih Aktiva Lancar

Aktiva Tetap & Aktiva Lainnya

Total Aktiva

R O A

+ + + + (-) :


(49)

lain untuk meningkatkan ROA adalah dengan cara melakukan efisensi atau penghematan biaya. Jika penjualan tidak dapat lagi ditingkatkan maka langkah yang tepat yang harus dilakukan perusahaan adalah dengan cara melakukan penghematan biaya. Karena dengan biaya yang semakin kecil maka laba akan meningkat meskipun penjualan tetap. Dan pada akhirnya akan meningkatkan ROA. Di samping kedua faktor di atas, variabel yang dapat meningkatkan ROA adalah dengan mengurangi asset. Tindakan mempertahankan atau mengurangi aset dapat meningkatkan ROA tetapi hal ini dilakukan hanya untuk jangka pendek, karena akan berdampak buruk untuk kinerja perusahaan jangka panjang.

Dari penjelasan di atas dapat dihubungkan bagaimana aktivitas perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas (ROA) yang dipengaruhui baik perubahan pada ekonomi mikro (Harga Pokok Penjualan) maupun perubahan yang terjadi pada ekonomi makro penting. Berikut ini dapat dijelaskan bagaimana hubungan variabel-variabel tersebut terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan.

a. Hubungan antara Cost of Goods Sold terhadap Profitabilitas (ROA)

Harga pokok penjualan merupakan variabel pertama yang mempengaruhi laba, dalam hal ini adalah laba kotor. Laba kotor merupakan selisih antara penjualan bersih (Net Sales) dengan harga pokok penjualan. Sedangkan laba bersih merupakan selisih laba kotor dengan seluruh beban operasi (beban pemasaran dan beban administrasi) dan beban lainnya. Dengan demikian hubungan antara harga pokok penjualan dengan laba memiliki hubungan negatif. Artinya semakin tinggi harga pokok penjualan maka laba kotor semakin kecil, dan laba bersih juga akan semakin


(50)

kecil dan pada akhirnya ROA akan semakin kecil. Dan sebaliknya semakin kecil harga pokok penjualan maka semakin besar laba kotor, laba bersih juga semakin besar, dan akhirnya ROA pun akan meningkat.

b. Hubungan antara Gross Domestic Brutto terhadap Profitabilitas (ROA) Perusahaan

Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa Produk Domestik Bruto menggambarkan peningkatan pendapatan masyarakat. Perekonomian mengalami pertumbuhan apabila balas jasa faktor produksi tersebut pada suatu masa tertentu lebih besar dari periode sebelumnya. Hal ini berarti faktor produksi yang dimiliki masyarakat tersebut memberikan return yang meningkat sehingga tingkat kesejahteraannya mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya kesejahteraan melalui pendapatan masyarakat yang meningkat, maka tingkat konsumsi atas produk yang dihasilkan perusahaan akan meningkat sehingga akan berdampak pada peningkatan penjualan perusahaan yang pada akhirnya meningkatkan laba perusahaan. Dengan demikian akan meningkatkan ROA. Sehingga dapat disimpulkan pertumbuhan ekonomi (PDB) berpengaruh positif terhadap Return on Assets. Artinya jika PDB meningkat maka ROA juga meningkat. Dan sebaliknya jika PDB mengalami penurunan maka ROA juga akan menurun.

c. Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Profitabilitas (ROA) Perusahaan

Tingkat Inflasi menggambarkan kondisi di mana harga-harga barang secara umum mengalami kenaikan secara terus-menerus. Salah satu penyebab terjadinya inflasi (Nopirin, 1992: 30) adalah Cost-push Inflation, yaitu inflasi yang terjadi


(51)

dimulai akibat kenaikan harga yang disertai turunnya produksi, hal ini biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Pada kondisi ini, daya beli masyarakat akan semakin menurun. Dengan menurunnya daya beli masyarakat, maka tingkat konsumsi atas produksi perusahaan akan menurun. Penurunan produksi akan berdampak pada tingkat pendapatan perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi berbanding terbalik dengan profitabilitas (ROA) perusahaan. Artinya jika inflasi mengalami kenaikan maka ROA akan menurun, dan sebaliknya jika inflasi mengalami penurunan maka ROA akan meningkat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada keadaan ekonomi yang diramalkan mengalami pertumbuhan, seorang investor cenderung akan memilih saham yang sensitif terhadap aktivitas perekonomian sehingga memberikan kemungkinan return yang relatif besar, namun sebaliknya pada tahap aktivitas perekonomian diramalkan mengalami penurunan maka investor akan cenderung memilih saham yang tidak sensitif terhadap aktivitas perekonomian. Tingkat kesensitifan saham terhadap aktivitas perekonomian ini akan tercermin pada gejolak harga saham, di mana harga saham tersebut merupakan nilai perusahaan yang tercermin dari profitabilitas perusahaan.

Hal terpenting berdasarkan penjelasan di atas adalah bahwa setiap perusahaan yang diwakili oleh sahamnya memiliki karakteristik masing-masing. Analisis harus dilakukan terhadap profitabilitas perusahaan dan membuat keputusan investasi yang


(52)

sesuai dengan karakteristik investasi yang diinginkan dalam suatu situasi perekonomian atau tahap aktivitas perekonomian tertentu.

2.2. Tinjauan terhadap Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pengaruh atau hubungan antara faktor-faktor ekonomi makro dengan pasar modal telah banyak dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri. Penelitian ini menggunakan berbagai proxy sebagai pengukur pengaruh atau hubungan yang sedang diteliti. Beberapa proxy yang sering digunakan adalah tingkat suku bunga, Tingkat Inflasi, nilai tukar (exchange rate), jumlah uang beredar dan tingkat bunga, produk domestik bruto, dan proxy lainnya yang bertujuan mempelajari pengaruh makro ekonomi terhadap pasar modal.

Chen, Roll, dan Ross (1986) meneliti berbagai variabel makro ekonomi dengan tingkat pengembalian dari lima portofolio pada pasar modal Amerika. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa variabel makro ekonomi seperti gejolak Tingkat Inflasi, output industri, perubahan tingkat suku bunga merupakan sumber resiko sistematik dari tingkat pengembalian saham.

Mahdavi dan Sohrabian (1991) meneliti hubungan antara tingkat pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) dengan tingkat pertumbuhan harga saham yang diwakili S&P500 dengan menggunakan data triwulan. Penelitian dilakukan di pasar modal Amerika pada periode tahun 1960 sampai tahun 1989. Penelitian ini menggunakan Test Kausilitas Granger. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perubahan harga saham akan mendahului perubahan GDP, sehingga indeks dapat


(53)

digunakan sebagai instrumen untuk meramalkan nilai GDP untuk masa mendatang. Hal ini menunjukkan bahwa ramalan perubahan GDP mempengaruhi harga saham dan telah direspon oleh investor sebelum perubahan itu nyata terjadi. Hasil ini sejalan dengan teori pasar yang efisien.

Manurung (1996) menganalisis berbagai faktor makro ekonomi yang mempengaruhi harga saham. Penelitian ini dilakukan di Indonesia pada periode 1989 sampai 1995. Variabel yang diteliti adalah tingkat bunga deposito, kurs dollar Amerika, transaksi berjalan, Tingkat Inflasi, penawaran uang, pengeluaran pemerintah, dan Produk Domestik Bruto (PDB). Tiga buah variabel yaitu Tingkat Inflasi, pengeluaran pemerintah, dan PDB tidak berpengaruh signifikan. Nilai PDB yang digunakan adalah pada saat t dan tidak ada lag time.

Bolten dan Weigand (1998) mempelajari hubungan antara pasar modal dan siklus bisnis dengan menggunakan dividen discount model. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa interaksi expected earning dengan tingkat suku bunga menentukan perubahan harga saham. Mereka juga menyimpulkan bahwa pengamatan dan peramalan terhadap faktor ekonomi akan membantu memprediksi harga saham sepanjang waktu. Expected earning dipengaruhi oleh ramalan terhadap aktivitas bisnis di masa mendatang.

Wirjono (2001) melakukan penelitian pada periode 1 Januari 1995 sampai 31 Maret 2001 meneliti pengaruh Tingkat Inflasi dan jumlah uang beredar terhadap nilai transaksi saham. Penelitian ini menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan antara


(54)

variabel yang diteliti, pengaruh suku bunga relatif besar dan negatif sedangkan nilai tukar relatif tidak berarti. Penelitian ini dilakukan pada pasar modal Indonesia.

Mariano dan Murasawa (2002) melakukan penelitian untuk membuat suatu indeks baru dalam pengukuran siklus bisnis. Mereka berusaha membuat indeks baru untuk dapat mengukur siklus bisnis dengan lebih baik. Penelitian ini menghasilkan suatu indeks baru yang memperhitungkan Gross Domestic Product (GDP) rill sebagai pembentuk indeks yang baru. Nilai GDP riil dengan interpretasi ekonomi dapat memberikan manfaat yang lebih baik daripada tanpa intrepretasi ekonomi yang tepat. Penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat untuk periode 1960 – 2000. Hal ini menunjukkan bahwa PDB masih memberikan suatu pertimbangan yang dapat diperhitungkan mempengaruhi pasar modal.

Situmeang (2004) melakukan penelitian tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap harga saham berdasarkan tingkat sensitivitas saham terhadap perubahan indikator makro ekonomi. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1998 sampai tahun 2004. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pergerakan harga saham dan ditemukan bukti perbedaan pengaruhnya terhadap masing-masing kategori saham.

Penelitian ini sendiri mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinuraya (2009). Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 sampai dengan 2008 (5 tahun). Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa PDB mempengaruhi profitabilitas perusahaan di mana berdasarkan data yang digunakan


(55)

di dalam penelitian peningkatan pertumbuhan ekonomi akan mendorong naiknya profitabilitas perusahaan.

Secara ringkas keseluruhan penelitian di atas ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Penelitian Judul Variabel Kesimpulan 1 Mahdavi dan

Sohrabian (1991)

The Link Between The Rate of Growth of Stock Prices and The Rate of Growth of GNP in The United States

Harga Saham PDB

Penelitian menggunakan test kausilitas Granger untuk melihat hubungan GDP terhadap harga saham di Amerika Serikat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan GDP untuk 6 triwulan kedepan (optimal lag) dapat digunakan memprediksi perubahan harga saham.

2 Manurung (1996)

Pengaruh Variabel Makro, Investor Asing, Bursa yang Telah Maju terhadap Indeks BEJ

PDB Inbestor

Asing Harga saham

Penelitian yang meneliti variabel makroekonomi yang berpengaruh pada indeks harga saham. Nilai PDB tidak berpengaruh signifikan namun tidak menggunakan lag time.

3 Bolten dan Weigand (1998)

The Generation of Stock Market Cycles

Harga Saham Siklus Perkonomian

Mempelajari hubungan pasar modal dengan siklus bisnis dengan dividen discount model. Penelitian ini menghasilkan interaksi expected earning dan suku bunga menentukan harga saham.

4 Mariono dan Murasawa (2002)

A New Coincident Index of Business Cycles Based On Monthly and Quarterly Series

PDB Indeks Siklus Bisnis

Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa dengan interpretasi ekonomi yang tepat, nilai PDB dapat menjadi variabel pembentuk indeks untuk mengukur siklus bisnis.

5 Situmeang (2004)

Analisa Pengaruh Indeks Defensive Stock dan Indeks Cyclical Stock terhadap Produk Domestik Bruto

Harga Saham PDB

Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi harga saham berdasarkan karakteristik masing-masing saham.

6 Sinuraya (2009) Analisa Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Profitabilitas Perusahaan PDB ROA ROE

Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi tingkat profitabilitas.


(56)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan seperti yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk mempelajari sekaligus mencoba menganalisis bagaimana pengaruh variabel ekonomi mikro yang diproxy Cost of Goods Sold dan ekonomi makro yang diproxy Pertumbuhan Gross Domestic Brutto (GDP) dan Tingkat inflasi terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan.


(57)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Setiap perusahaan berusaha untuk memaksimumkan nilai perusahaannya dengan melakukan peningkatan penjualan sekaligus menekan biaya seminimal mungkin. Salah satu variabel biaya yang sangat mempengaruhi nilai perusahaan melalui laba yang dihasilkan adalah harga pokok atas barang yang terjual pada suatu periode tertentu. Dan secara makro, setiap negara selalu berusaha mengembangkan suatu kondisi perekonomian yang memberikan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Peningkatan ini dapat dilihat dari output yang dihasilkan semua faktor produksi yang dimiliki. Pada kenyataannya baik perusahaan secara mikro tidak selalu mampu mengendalikan biaya (HPP) maupun kondisi perekonomian tersebut tidak selalu merupakan suatu peningkatan namun dapat juga mengalami penurunan yang walaupun tidak dikehendaki terjadi namun selalu terjadi. Hal ini berlangsung secara terus-menerus sehingga terdapat masa-masa suatu perusahaan mengalami peningkatan maupun penurunan biaya (HPP) yang mengakibatkan laba yang diperoleh perusahaan juga akan berfluktuasi, termasuk pada suatu negara akan mengalami pertumbuhan ekonomi positif maupun negatif yang dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun eksternal suatu negara.


(58)

Dengan demikian dapat digambarkan bagan kerangka konsep dari penelitian ini.

Variabel Ekonomi Makro

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Pemikiran

Kerangka Konsep:

Bagaimana pengaruh Cost of Goods Sold (COGS), pertumbuhan Gross Dosmestic Bruto (GDP) dan Tingkat Inflasi, baik secara simultan maupun parsial terhadap Profitabilitas (ROA) Perusahaan.

Perubahan pada harga pokok penjualan akan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan dan perkembangan perekonomian memiliki kaitan yang sangat erat dengan kinerja perusahaan. Perubahan keadaan perekonomian akan memberikan dampak pada perusahaan, baik itu perubahan ke arah ekspansi maupun perubahan ke arah resesi. Hal ini diakibatkan karena perusahaan berada dalam lingkungan makro ekonomi suatu negara tertentu. Karena itu cukup beralasan apabila dikatakan bahwa

PERTUMBUHAN GDP (X2)

TINGKAT INFLASI (X3)

PROFITABILITAS (ROA) (Y)

COGS (X1) Variabel Ekonomi Mikro


(1)

Lampiran II : Data COGS pada Perusahaan LQ45

PERUSAHAAN 2004 2005 2006 2007 2008 mean max min

AALI 79 57 61 47 53 59,4 79 47

ANTM 52 56 51 40 72 54,2 72 40

ASII 77 79 78 77 78 77,8 79 77

BBCA 37 42 46 41 36 40,4 46 36

BDMN 56 68 45 42 42 50,6 68 42

BLTA 71 60 63 69 68 66,2 71 60

BNBR 74 71 68 58 57 65,6 74 57

BNGA 79 82 53 49 52 63 82 49

BNII 80 87 58 55 54 66,8 87 54

BUMI 62 78 71 67 52 66 78 52

INCO 45 50 43 29 62 45,8 62 29

INDF 74 76 76 76 77 75,8 77 74

INKP 85 85 82 78 73 80,6 85 73

ISAT 69 68 72 73 75 71,4 75 68

KIJA 70 54 56 53 49 56,4 70 49

PNBN 57 77 78 73 57 68,4 78 57

PTBA 60 61 87 60 51 63,8 87 51

SMCB 93 87 79 66 61 77,2 93 61

TLKM 57 59 58 55 63 58,4 63 55

UNTR 80 80 83 82 80 81 83 80

88

pdfM a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se ! Ge t you r s n ow !

“ Thank you very m uch! I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobe's" A.Sar r as - USA


(2)

Lampiran III : Data PDB dan Tingkat Inflasi

Tahun

Tingkat PDB

Tingkat Inflasi

2004

5,1 %

6,4 %

2005

5,6 %

17,1 %

2006

5,5 %

6,6 %

2007

6,3 %

6,6 %

2008

6,2 %

11,0 %


(3)

Lampiran IV : Uji Normalitas

Date: 04/18/11 Time: 22:26 Sample: 2004 2008

RESID RESID RESID RESID RESID RESID RESID AALI ANTM ASII BBCA BDMN BLTA BNBR Mean -397.87 -388.41 -554.30 -297.89 -354.17 -459.65 -482.62 Median -399.60 -374.75 -553.99 -296.97 -310.69 -476.52 -479.51 Maximum -299.17 -262.57 -539.35 -268.67 -289.23 -424.94 -411.07 Minimum -534.30 -522.46 -577.40 -331.24 -488.14 -489.39 -528.52 Std. Dev. 88.39 94.76 14.89 28.88 83.78 30.02 46.10 Skewness -0.58 -0.14 -0.65 -0.06 -0.90 0.33 0.65 Kurtosis 2.30 2.23 2.22 1.31 2.25 1.25 2.22 Jarque-Bera 0.38 0.14 0.48 0.60 0.80 0.73 0.47 Probability 0.83 0.93 0.79 0.74 0.67 0.69 0.79 Observations 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00

RESID RESID RESID RESID RESID RESID RESID BNGA BNII BUMI INCO INDF INKP ISAT Mean -434.23 -471.81 -455.35 -309.68 -552.39 -570.70 -504.39 Median -361.09 -405.33 -441.83 -308.75 -547.81 -580.41 -503.62 Maximum -331.72 -385.08 -361.70 -153.40 -534.34 -518.79 -480.74 Minimum -579.93 -625.56 -557.71 -433.61 -569.13 -616.57 -533.34 Std. Dev. 115.83 111.94 73.06 103.91 14.01 38.10 19.63 Skewness -0.42 -0.53 -0.19 0.44 0.00 0.24 -0.37 Kurtosis 1.29 1.47 2.07 2.25 1.64 1.80 2.16 Jarque-Bera 0.76 0.72 0.21 0.28 0.38 0.35 0.26 Probability 0.68 0.70 0.90 0.87 0.83 0.84 0.88 Observations 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00

90

pdfM a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se ! Ge t you r s n ow !

“ Thank you very m uch! I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobe's" A.Sar r as - USA


(4)

RESID RESID RESID RESID RESID RESID KIJA PNBN PTBA SMCB TLKM UNTR Mean -403.59 -481.07 -434.40 -561.66 -402.47 -569.59 Median -395.09 -507.92 -404.06 -565.61 -392.92 -571.26 Maximum -358.89 -394.23 -339.84 -447.73 -371.20 -552.17 Minimum -493.55 -554.97 -593.93 -672.18 -439.06 -581.28 Std. Dev. 52.54 76.13 95.29 99.93 27.07 11.48 Skewness -1.18 0.27 -1.02 0.04 -0.29 0.59 Kurtosis 2.88 1.24 2.76 1.34 1.69 2.08 Jarque-Bera 1.17 0.70 0.88 0.58 0.43 0.47 Probability 0.56 0.70 0.65 0.75 0.81 0.79 Observations 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00


(5)

Lampiran V : Uji Dubin-Watson

Dependent Variable: ROA?

Method: GLS (Cross Section Weights) Date: 04/18/11 Time: 22:21

Sample: 2004 2008 Included observations: 5

Number of cross-sections used: 20 Total panel (balanced) observations: 100 One-step weighting matrix

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

COGS? -0.112920 0.013092 -8.624891 0.0000

GDP 0.484791 0.088842 5.456797 0.0000

INF -0.050205 0.013408 -3.744317 0.0003

Fixed Effects

AALI--C 32.05776

ANTM--C 22.60858

ASII--C 14.65949

BBCA--C 2.550278

BDMN--C 3.922063

BLTA--C 10.85362

BNBR--C -8.728135

BNGA--C 4.306273

BNII--C 4.559369

BUMI--C 15.98703

INCO--C 28.81605

INDF--C 6.937650

INKP--C 6.731666

ISAT--C 8.394801

KIJA--C 3.749000

PNBN--C 5.428041

PTBA--C 22.32061

SMCB--C 3.809738

TLKM--C 15.63084

UNTR--C 16.36883

Weighted Statistics

R-squared 0.841215 Mean dependent var 16.52198

Adjusted R-squared 0.795848 S.D. dependent var 16.96792

S.E. of regression 7.666656 Sum squared resid 4525.877

F-statistic 18.54235 Durbin-Watson stat 1.866873

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.627663 Mean dependent var 8.053300

Adjusted R-squared 0.521281 S.D. dependent var 12.88453

S.E. of regression 8.914745 Sum squared resid 6119.397

Durbin-Watson stat 1.910356

92

pdfM a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se ! Ge t you r s n ow !

“ Thank you very m uch! I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobe's" A.Sar r as - USA


(6)