Perbedaan antara istighatsah dan do’a Beberapa keutamaan berdo’a

dilakukan oleh selain Allah, maka hal ini menjadikan orang tersebut musyrik dan kafir, baik yang diminta itu masih hidup ataupun sudah mati, berada di hadapannya ataupun tidak, seperti perkataan, “Wahai kyai Fulan, sembuhkan penyakit saya, kembalikan barang saya yang hilang, panjangkan umur saya, beri saya anak, dan lain- lain”. Semua ini adalah syirik besar, yang mengeluarkan pelakunya dari agama. Allah Ta’ala berfirman: } هل فش۵ك اف رضب ه كسس݋ي ݌إݔ ݔ ݓف ري܏ب كسس݋ي ݌إݔ ݕه ڰاإ ريܑق ءيش لك ݗ݇ع ݕ ٧ { “Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya selain Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas tiap- tiap sesuatu”. QS. Al-An’am: 17 3 Berupa permintaan dan permohonan kepada Allah. Seperti do’a yang berbunyi: “Ya Allah... kasihanilah aku dan ampunilah dosa-dosaku...” Do’a semacam ini termasuk ibadah. Do’a permohonan itu mengandung do’a ibadah. Dan do’a ibadah mengharuskan untuk do’a permohonan. 10 Adapun, do’a yang dimaksud dalam Al-Qur’an, terkadang bermakna do’a ibadah, terkadang bermakna do’a permohonan, dan terkadang bermakna keduanya. 11

2.3 Perbedaan antara istighatsah dan do’a

Istighatsah artinya memohon bantuan untuk diselamatkan, yaitu: Menghilangkan kesukaran. Adapun perbedaan antara istighatsah memohon bantuan untuk diselamatkan dengan do’a, ialah bahwa istighatsah itu khusus untuk perkara duka cita, sedangkan do’a lebih umum dari istighatsah, karena do’a mencakup duka cita dan yang lainnya. 10 Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Agar Do’a Dikabulkan, Jakarta, Darul Haq, Cet. Keempat, 2012, hal. 16. 11 Ibid, hal. 17. Jadi, setiap istighatsah adalah do’a. Tetapi, tidak setiap do’a adalah istighatsah.

2.4 Beberapa keutamaan berdo’a

1. Do’a adalah sesuatu yang paling mulia di sisi Allah, dari Abu Hurairah يضܔ هݏع ه dari Nabi م݇س ݔ هي݇ع ه ݗ݇ص, beliau bersabda, .ء۵عڱܑل۴ نم ݗل۵عت ه ݗ݇ع ݈ركأ ءيش سيل “Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia terhadap Allah daripada berdo’a”. {Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, 5455, no. 3370; Ibnu Majah, 21258; dan dishahihkan al-Hakim dan disepakati adz-Dzahabi, 1490, dan dishahihkan pula oleh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi, 3138: lihat Syarh as-Sunnah dengan tahqiq al- Arna’uth, 5188.{ 2. Dengan do’a, hubungan kasih sayang sesama kaum muslimin akan terjalin terus. Karena, apabila seorang muslim berdo’a untuk saudara muslim lainnya yang berada di tempat lain, niscaya Allah akan memperkenankan do’anya. 3. Do’a mampu menolak turunnya bala, Rasulullah م݇س ݔ هي݇ع ه ݗ݇ص bersabda: ء۵عڱܑل۴ ڰاإ ܔܑقل۴ ڱܐري ا “Tidak ada yang bisa merubah takdir kecuali do’a”. {Dikeluarkan oleh Ahmad 5277; Ibnu Majah 90 dalam al-Muqaddimah bab Qadar; at-Tirmidzi 139, al- Qadr bab Tidak ada yang merubah qadar kecuali do’a, Syaikh al-Albani menilai hasan dalam Shahih al-Jami ’ 7687. Liha ash-Shahihah 154.} Dan kedudukan do’a terhadap bencana ada 3 tingkatan: a Do’a lebih kuat dari bencana, maka do’a dapat menolak bencana yang akan turun. b Do’a lebih lemah dari bencana, bencana lebih kuat, maka musibah pun menimpa seseo rang, akan tetapi do’a bisa meringankan musibah tersebut walaupun sedikit. c Do’a dan bencana saling beradu kekuatan. Dari abdullah bin Umar ۵݋ݓݏع ه يضܔ dari Nabi م݇سݔ هي݇ع ه ݗ݇ص beliau bersabda: ݄زݏي مل ۵ڰ݋مݔ ݄زن ۵ڰ݋م عفݏي ء۵عڱܑل۴ ء۵عڱܑل۵ب ه ܐ۵۹ع م݃ي݇عف ، “Do’a itu memberi manfaat kepada apa yang telah turun terjadi, dan yang belum turun terjadi, oleh sebab itu berdo’alah kamu wahai hamba-hamba Allah”. {Diriwayatkan oleh al-Hakim, 1493; Ahmad, 5234; dihasankan al-Albani dalam Shahih al- Jami’, 3151, no. 3402.} 4. Do’a mampu menolak murka Allah Ta’ala Rasulullah bersabda: هي݇ع بضغي ه ݄أسي مل نم “Barangsiapa yang tidak berdo’a kepada Allah, niscaya Allah akan murka kepadanya”. 12 Dari hadits di atas maka, dapat dipahami bahwa do’a mampu menjauhkan seseorang dari murka Allah. 5. Do’a merupakan sebab kelapangan Hanya dengan berdo’a, semua kesulitan dan kesempitan akan terelai, serta semua kesusahan akan menjadi mudah.

2.5 Syarat-syarat terkabulnya do’a