Gambar 2 Daun A dan kayu Surian B. Gambar 2 merupakan gambar daun dan kayu Surian yang belum diolah
menjadi minyak atsiri.
3.3.2 Penyulingan
Bahan baku yang sudah siap selanjutnya dimasukkan dalam alat penyulingan. Proses penyulingan menggunakan metode air dan uap, yaitu
menggunakan air kemudian dipanaskan sehingga menghasilkan uap air yang panas. Uap ini dapat menguapkan minyak atsiri pada bahan baku, yang
selanjutnya diembunkan pada kondensor. Hasil pengembunan ini berupa air yang bercampur dengan minyak atsiri kemudian ditampung pada labu kondensat.
Minyak dan air pada kondensat kemudian dipisahkan, sisa minyak yang menempel di labu kondensat dilarutkan menggunakan pelarut n-heksan kemudian
di simpan di wadah yang menggunakan tutup aluminum foil yang telah dibuat lubang. Pembuatan lubang ini dengan maksud agar h-heksan menguap dan
meninggalkan minyak murni. Minyak yang telah di dapatkan kemudian disimpan di wadah, ditutup dengan rapat agar minyak yang ada tidak menguap.
3.3.3 Penentuan Rendemen
Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan dari tiap-tiap proses penyulingan dihitung terhadap berat kering tanur, dengan menggunakan rumus:
Rendemen = OutputInput x 100
Keterangan: Output = berat minyak atsiri g Input = berat kering tanur bahan baku g
A B
3.3.4 Uji Bioassay Larva Nyamuk
a. Persiapan Hewan Uji Gelas piala 250 ml diisi dengan air sekitar setengah bagian gelas dan
dimasukkan juga kertas saring ke dalam gelas piala tersebut. Kemudian gelas piala tersebut dimasukkan ke dalam kandang nyamuk. Kertas saring tersebut
berfungsi untuk menempelnya telur telur dari nyamuk A. aegypti. Telur tersebut akan dihasilkan sampai hari keempat setelah nyamuk makan darah.
Untuk penetasan telur, kertas saring tersebut dicelupkan ke dalam nampan plastik berukuran 30x20x5 cm yang berisi air, dan setelah 24 jam telur tersebut
akan menetas dan tumbuh menjadi larva instar I. Telur-telur yang telah menjadi larva instar I kemudian akan mengalami tahap perkembangan menjadi larva instar
II, III 4 hari dan instar IV 2 hari. Larva tersebut diberi makan berupa pelet ikan dan rebusan hati ayam.
b. Uji Aktivitas Larvasida Pengujian efektifitas biolarvasida minyak atsiri pohon Surian merujuk
pada apa yang telah dilakukan oleh Cheng et al. 2004 yang dimodifikasi untuk jumlah hewan uji dan lama waktu pengujiannya. Dua puluh jentik nyamuk instar-
IV ditempatkan dalam 24,5 ml air destilata, diikuti penambahan 500 µgmL larutan DMSO yang mengandung sampel uji dalam wadah berkapasitas 30 ml.
Larutan dikocok pelan-pelan sehingga tercampur secara homogen dan dibiarkan pada suhu ruang. Konsentrasi minyak yang digunakan adalah 2000, 1000, 500,
dan 250 µgmL. Sebagai kontrol disiapkan berupa 24,5 ml air destilata dan 500µL DMSO. Sebagai pembanding, digunakan insektisida komersial Abate
R
dengan bahan aktif Temephos setara konsentrasi yang sama yaitu 2000, 1000, 500, dan
250 µgmL. Aktivitas larvasida minyak atsiri diamati selama 10 menit, 20 menit, 30,
menit, 40 menit, 50 menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 24 jam dan 48 jam. Kemudian dihitung nilai mortalitasnya yang dikoreksi dengan kontrol.
Persentase mortalitas dikoreksi dengan kontrol. Nilai toksik dan efektifitas diukur dengan nilai LC
50
yang menunjukkan konsentrasi dalam µgmL yang mengakibatkan 50 kematian jentik nyamuk dalam 48 jam.
3.3.5 Analisis Data