Penawaran Wisata Paparan Konseptual 1. Taman Nasional

 Produksi dan konsumsi bersamaan waktu simultaneous production and consumption  Kurang memiliki standar dan keseragaman less standardized and uniform.

3. Penawaran Wisata

Apa yang ditawarkan kepada wisatawan? Jawabnya adalah produk product dan jasa service. Produk wisata adalah semua produk yang diperuntukan bagi atau dikonsumsi oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata Freyer, 1993: 129 dikutip oleh Janianton Damanik Helmut F.Weber 2006. Jadi kalau wisatawan mengunjungi Candi Prambanan, menginap di hotel, makan di restoran, mendaki Gunung Merapi, masuk ke Keraton, dan seterusnya, maka candi, hotel, restoran,gunung, keraton itu disebut dengan produk. Melalui pasar, produk dijual kepada calon pembeli atau wisatawan. Caranya sangat khusus, karena produk tadi tidak diangkut ke hadapan pembeli melainkan melalui suatu mekanisme pemasaran lihat uraian di bawah. Adapun jasa menurut Janianton Helmik 2006 : 11 tidak lain adalah layanan yang diterima wisatawan ketika mereka memanfaatkan mengonsumsi produk tersebut. Jasa ini biasanya tidak tampak intangible, bahkan seringkali tidak dirasakan. Mulai dari pembersihan kamar hotel yang dilakukan oleh staf room service, aneka hidangan dan cara penyajiannya yang dilakukan oleh staf room service, aneka hidangan dan cara penyajiannya yang dilakukan oleh staf food and beverage sampai penyediaan informasi di Tourist Information Center, semuanya merupakan bentuk jasa wisata. Ia merupakan akumulasi waktu, ruang dan personal yang memungkinkan wisatawan dapat menggunakan produk wisata. Menurut Burkart dan Medlik Freyer, 1993: 129, jasa wisata adalah gabungan produk komposit yang terangkum dalam atraksi, transport, akomodasi, dan hiburan. Elemen penawaran wisata menurut Janianton Helmik 2006 : 11 sering disebut sebagai triple A’s yang terdiri dari atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Secara singkat atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata baik bersifat tangible maupun intangible yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan. Atraksi alam meliputi meliputi pemandangan alam, seperti Danau Kalimutu atau Gunung Bromo, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, gua, dll. Singkatnya, pemandangan alam, kekayaan flora dan fauna. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti Candi Prambanan, adat istiadat masyarakat seperti pasar terapung di Kalimantan. Adapun atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Impian Jaya Ancol, Disneyland, dan sebagainya. Unsur lain yang melekat dalam atraksi ini adalah hospitality, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanann dan sebagainya. Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke dan selama di daerah tujuan wisata Inskeep, 1994, mulai dari darat, laut, sampai udara. Akses ini tidak hanya menyangkut aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan, dan keselamatan. Moda transportasi layak ditawarkan adalah angkutan penumpang tersebut berangkat ke dan tiba tepat waktu di ODTW. Tentu saja dengan tingkat kenyamanan dan keselamatan yang standar. Aminitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan. Bank, penukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan rental, penerbit dan penjual buku panduan wisata, seni pertunjukan teater, bioskop, pub, dan lain-lain dapat digolongkan ke dalam bagian ini. Semakin lengkap dan terintegrasinya ketiga unsur tersebut di dalam produk wisata maka semakin kuat posisi penawaran dalam sistem kepariwisataan. Untuk memperkuat posisi tersebut maka kualitas produk yang ditawarkan mutlak diperhatikan. Harus diakui bahwa tidak semua produk wisata berkualitas baik. Hal ini perlu ditegaskan karena banyak kalangan dengan mudah mengatakan produk wisata di daerahnya menarik dan bermutu. Sebenarnya pihak yang menilai mutu produk wisata itu adalah wisatawan sendiri, sebab merekalah user atau konsumennya Plog, 2001. Kualitas produk yang baik terkait dengan empat hal, yakni keunikan, otensitas, originalitas, dan keragaman. Keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan daya tarik yang khas melekat pada suatu objek wisata. Komodo dan habitatnya di Pulau Komodo dapat dikatakan unik karena tidak ada duanya di dunia. Keunikan ini sebenarnya merupakan salah satu keunggulan produk dalam persaingan pasar yang semakin ketat. Originalitas atau keaslian mencerminkan keaslian atau kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi oleh atau tidak mengadopsi model atau nilai yang berbeda dengan nilai aslinya. Di sini model seringkali menentukan . Contoh yang paling mudah, sekarang banyak bangunan hotel kembali menampilkan gaya arsitektur lokal tanpa mengurangi kenyamanan wisatawan. Demikian pula karyawan hotel tidak lagi mengenakan pakaian tradisional yang didesain secara memikat. Otentisitas mengacu pada keaslian. Bedanya, otentisitasnya lebih sering dikaitkan dengan derajat keantikan atau eksotisme budaya sebagai atraksi wisata Kontogeorgopoulos, 2003: 183. West dan Carrier 2004: 491 mengatakan otensitas merupakan sebuah kategori nilai yang memadukan sifat alamiah, eksotis, dan bersahaja dari suatu daya tarik ekowisata. Upacara kematian di Tana Toraja tidak saja unik tetapi juga otentik. Ini berbeda dengan upacara kematian di daerah lain. Tarian Bali yang biasa di pertunjukkan untuk kepentingan ritual mempuyai otentitas yang lebih tinggi daripada tarian yang dimodifikasi untuk konsumsi wisatawan. Diversitas produk artinya keanekaragaman produk dan jasa yang ditawarkan. Wisatawan harus diberikan banyak pilihan produk dan jasa yang secara kualitas berbeda-beda. Bisa saja pemandangan alam atau peninggalan budaya menjadi daya tarik andalan, tetapi akan lebih baik jika produk- produk pendukung dapat dikembangkan. Tujuannya agar wiatawan dapat lebih lama tinggal dan menikmati atraksi yang bervariasi serta akhirnya memperoleh pengalaman wisata yang lengkap. Bagi penyedia jasa tentu hal itu akan memberikan keuntungan ekonomi yang lebih besar . Sebaliknya, suatu daerah tujuan wiata yang mengandalkan monoproduk akan rentan terhadap perubahan pasar.

4. Pengertian Umum Tentang Wisatawan