Nyamuk Aedes aegypti Penggunaan Insektisida

distillation, penyulingan dengan air dan uap water and steam destillation dan penyulingan dengan uap langsung steam destilation. Proses penyulingan dengan air, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Kelebihan proses ini yaitu biaya operasional yang murah dan proses yang sederhana. Sedangkan, kekurangan proses ini adalah rendemen yang dihasilkan sedikit serta minyak atsiri tidak semua menguap tapi ada yg terlarut dalam air. Penyulingan dengan air dan uap, pada metode ini bahan diletakkan diatas rak-rak atau saringan berlubang. Ciri khas metode ini adalah uap selalu dalam keadaan basah dan bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap. Kelebihan proses ini yaitu bahan hanya kontak dengan uap jenuh dan basah, sehingga minyak atsiri langsung ikut menguap dengan uap air. Kekurangan dari proses ini yaitu tekanan yang dihasilkan hanya dari tekanan uap air saja, sehingga proses penyulingan relatif lama.Untuk metode penyulingan dengan uap atau uap langsung adalah metode yang menggunakan uap jenuh dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer. Kelebihan proses ini yaitu rendemen yang dihasilkan besar, waktu penyulingan relatif cepat dan bahan baku hanya kontak langsung dengan uap air. Kekurangan dari teknik ini adalah biaya operasional yang tinggi serta prosesnya yang rumit. Minyak atsiri memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah sebagai pewangi dan juga produk farmasi seperti minyak angin dan obat. Ajizah 2004 menyatakan minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan kuman dengan mengganggu proses terbentuknya membran danatau dinding sel, membran atau dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna.

2.3 Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk A. aegypti merupakan nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit demam berdarah. Menurut Hadi Koesharto 2006, nyamuk A. aegypti ini berwarna belang hitam putih, tersebar di daerah tropis, tetapi berasal dari Afrika. Nyamuk jenis ini dapat dibedakan dari nyamuk lainnya dengan melihat ujung abdomen perut meruncing, dan mempunyai sersi yang menonjol, lalu dibagian dadanya terdapat rambut post-spiracular dan tidak mempunyai rambut spiracular. Selain itu, tubuhnya bercorak belang hitam putih pada toraks dada, abdomen perut dan tungkai kaki. Corak putih pada punggung A. aegypti berbentuk seperti siku yang berhadapan. Telur A. aegypti berwarna hitam, oval dan di letakkan di dinding wadah air, biasanya dibagian atas permukaan air. Jentik nyamuknya tidak berlengan, dadanya lebih lebar dari kepalanya. Jentik dalam kondisi yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6-8 hari dan mengalami empat kali pergantian kulit instar, kemudian berubah menjadi pupa kepompong. Dalam waktu kurang lebih dua hari, dari pupa muncullah nyamuk dewasa. Jadi total hidup bisa diselesaikan 9-12 hari. Kemudian nyamuk tersebut mencari pasangan dan mengadakan perkawinan. Setelah kawin nyamuk siap mencari darah untuk perkembangan telur. Nyamuk jantan tidak menghisap darah tetapi cairan tumbuhan, sedangkan nyamuk betina menggigit dan menghisap darah orang Hadi Koesharto 2006. Chin 2000 menyatakan, A. aegypti adalah spesies nyamuk yang menggigit pada siang hari, dengan peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam.

2.4 Penggunaan Insektisida

Insektisida merupakan suatu cara pengendalian nyamuk secara kimiawi. Menurut Hadi Koesharto 2006, insektisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan populasi serangga yang merugikan manusia, ternak, tanaman, dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk mensejahterakan hidupnya agar kerugian dan gangguan dapat ditekan sekecil mungkin. Insektisida yang banyak digunakan untuk mengendalikan nyamuk di Indonesia adalah larvasida, berbagai jenis repelan dan insektisida semprot. Insektisida merupakan salah satu jenis pestisida. Menurut Kardinan 2011, pestisida sintetis atau kimiawi memiliki dampak negatif dalam penggunaannya. Di antaranya adalah polusi lingkungan kontaminasi tanah, air dan udara, serangga hama menjadi resisten, toleran terhadap pestisida dan dampak negatif lainnya. Taufik dan Yosmaniar 2010 menyatakan bahwa residu pestisida yang terdapat pada salah satu kolam budidaya perikanan di daerah Karawang termasuk golongan organoklorin, organoposfat, piretroid, dan karbamat. Organoklorin merupakan senyawa yang sangat persisten artinya bahan aktifnya dapat bertahan dalam waktu yang lama baik dalam tanah, air, jaringan tanaman maupun hewan. Senyawa tersebut tidak mudah terurai oleh mikroorganisme, enzim, panas, ataupun cahaya ultraviolet. Hadi Koesharto 2006 menyatakan bahwa insektisida golongan organoposfat dan karbamat merupakan racun sinaptik. Sinaps adalah suatu persimpangan antara dua saraf atau suatu titik penghubung saraf. Secara spesifik organoposfat dan karbamat terikat pada suatu enzim pada sinaps yang dikenal dengan asetilkholinesterase. Enzim ini dibentuk untuk menghambat suatu impuls saraf setelah melewati sinaps. Organoposfat dan karbamat terikat pada enzim ini dan menghambatnya untuk tidak bekerja. Piretroid adalah racun axonik yaitu beracun terhadap serabut saraf. Racun ini terikat pada suatu protein dalam saraf yang dikenal sebagai voltage-gated sodium channel. Pada keadaan normal protein ini membuka untuk memberikan rangsangan pada saraf dan menutup untuk menghentikan sinyal saraf. Piretroid terikat pada gerbang ini dan mencegah penutupan secara normal yang menghasilkan rangsangan sarf yang berkelanjutan. Basuki 2009 melakukan penelitian terhadap keefektifan insektisida dalam pengendalian ulat Spodoptera exigua. Dari penelitian tersebut Basuki 2009 menyatakan bahwa petani di Cirebon menggunakan 8 jenis insektisida kimia. Dari 8 jenis insektisida yang digunakan, 5 jenis insektisida tersebut tidak efektif 63, hal ini di duga hama Spodoptera exigua telah resisten terhadap 5 jenis insektisida tersebut. Banyaknya fakta yang menunjukkan bahaya penggunaan insektisida atau pestisida kimia menyebabkan timbulnya penelitian mengenai pestisida alami atau nabati yang cenderung lebih aman. Pestisida nabati ini dapat berupa ekstrak bagian tanaman dan minyak atsiri dari tanaman. Pestisida nabati tidak hanya mengandung satu jenis bahan aktif single active ingredient, tetapi beberapa jenis bahan aktif multiple active ingredient. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pestisida nabati cukup efektif terhadap beberapa jenis hama, baik hama di lapangan, rumah tangga nyamuk dan lalat, maupun di gudang. Contoh pestisida nabati yang cukup efektif seperti pestisida dari biji bengkuang, akar tuba, abu serai dapur, kayu manis, dan brotowali Kardinan Iskandar 1999, diacu dalam Kardinan 2011.

2.4 Senyawa Bioaktif