BETAPA INDAHNYA KETIKA MEMOHON KEPADANYA
BETAPA INDAHNYA KETIKA MEMOHON KEPADANYA
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Ujian
Nasional dan Imtihan Niha’I TMI Annajah
Disusun Oleh :
FARAH DHUHA AR RAIHANI
NIS : 1314.10.090
PESANTREN ISLAM HIDAYATUNNAJAH
TMI ANNAJAH
BEKASI
2016
(2)
LEMBAR PERSETUJUAN
BETAPA INDAHNYA KETIKA MEMOHON KEPADANYA
Oleh :
FARAH DHUHA AR RAIHANI NIS : 1314.10.090
DISETUJUI OLEH :
Pembimbing
Fidyatur Rohmah, S.Pd
Mengetahui,
Pimpinan Pesantren Kepala Madrasah
(3)
KATA PENGANTAR
اف ه ݐܑݓي نم ،۵ݏل۵عأ ۼ۵۳يس نمݔ ۵ݏسفنأ ܔݔرش نم ه۵ب ܒݕعن ݔ ،ݐرفغتسن هݏيعتسن ݔ ݐܑحن ه ܑحل۴ إ هلݕسܔݔ ݐܑ۹ع ۴ܑحم أ ܑݓشأ ݔ ،هل كيرشا ݐܑحݔ هاإ هلإا أ ܑݓشأ ،هل ݘܐ۵ه اف ل݇ضي نم ݔ ،هل لضم
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan
kepada-Nya, kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan kejelekan amalan-amalan kita, barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya hidayah. Aku bersaksi bahwa tidak ada illah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan
aku bersaksi bahwa Muhammad م݇س ݔ هي݇ع ه ݗ݇ص adalah hamba dan rasul-Nya.
Amma ba’du:
Do’a merupakan aktifitas yang tidak pernah dilewatkan oleh seorang muslim,
bahkan oleh semua manusia, baik ia kafir ataupun muslim. Tanpa do’a, manusia akan mengalami kegamangan hidup. Tanpa do’a, manusia akan tersesat dalam
menapaki langkahnya menelusuri lika-liku kehidupan ini. Tanpa do’a, ikhtiar atau
usaha yang dilakukan, manusia akan hampa dari nilai dan makna. Karena do’a
merupakan perwujudan dari rasa pasrah dan ketidak berdayaan manusia terhadap apa yang mereka hadapi dalam realitas kehidupan ini.
Maka, hendaknya kita memusatkan perhatian kita terhadap do’a. Artinya, ilmu
tentang do’a itu harus dikuasai oleh orang yang berdo’a, dengan mengetahui kearah mana do’a itu ditujukan, syarat-syarat apa yang dibutuhkan dalam berdo’a agar
makbulnya sebuah do’a. Kapan, dimana, dan bagaimana seharusnya do’a itu
disampaikan. Semua ini adalah hal penting yang mesti diketahui dan diperhatikan
demi berkenannya do’a kita disisi Allah, juga agar kita bisa merasakan kenikmatan
dan keindahan ketika memohon kepadaNya.
Alhamdulillah atas izin dan pertolongan Allah, penulis berhasil menyelesaikan karya tulis ini. Jika dalam karya tulis ini terdapat kebenaran, itu semata datangnya
dari Allah Ta’ala dan sebaliknya, jika terdapat kesalahan-kesalahan ataupun kekurangan, sesungguhnya itu berasal dari setan dan hawa nafsu penulis semata.
(4)
Penulis juga berterima kasih kepada:
1. Pimpinan Pesantren Islam Hidayatunnajah, ustadz Sholahuddin, Lc. Yang telah
berkenan meluangkan waktunya, untuk memeriksa karya tulis ini.
2. Kepala sekolah MA An-Najah, ustadz Fathulloh, M.Pd. Yang telah berkenan
meluangkan waktunya, untuk memeriksa karya tulis ini.
3. Pembimbing sang penulis, ustadzah Fidyatur Rohmah, S.Pd. Yang telah
memberikan arahan kepada penulis, dalam pembuatan karya tulis ini. Dan juga, telah meluangkan waktunya untuk memeriksa karya tulis ini.
4. Kedua orang tua saya, yang telah mendidik dan mengajarkan saya arti sebuah
kehidupan. Dan juga, tanpa henti-hentinya mendo’akan sang penulis kebaikan
dan memberikan support serta motivasi kepada sang penulis.
5. Adik-adikku tercinta (Fathi, Azzam, Azka dan Halwa), yang telah menemani
sang penulis dalam proses pembuatan karya tulis ini. Juga, memberikan support
dan mendo’akan sang penulis.
6. Teman-teman saya (U. Armelia, U. Dewi, Azzahra, Zukhrufi, Bunga, U. Asri)
dan juga anak-anak kamar MQ 1 ( Ajeng-bia, Ummi, Ratih, Laila, N.Hidayati, Maryam, Mutia Idmi, Evi Ragil, Dinda Ara, Hanun, Azzu, dan lain-lain) yang telah menemani serta menghibur penulis.
7. Adik kelas saya, yang saya sayangi karena Allah " Sega Mediana dan Fariska "
yang telah memberikan support serta do’a kepada penulis.
8. Kawan-kawan kelas 6 (Geneblesr), yang juga sama-sama berjuang dalam
menyelesaikan karya tulis.
Penulis,
(5)
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Rumusan masalah... 2
1.3 Tujuan penulisan ... 2
BAB II. SEPUTAR DIKABULKANNYA DO’A ... 3
2.1 Definisi do’a ... 3
2.2 Macam –macam do’a : ... 4
- Do’a ibadah ... 4
- Do’a permohonan ... 5
2.3 Perbedaan antara istighatsah dan do’a ... 6
2.4 Beberapa keutamaan berdo’a ... 7
2.5 Syarat –syarat terkabulnya do’a ... 8
2.6 Adab –adab berdo’a ... 9
2.7 Waktu, kondisi dan tempat terkabulnya do’a... 12
2.8 Sebab – sebab dikabulkannya do’a ... 14
KEINDAHAN KETIKA MEMOHON KEPADA ALLAH ... 17
(6)
2.10 Maksud dari keindahan ketika berdo’a kepadaNya ... 17
2.11 Segi keindahan ketika berdo’a kepadaNya ... 17
BAB III. PENUTUP ... 20
3.1 Simpulan ... 20
3.2 Saran ... 21
(7)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Selama ini banyak diantara kita yang telah melakukan banyak usaha, tapi mengapa semua usaha kita tak pernah berhasil? Mengapa penyakit yang kita derita tak kunjung sembuh? Mengapa hidup kita tak pernah berubah? Apakah usaha yang kita tempuh salah? Atau kurang serius? Masih kurangkah pengorbanan? Atau kita tidak sabar menunggu hasilnya? Adakah hikmah dibalik itu semua? Sudahkah kita
mengiringi semuanya dengan do’a?.
Sebagian manusia terlalu sombong dan tidak mau berdo’a, seakan ia bisa
menghasilkan sesuatu tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala. Sebagian manusia
terlalu sombong dan tidak mau berdo’a, seakan ia bisa beribadah tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala. Sebagian manusia sombong dan jarang berdo’a, seakan kekuatan
manusiawinya dapat mewujudkan seluruh asa dia tanpa pertolongan dari Allah
Ta’ala.
Jika memang kita telah menengadahkan tangan untuk berdo’a tetapi, mengapa
kita belum merasakan kenikmatan dan keindahan ketika memohon kepadaNya?,
sudah benarkah do’a yang kita panjatkan? Sudah cocokkah waktu, tempat, dan adab
kita dalam berdo’a? Atau mungkin, kita belum bisa meninggalkan maksiat?.
Oleh karena itu, saya memilih tema tentang " do’a" dalam karya tulis ini,
berdasarkan rasa prihatin saya terhadap kondisi sebagian manusia yang belum
(8)
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka permasalahan penulisan karya tulis ilmiah ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa definisi dari do’a?
2. Apa saja macam-macam do’a?
3. Apa perbedaan antara istighatsahdan do’a?
4. Apa saja keutamaan berdo’a?
5. Seperti apakah syarat-syarat terkabulnya do’a?
6. Apa saja adab-adab berdo’a?
7. Kapan waktu, kondisi dan dimana saja tempat terkabulnya do’a?
8. Apa saja sebab-sebab diterimanya do’a?
9. Apa definisi dari kata “Indah”?
10. Apa maksud dari keindahan ketika berdo’a kepadaNya?
11. Dari segi apa, keindahan ketika memohon kepadaNya?
1.3
Tujuan penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini, selain untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Pesantren Islam Hidayatunnajah, juga untuk:
1. Mengetahui maksud keindahan ketika berdo’a kepadaNya 2. Mengetahui manfaat dari berdo’a
(9)
BAB II
SEPUTAR
DIKABULKANNYA DO’A
2.1
Definisi do’a
Do’a dari segi bahasa berarti meminta dan memohon. 1
Berdo’a kepada Allah berarti meminta dariNya kebaikan dan mengharapkan
kebaikan tersebut.
( افل ۵عܐ) dengan menggunakan kata bantu "݄" berarti berdoa untuk si Fulan,
yakni memohon kebaikan untuknya.
) اف ݗ݇ع ۵عܐ) dengan menggunakan kata bantu "ݗ݇ع" berarti berdo’a atas si
Fulan, yakni memohon agar keburukan ditimpakan atasnya. 2
Jadi, do’a adalah permohonan seorang hamba kepada Rabbnya dengan cara memohon dan meminta.
Sedangkan, definisi do’a menurut istilah syar’i ada beberapa pendapat, antara
lain:
1) Permohonan dengan sungguh-sungguh kepada Allah ݗل۵عتݔ هن۵ح۹س. 3
2) Al-Khatthabi ه هحܔ berkata: “Do’a ialah seorang hamba memohon
pertolongan dan meminta bantuan kepada-Nya. Sedangkan hakikat do’a ialah
menampakan kefakiran kepada-Nya, membebaskan dan membersihkan diri dari
daya dan kekuatan, ini merupakan ciri-ciri ‘ubudiyah )ibadah( seseorang,
merasakan kelezatan manusiawi yang mana di dalamnya terkandung makna pujian
1Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Agar Do’a Dikabulkan, Jakarta, Darul Haq, Cet. Keempat, 2012,hal. 3. 2Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Agar Do’a Dikabulkan, Jakarta, Darul Haq, Cet. Keempat, 2012,hal. 3. 3 Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Berdo’a Sesuai Sunnah, Jakarta, Pustaka At-Tazkia, 2004, hal. 7.
(10)
kepada Allah serta pengakuan terhadap sifat kedermawanan Allah ݗل۵عتݔ هن۵ح۹س”. 4
3) Ibnu Al-Qayyim ه هحܔberkata: “Do’a ialah permohonan untuk segala sesuatu
yang bermanfaat dan tuntutan untuk menjauhkan segala sesuatu yang
mendatangkan kemudharatan”. 5
4) Berdo’a ialah ibadah dengan sepenuh hati kepada Allah ݗل۵عتݔ هن۵ح۹س seraya merindukan kebaikan yang ada di sisi-Nya dibarengi rasa tunduk, patuh serta
merendahkan diri dalam mengharap terwujudnya atau terjawabnya do’a yang
disampaikan. 6
2.2 Macam-
macam do’a
Do’a terbagi menjadi dua macam: do’a ibadah, dan do’a permohonan. Yang
mana antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan. 1. Do’a ibadah
Do’a ibadah adalah seseorang menggunakan do’a tersebut untuk beribadah
kepada yang dimohonnya, dalam rangka memohon pahalaNya dan karena takut
terhadap hukumanNya.7 Seperti: shalat, puasa, zakat, haji, menyembelih
sembelihan dan bernadzar karena Allah.
Kesimpulannya, bahwa ia beribadah kepada Allah karena mengharap pahala
dan takut akan adzabNya. Dan jenis do’a seperti ini tidak boleh untuk selain Allah.
Maka barangsiapa yang melakukan sebagian dari ibadah ini untuk selain Allah, sungguh ia telah menjadi kafir, yaitu telah keluar dari agama Allah dan termasuk
golongan yang disebutkan Allah dalam firmanNya: 8
}
۴ܐ مڰݏݓج ݕ݇خܑيس يتܐ۵۹ع نع ݔر۹݃تسي نيܓڰل۴ ڰإ م݃ل بجتسأ ينݕعܐ۴ م݃ڱبܔ ݄۵قݔ نيرخ
( ٦ )
{
4 Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Berdo’a Sesuai Sunnah, Jakarta, Pustaka At-Tazkia, 2004, hal. 7. 5Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Berdo’a Sesuai Sunnah, Jakarta, Pustaka At-Tazkia, 2004, hal. 7. 6 Ibid, hal. 8.
7 Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Syarah Tsalatsatul Ushul (terjemah), Solo, Al-Qowam, 2000, hal. 75. 8Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Agar Do’a Dikabulkan, Jakarta, Darul Haq, Cet. Keempat,2012, hal. 8.
(11)
“Dan Rabbmu berfirman, ‘Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Ku-perkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembahKu akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina’.”
(QS.Ghafir: 60)
Dan firman Allah Ta’ala,
نيل۵عل۴ ۶ܔ ڰّ يت۵مݔ ݘ۵يحمݔ ي݃سنݔ يتاص ڰإ لق (
٦ ) هل كيرش ا
,
ني݇سل۴ ݄ ڰݔأ ۵نأݔ ۼرمأ كل۴ܓب ݔ
( ٦ ) “Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagiNya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
)kepada Allah(’ ”. )QS. Al-An’am: 162-163). 2. Do’a permohonan
Do’a untuk memohon sesuatu yang bermanfaat, yakni yang memberi manfaat
bagi pemohon, atau yang menghindarkannya dari bahaya, atau meminta permohonan yang lainnya.
Do’a permohonan terdiri dari beberapa macam, diantaranya:
1) Memohon kepada selain Allah (manusia) dalam hal-hal yang bisa dilakukan
oleh mereka, yang masih hidup, mampu, dan ada di hadapannya, maka tidak
termasuk kemusyrikan. Seperti, “Berilah saya air minum” atau, “Wahai Fulan, berilah saya makanan”, atau yang semisalnya, maka tidak mengapa.9
Rasulullah م݇س ݔ هي݇ع ه ݗ݇ص bersabda,
م عݏص نمݔ ،ݐݕ۹يجأف مك۵عܐ نمݔ ،ݐݔܓيعأف ڰّ۵ب ܒ۵عتس۴ نمݔ ،ݐݕܫعأف ڰّ۵ب ݄أس ن ،ݐݕ۳ف۵݃ف ۵فݔرعم م݃يلإ
إف
ف۵ك ܑق م݃ڰنأ ۴ݔرت ݗڰتح هل ۴ݕعܐ۵ف هنݕ۳ف۵݃ت ۵م ۴ݔܑجت مل ݐݕتأ
“Barangsiapa meminta )kepada kalian( dengan )menyebut Nama( Allah, maka
berilah ia, dan barangsiapa memohon perlindungan (kepada kalian) dengan (menyebut Nama) Allah, maka berikanlah perlindungan kepadanya, dan barangsiapa mengundang kamu (untuk menghadiri walimah dan lain-lain) maka penuhilah, dan barangsiapa berbuat baik kepadamu, maka hendaklah kamu balas, seandainya tidak ada sesuatu yang kamu miliki untuk membalasnya, maka
do’akanlah ia sehingga kamu merasa bahwa kamu telah membalas kebaikannya.”
{Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 1672; an-Nasa’i, 5/82; Ahmad dalam
al-Musnad, 2/68 & 99. Lihat at-Ta’liq al-Mufid ala Kitab at-Tauhid, Syaikh bin Baz, hal. 91 dan 245.}
2) Berdo’a kepada makhluk dan meminta darinya sesuatu yang tidak dapat
(12)
dilakukan oleh selain Allah, maka hal ini menjadikan orang tersebut musyrik dan kafir, baik yang diminta itu masih hidup ataupun sudah mati, berada di hadapannya
ataupun tidak, seperti perkataan, “Wahai kyai Fulan, sembuhkan penyakit saya, kembalikan barang saya yang hilang, panjangkan umur saya, beri saya anak, dan
lain-lain”. Semua ini adalah syirik besar, yang mengeluarkan pelakunya dari agama.
Allah Ta’ala berfirman:
}
هل فش۵ك اف رضب ه كسسي إݔ
ݔ
ݓف ريب كسسي إݔ ݕه ڰاإ ريܑق ءيش لك ݗ݇ع ݕ
( ٧ )
{
“Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang
menghilangkannya selain Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan
kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu”. )QS. Al-An’am: 17(
3) Berupa permintaan dan permohonan kepada Allah. Seperti do’a yang berbunyi:
“Ya Allah... kasihanilah aku dan ampunilah dosa-dosaku...” Do’a semacam ini termasuk ibadah.
Do’a permohonan itu mengandung do’a ibadah. Dan do’a ibadah
mengharuskan untuk do’a permohonan. 10
Adapun, do’a yang dimaksud dalam Al-Qur’an, terkadang bermakna do’a
ibadah, terkadang bermakna do’a permohonan, dan terkadang bermakna keduanya.
11
2.3
Perbedaan antara istighatsah dan do’a
Istighatsah artinya memohon bantuan untuk diselamatkan, yaitu:
Menghilangkan kesukaran.
Adapun perbedaan antara istighatsah (memohon bantuan untuk diselamatkan)
dengan do’a, ialah bahwa istighatsah itu khusus untuk perkara duka cita, sedangkan
do’a lebih umum dari istighatsah, karena do’a mencakup duka cita dan yang lainnya.
10Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Agar Do’a Dikabulkan, Jakarta, Darul Haq, Cet. Keempat, 2012, hal.
16.
(13)
Jadi, setiap istighatsahadalah do’a. Tetapi, tidak setiap do’a adalah istighatsah.
2.4 Beberapa keutamaan berdo’a
1. Do’a adalah sesuatu yang paling mulia di sisi Allah, dari Abu Hurairah يضܔ
هݏع ه dari Nabi م݇س ݔ هي݇ع ه ݗ݇ص, beliau bersabda,
.ء۵عڱܑل۴ نم ݗل۵عت ه ݗ݇ع ݈ركأ ءيش سيل “Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia terhadap Allah daripada berdo’a”.
{Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, 5/455, no. 3370; Ibnu Majah, 2/1258; dan dishahihkan al-Hakim dan disepakati adz-Dzahabi, 1/490, dan dishahihkan pula
oleh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi, 3/138: lihat Syarh as-Sunnah dengan
tahqiq al-Arna’uth, 5/188.{
2. Dengan do’a, hubungan kasih sayang sesama kaum muslimin akan terjalin
terus. Karena, apabila seorang muslim berdo’a untuk saudara muslim lainnya yang
berada di tempat lain, niscaya Allah akan memperkenankan do’anya.
3. Do’a mampu menolak turunnya bala, Rasulullah م݇س ݔ هي݇ع ه ݗ݇ص bersabda:
ء۵عڱܑل۴ ڰاإ ܔܑقل۴ ڱܐري ا “Tidak ada yang bisa merubah takdir kecuali do’a”. {Dikeluarkan oleh Ahmad
(5/277); Ibnu Majah (90) dalam al-Muqaddimah bab Qadar; at-Tirmidzi (139),
al-Qadr bab Tidak ada yang merubah qadar kecuali do’a, Syaikh al-Albani menilai
hasan dalam Shahih al-Jami’ (7687). Liha ash-Shahihah (154).}
Dan kedudukan do’a terhadap bencana ada 3 tingkatan:
a) Do’a lebih kuat dari bencana, maka do’a dapat menolak bencana yang akan turun.
b) Do’a lebih lemah dari bencana, bencana lebih kuat, maka musibah pun menimpa
seseorang, akan tetapi do’a bisa meringankan musibah tersebut walaupun sedikit.
c) Do’a dan bencana saling beradu kekuatan.
Dari abdullah bin Umar ۵ݓݏع ه يضܔ dari Nabi م݇سݔ هي݇ع ه ݗ݇ص beliau bersabda:
݄زݏي مل ۵ڰمݔ ݄زن ۵ڰم عفݏي ء۵عڱܑل۴ ء۵عڱܑل۵ب ه ܐ۵۹ع م݃ي݇عف ،
“Do’a itu memberi manfaat kepada apa yang telah turun )terjadi(, dan yang belum turun )terjadi(, oleh sebab itu berdo’alah kamu wahai hamba-hamba Allah”. {Diriwayatkan oleh al-Hakim, 1/493; Ahmad, 5/234; dihasankan al-Albani dalam Shahih al-Jami’, 3/151, no. 3402.}
(14)
4. Do’a mampu menolak murka Allah Ta’ala Rasulullah bersabda:
هي݇ع بضغي ه ݄أسي مل نم “Barangsiapa yang tidak berdo’a kepada Allah, niscaya Allah akan murka kepadanya”.12
Dari hadits di atas maka, dapat dipahami bahwa do’a mampu menjauhkan
seseorang dari murka Allah.
5. Do’a merupakan sebab kelapangan
Hanya dengan berdo’a, semua kesulitan dan kesempitan akan terelai, serta semua
kesusahan akan menjadi mudah.
2.5
Syarat-
syarat terkabulnya do’a
1) Ikhlas.
Yaitu membersihkan do’a dan amal dari segala yang mencampurinya dan
menjadikannya hanya untuk Allah semata, tidak bercampur riya’, melainkan
mengharap pahala dari Allah dan takut kepada azabNya, serta mengharap
keridhaanNya. 13
Allah Ta’ala berfirman:
ݔرف۵݃ل۴ ݐركݕلݔ نيܑل۴ هل نيص݇م ه ۴ݕعܐ۵ف (
)
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepadaNya, meskipun orang
-orang kafir tidak menyukai)nya(”. {QS Ghafir: 14{
2) Mengikuti Rasulullah )di dalam tata cara berdo’a(.
Allah Ta’ala berfirman:
ميح ڰܔ ܔݕفغ هݔ م݃بݕنܒ م݃ل رفغيݔ ه م݃۹۹حي ينݕع۹ڰت۵ف ه ݕڱ۹حت متݏك إ لق ( (
) )
“Katakanlah, ‘Jika kamu )benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” )QS Ali Imron: 31(
3) Percaya dan yakin akan dikabulkan Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
أ ۵۳يش ܐ۴ܔأ ۴ܒإ ݐرمأ ۵ڰنإ ݕ݃يف نك هل ݄ݕقي
( ٨ )
12 Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Berdo’a Sesuai Sunnah, Jakarta, Pustaka At-Tazkia, 2004, hal. 31. 13Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Agar Do’a Dikabulkan, Jakarta, Darul Haq, Cet. Keempat, 2012, hal.
(15)
“Sesungguhnya perintahNya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka terjadilah ia.” )QS Yasin: 82(
4) Menghadirkan hati sewaktu berdo’a dan khusyu’, penuh keinginan akan ganjaran pahala dari Allah dan disertai rasa takut kepada azabNya.
Dalam Musnad Imam At-Tirmidzi, Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu
meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
نم ء۵عܐ بيجتسي ا ه ڰأ ۴ݕ݇ع۴ݔ ،ۻب۵جإ۵ب ݕݏقݕم متنأݔ ه ۴ݕعܐأ ݐا لف۵غ ب݇ق
“Berdo’alah kamu kepada Allah sedang kamu yakin akan terkabul )do’amu tersebut(, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan do’a orang yang hatinya lalai dan tidak serius.” 14
5) Adanya keinginan yang kuat, tekad, dan kesungguhan dalam berdo’a.
Apabila seseorang memohon kepada Allah Ta’ala hendaklah ia pastikan
permohonan tersebut diiringi dengan keinginan yang kuat. Dan Rasulullah
melarang istitsna’ )mengecualikan dengan mengatakan “jika Engkau
menghendaki”(.
Dari Anas Radhiyallahu‘anhu, beliau berkata, Rasulullah bersabda:
ل ݐر݃تسم ا ه ڰإف ،يݏܫعأف ت۳ش إ ڰمݓڰ݇ل۴ : لقياݔ ،ء۵عڱܑل۴ يف ݈زعي݇ف مكܑحأ ۵عܐ ۴ܒإ ه
“Apabila salah seorang dari kalian berdo’a, maka hendaklah ia memiliki keinginan
yang kuat dalam berdo’a, janganlah ia berdo’a, ‘Ya Allah, jika Engkau kehendaki, berikanlah kepadaku’, sesungguhnya Allah tidak ada yang dapat menuntut paksa terhadapNya.” 15
2.6
Adab-
adab berdo’a
Adapun adab-adab dalam berdo’a diantaranya :
1. Memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah, lalu diikuti dengan
bershalawat kepada Rasulullah dan diakhiri dengan hal yang sama.
Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu berkata:
آݔ م݇سݔ هي݇ع ه ݗ݇ص ܑڰحم ݗ݇ع ݗڰ݇صي ݗڰتح ۶ݕجحم ء۵عܐ ڱلك . ܑڰحم ݄
“Setiap do’a terhalang hingga diucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad. ” 16
14 Ibid, hal. 37.
15Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Agar Do’a Dikabulkan, Jakarta, Darul Haq, Cet. Keempat, 2012, hal.
38.
(16)
Fadhalah bin Ubaid Radhiyallahu’anhu berkata, “Rasulullah mendengar
seorang lelaki berdo’a dalam shalatnya dengan tidak bershalawat kepada Nabi,
lantas beliau bersabda, ‘Orang ini terburu-buru,’ kemudian Rasulullah memanggilnya dan berkata kepadanya atau orang lain,
ݔ هي݇ع ه ݗ݇ص ي۹ڰݏل۴ ݗ݇ع لصيل ڰمث هي݇ع ء۵ݏڰثل۴ݔ هبܔ ܑيحتب أܑ۹ي݇ف مكܑحأ ݗڰ݇ص ۴ܒإ يل ڰمث م݇س
ء۵ش ۵ب ܑعب ُܑ
“Apabila salah seorang kalian berdo’a, maka hendaklah ia mulai dengan memuji
dan menyanjung RabbNya, kemudian bershalawat kepada Nabi, kemudian
berdo’a sesudah itu dengan apa yang dia inginkan.” 17 2. Berdo’a dikala senang maupun susah
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, beliau berkata, Rasulullah bersabda:
ء۵خ ڰرل۴ يف ء۵عڱܑل۴ رث݃ي݇ف ،۶ر݃ل۴ݔ ܑئ۴ܑڰشل۴ ܑݏع هل ه بيجتسي أ ݐ ڰرس نم “Barangsiapa senang bahwa Allah mengabulkan do’anya ketika ia sedang
kesusahan dan kesempitan hidup, maka hendaklah ia perbanyak do’a diwaktu lapang )senang(.”18
Tidak berdo’a meminta keburukan menimpa keluarga, harta, anak, dan diri
sendiri.
3. Mendo’akan diri sendiri sebelum orang lain
4. Merendahkan suara ketika berdo’a, yaitu antara samar dan keras. )QS. Al
-A’raaf: 55, 205(
5. Tadharru’ )merendahkan diri(, khusyu’, raghbah (berharap untuk dikabulkan),
rahbah (rasa takut tidak dikabulkan). (QS. Al-Anbiyaa’: 90(
6. Mengakui dosa yang telah diperbuat, lalu memohon ampunan atasnya, serta
mengakui nikmat yang telah diterima dan bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut.
7. Tidak membebani diri dengan membuat sajak dalam berdo’a. 8. Memanjatkan )mengulangi( do’a tiga kali.
9. Menghadap kiblat.
10. Mengangkat kedua tangan ketika berdo’a.
Cara mengangkat tangan ketika berdo’a:
17Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Agar Do’a Dikabulkan, Jakarta, Darul Haq, Cet. Keempat, 2012, hal.
50.
(17)
a) Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu’anhuma berpendapat bahwa cara mengangkat
tangan dalam berdo’a adalah dengan mengangkat kedua tangan hingga sejajar
dengan kedua pundak dan beristighfar dengan berisyarat satu jari. 19Adapun ibtihal
yaitu (istighatsah) mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi. 20
b) Imam Al-Qasim bin Muhammad berkata: “Aku melihat Ibnu ‘Umar berdo’a di
Al-Qashi, beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua
pundaknya dan kedua telapak tangannya dihadapkan ke arah wajahnya.21
c) Adapun do’a istisqa’ (minta hujan) dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi
dan mengarahkan punggung telapak tangan ke langit. Dari Anas Radhiyallahu’anhu bahwa beliau melihat Nabi berdo’a saat istisqa’ dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi, mengarahkan tangan sebelah dalam ke arah bumi hingga terlihat putih kedua
ketiak beliau. 22
11. Mengembalikan (hak orang lain) yang dizhalimi disertai dengan taubat
12. Tidak berlebihan )melampaui batas( dalam berdo’a Contohnya:
Dari Ibnu Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu’anhu, beliau berkata, “Ayah saya
mendengar saya sedang berdo’a, “Ya Allah, saya memohon surga kepadaMu, dan
nikmat-nikmatnya, keindahannya, begini dan begini, dan saya memohon perlindungan kepadaMu dari api neraka, rantai besinya, belenggunya, dan begini,
dan begini’. Ayahku berkata, ‘Wahai anakku, sesungguhnya aku mendengar
Rasulullah bersabda,
ء۵عڱܑل۴ يف ݔܑتعي ݈ݕق ݕ݃يس ‘Akan datang suatu kaum yang melampaui batas dalam berdo’a.’
19 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Do’a dan Wirid, Jakarta, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005, hal. 71. 20 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Do’a dan Wirid, Jakarta, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005, hal. 71. 21 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Do’a dan Wirid, Jakarta, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005, hal. 72. 22 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Do’a dan Wirid, Jakarta, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005, hal. 72.
(18)
Jangan sampai kamu termasuk dari mereka itu, jika kamu diberi surga, maka kamu akan diberikan surga dan segala kenikmatannya, jika kamu dihindarkan dari
azab neraka, maka kamu akan dihindarkan dari neraka dan segala azabnya.” 23 13. Berwudhu sebelum berdo’a bila memungkinkan. 24
2.7
Waktu, kondisi, dan tempat terkabulnya do’a
1. Malam Lailatul Qadar.
2. Pertengahan malam terakhir, ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. 25
3. Setelah shalat-shalat wajib.
Dari Abu Umamah Al-Bahili Radhiyallahu’anhu, beliau berkata, “Rasulullah
pernah ditanya seseorang, ‘Apakah do’a yang paling didengar?’ Rasulullah
menjawab,
ۼ۵بݕت݃ل۴ ۼ۴ݕ݇ڰصل۴ ربܐݔ رخآ۴ ليڰ݇ل۴ فݕج “Dipenghujung akhir dari malam, dan setelah shalat-shalat wajib.” 26
4. Waktu antara adzan dan iqamah.
5. Saat mendengar panggilan untuk shalat wajib.
6. Saat iqamah dikumandangkan.
7. Pada saat turun hujan.
8. Pada saat bertemu musuh dimedan perang )berperang di jalan Allah Ta’ala(.
9. Suatu waktu pada setiap malam hari.
Dari Jabir Radhiyallahu’anhu, beliau bersabda, “Saya mendengar Rasulullah
bersabda,
“Sesungguhnya pada waktu malam itu ada suatu waktu, tidaklah seorang muslim
bertepatan dengan waktu itu, dimana dia meminta kepada Allah kebaikan dunia dan
23Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Agar Do’a Dikabulkan, Jakarta, Darul Haq, Cet. Keempat, 2012, hal.
73 .
24 Ibid, hal. 68.
25 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Do’a dan Wirid, Jakara, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005, hal. 77.
26Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Agar Do’a Dikabulkan, Jakarta, Darul Haq, Cet. Keempat, 2012, hal.
(19)
akhirat, melainkan Allah akan memberikan permintaannya, dan itu ada pada setiap
malam.” 27
10. Suatu waktu pada hari Jum’at. )pendapat yang paling kuat berkenaan dengan
masalah ini, bahwa suatu waktu yang dimaksudkan adalah ba’da ashar di hari Jum’at. Tetapi dimungkinkan juga, bahwa yang dimaksudkan adalah waktu antara khutbah dan shalat).
11. Ketika bersujud (dalam shalat).
12. Saat mengucapkan “Amin” di dalam shalat, bertepatan dengan ucapan “Amin” para malaikat.
13. Ketika minum air zamzam dengan niat yang tulus.
14. Ketika mendengar ayam berkokok.
15. Do’a kaum muslimin setelah meninggalnya seorang muslim )ketika memejamkan mata si mayit yang baru saja meninggal dunia).{HR. Muslim no. 920, An-Nubadz hal. 59}
16. Do’a seorang muslim untuk saudaranya sesama muslim tanpa sepengetahuannya.
17. Do’a orang yang sedang berpuasa sampai ia berbuka.
18. Do’a setelah berwudhu’ apabila berdo’a dengan do’a-do’a ma’tsur. 19. Do’a pada bulan Ramadhan.
20. Di tempat berkumpulnya kaum muslimin di majelis-majelis ilmu.
21. Do’a yang dipanjatkan setelah memanjatkan pujian dan sanjungan kepada Allah serta shalawat atas Nabi Muhammad, ketika tasyahhud akhir.
22. Do’a keburukan dari orang yang dizhalimi )dianiaya( atas orang yang menzhalimi.
23. Do’a kebaikan dari orang tua untuk anaknya dan do’a keburukan orang tua atas anaknya.
24. Do’a musafir, yaitu orang yang sedang melakukan perjalanan (safar). 25. Berdo’a setelah tergelincir matahari sebelum waktu dzuhur.
27 Ibid, hal. 82.
(20)
Dari Abdullah bin as-Sa’ib Radhiyallahu’anhu “Bahwasannya Rasulullah melaksanakan shalat empat rakaat setelah tergelincir matahari sebelum dzuhur, kemudian beliau bersabda,
“Sesungguhnya ini adalah waktu di mana pintu-pintu langit dibuka, dan aku suka
ada amal baikku yang naik padanya.” 28
26. Do’a orang yang benar-benar dalam keadaan terjepit. (QS. Al-Anfaal: 9, QS. An-Naml: 62)
27. Do’a pemimpin yang adil.
28. Do’a anak yang berbakti )kepada kedua orang tuanya( untuk kedua orang tuanya.
29. Do’a pada hari ‘Arafah, ketika di ‘Arafah. 30. Do’a ketika di Shafa.
31. Do’a ketika di Marwa.
32. Do’a ketika berada di Masy’arilharam )Muzdalifah(. 33. Do’a setelah pelemparan jumrah ash-Shugra (kecil). 34. Do’a setelah pelemparan jumrah al-Wustha (pertengahan).
2.8 Sebab-
sebab dikabulkannya do’a
1) Ketika berdo’a, ikhlas karena Allah Ta’ala.
Karena keikhlasan adalah faktor utama diterimanya do’a seseorang. Seiring
dengan semakin kuat dan teguhnya keikhlasan, maka semakin besar peluang do’a tersebut untuk dikabulkan dan sangat pantas do’a tersebut dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Seperti pada kisah Nabi Yunus yang berdo’a, ketika berada dalam perut ikan dan do’a para penghuni gua yang tertutupi batu besar.
2) Rasa optimis (keyakinan) yang tinggi akan dikabulkan Allah dan memiliki
kemauan untuk menunggu kelapangan. 29
Ketika seseorang mempunyai harapan yang kuat, keperluan mendesak,
keinginan yang tinggi untuk diterimanya do’a dan menunggu kelapangan. Maka,
28Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Agar Do’a Dikabulkan, Jakarta, Darul Haq, Cet. Keempat, 2012, hal.
96.
(21)
setiap kali itu pula datang kelapangan, tiba kemudahan, hilang kekalutan, dan lenyaplah kesusahan.
Ingatlah, firman Allah Ta’ala,
ف ۴رسي رسعل۴ عم ڰإ
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” )QS. Alam Nasyroh:
5) Ayat ini pun diulang setelah itu,
۴رسي رسعل۴ عم ڰإ
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Alam Nasyroh: 6).
Dari sini, para ulama seringkali mengatakan, “Satu kesulitan tidak akan pernah
mengalahkan dua kemudahan.”
3) Meninggalkan maksiat dan bertaubat.
Seperti firman Allah Ta’ala: “Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah
ampun kepada Rabbmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai’.” )QS. Nuh: 10-12).
4) Sungguh-sungguh dan tidak lalai.
Dengan menghadirkan hati saat berdo’a, penuh kekhusyuan, dan menjiwai
setiap makna dari untaian do’a yang diucapkan. Dan ini termasuk diantara
penyebab utama diterimanya do’a.
Yahya bin Mu’adz Rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang hatinya disatukan oleh Allah saat ia berdo’a, maka do’anya tidak mungkin ditolak.” 30
Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah berkata: “Apabila hati sudah menyatu dalam
do’adiiringi oleh keadaan darurat dan harapan yang kuat untuk diterima, maka do’a tidak akan ditolak.” 31
5) Menggunakan kesempatan, dengan memilih waktu, kondisi, dan
tempat-tempat diterimanya do’a.
6) Mengerjakan ketaatan dan bertawasul dengan nama-nama Allah, dan lain-lain.
30 Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Berdo’a Sesuai Sunnah, Jakarta, Pustaka At-Tazkia, 2004, hal. 156. 31 Ibid, hal. 157
(22)
7) Memperbanyak amal shalih.
Karena amal shalih merupakan diantara penyebab utama bagi terangkat dan
diterimanya do’a. Doa adalah perkataan yang baik, sedangkan perkataan yang baik
diangkat kehadapan Allah Ta’ala, untuk mengangkatnya diperlukan amal shalih. Seperti kisah penghuni gua yang ditolong oleh amal shalih mereka
masing-masing. Amal shalih tersebut merupakan penyebab diterimanya do’a mereka. Wahb bin Manbah Rahimahullah berkata: “Perumpamaan orang yang berdo’a
tanpa memiliki amal shalih adalah seperi orang yang memanah namun tidak
memiliki tali busur.” Ia menambahkan: “Amal shalih berfungsi sebagai
penghantar do’a,” kemudian ia membaca: “Kepada-Nyalah naik
perkataan-perkataan yang baik dan amal shalih dinaikkan-Nya.” )QS. Fathir: 10) 32
8) Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunnah
Ini termasuk diantara penyebab-penyebab dikabulkannya do’a, seperti: shalat
sunnah setelah shalat-shalat wajib (fardhu). Al-Hadits:
“Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (amalan-amalan sunnah) sehingga Aku mencintainya, apabila Aku mecintainya maka Aku menjadi pendengaran yang dengannya ia mendengar, Aku menjadi penglihatan yang dengannya ia melihat, Aku menjadi tangan yang digunakannya untuk memegang dan Aku menjadi kakinya yang digunakan untuk melangkah. Jika ia meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memberikannya dan apabila ia meminta
perlindungan kepada-Ku niscaya Aku akan melindunginya.” 33 { H.R Al-Bukhari
)6902(; Abu Nu’aim dalam al-Hilyah (1/4); al-Baihaqi dalam az-Zuhd (690) } 9) Amar ma’ruf nahi munkar
Termasuk diantara amal shalih yang utama dan agung, juga termasuk dari
penyebab utama diperkenankannya do’a. Dan meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar merupakan penyebab tidak dijawab dan ditolaknya do’a
10) Berbuat baik kepada kedua orangtua
11) Meninggalkan makanan, minuman, dan pakaian yang haram
32Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Berdo’a Sesuai Sunnah, Jakarta, Pustaka At-Tazkia, 2004, hal. 158. 33
(23)
KEINDAHAN KETIKA MEMOHON KEPADA ALLAH
2.9
Definisi kata “Indah”
Indah adalah keadaan enak dipandang; cantik; elok. Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak
dipandang, cantik, bagus benar atau elok.
2.10
Maksud dari keindahan ketika berdo’a kepadaNya
Makna dari kata “Indah” yang dimaksud disini adalah merasakan nikmatnya
ketika menjalin hubungan dengan Sang Pencipta lewat berdo’a, karena dengan berdo’a itu menunjukkan betapa lemahnya kita dihadapan Allah, betapa butuhnya
kita akan rahmat dan kasih sayang Allah, betapa nikmatnya ketika kita mengadukan segala keluh kesah kita kepadaNya, dan hanya kepada Allah kita bisa menjamin
tertutupnya aib dan rahasia kita, dan betapa indahnya cara Allah mengabulkan do’a
kita.
2.11
Segi keindahan ketika berdo’a kepadaNya
1. Segi cara Allah mengabulkan do’a kita.
Bagaimana cara Allah mengabulkan do’a kita?. Mungkin banyak diantara kita telah berdo’a, dan kita berharap agar do’a tersebut segera dikabulkan. Namun, mengapa hingga saat ini Allah belum mengabulkan do’a kita? Padalah sebab-sebab
dikabulkannya do’a telah kita lakukan. Mengapa ini bisa terjadi? Bukankah Allah Maha Kuasa dan mengabulkan do’a-do’a hamba yang berdo’a kepadaNya? Apakah
Allah tidak sayang kepada kita? Apakah do’a yang kita panjatkan itu sia-sia?
Pada hakikatnya, semua do’a yang kita panjatkan insya Allah dikabulkan oleh
Allah Ta’ala. Bukankah Allah mengatakan:
(24)
“Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya untuk kalian.” )QS Ghafir: 60(. Namun, hanya sedikit dari kita menyadari betapa indahnya cara Allah
mengabulkan do’a kita. Mengapa dikatakan indah, karena sesungguhnya ketika do’a yang kita panjatkan belum dikabulkan ternyata, tanpa kita sadari Allah telah mengabulkan do’a yang kita panjatkan, dengan cara memberikan sesuatu yang jauh
lebih baik dari apa yang kita harapkan dalam do’a kita.
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
م هݏع ڰفك ݔأ ݄أس ۵م ڰّ۴ ݐ۵تآ ڰاإ ء۵عܑب ݕعܑي ܑحأ نم ۵م . محܔ ۻعيܫق ݔأ مثإب ُܑي مل ۵م ،ه݇ثم ءݕڱسل۴ ن
“Tidak ada seorang pun yang berdoa dengan sebuah doa kecuali Allah akan
mengabulkan apa yang dimintanya atau memalingkannya dari keburukan yang semisalnya, selama dia tidak berdoa yang mengandung dosa atau pemutusan
silaturahmi.” {HR At-Tirmidzi no. 3381. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani.}
ث ݖܑحإ ۵ݓب ڰّ۴ ݐ۵ܫعأ ڰاإ ، محܔ ۻعيܫق اݔ ، مثإ ۵ݓيف سيل ۺݕعܑب ݕعܑي م݇سم نم ۵م عت أ ۵ڰمإ : ٍا
هل لڰج
: ۴ݕل۵ق ۵ݓ݇ثم ءݕڱسل۴ نم هݏع فرصي أ ۵ڰمإݔ ، ۺرخآ۴ يف هل ۵هرخڰܑي أ ۵ڰمإݔ ، هتݕعܐ ڰّ۴ : ݄۵ق ، رث݃ن ۴ܒإ
.رثكأ
“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan sebuah doa yang tidak
terkandung di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Allah akan memberikannya salah satu dari ketiga hal berikut: Allah akan mengabulkannya dengan segera, mengakhirkan untuknya di akhirat atau memalingkannya dari
keburukan yang semisalnya. Para sahabat berkata, “Kalau begitu kami akan
memperbanyak doa kami.” Beliau berkata, “Allah lebih banyak lagi”. {HR Ahmad
no. HR Ahmad 11133 dari Abu Said Al-Khudri. Sanad-nya dinyatakan jayyid oleh
Syaikh Syu’aib Al-Arnauth}
Maka dapat disimpulkan bahwa, seseorang yang telah benar-benar
melaksanakan sebab-sebab dikabulkannya do’a, insya Allah do’anya akan
dikabulkan oleh Allah. Jika tidak dikabulkan, maka akan diakhirkan atau diberikan kebaikan oleh Allah di hari kiamat, atau Allah sengaja tidak mengabulkan doanya di dunia agar dia terhindar dari akibat buruk apabila doa tersebut dikabulkan, dan Allah memalingkannya kepada sesuatu yang lebih baik dari apa yang dia minta.
(25)
Maka tentu, kita akan bertambah yakin bahwa Allah Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui seluruh hikmah dan Maha Sayang kepada hamba-hambanya.
Mudah-mudahan kita bisa terus bersabar menghadapi kehidupan di dunia ini dan mensyukuri segala sesuatu yang Allah berikan kepada kita, serta bisa selalu
berbaik sangka kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Di dalam hadits qudsi Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan
)) ء۵ش ۵م يب ڰنظي݇ف ، يب ݘܑ۹ع نܬ ܑݏع ۵نأ ((
“Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku. Oleh karena itu,
berprasangkalah terhadap-Ku sesuka hatinya.” {HR Al-Bukhari no. 7405 dan
Muslim no. 2675}
Dan di dalam riwayat lain terdapat tambahan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata:
)) ۴ريخ اإ ه۵ب ۴ݕڱݏظت اف ((
“Janganlah kalian berprasangka kepada Allah kecuali dengan prasangka yang
(26)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Demikianlah seluruh pembahasan tentang do’a yang dapat penulis tuliskan. Kesimpulannya, berdo’a itu penting untuk menolak sesuatu yang tidak disukai, atau mendatangkan sesuatu yang disenangi. Dan keindahan ketika berdo’a kepadaNya adalah merasakan nikmatnya ketika menjalin hubungan dengan Sang Pencipta lewat
berdo’a, karena dengan berdo’a itu menunjukkan betapa lemahnya kita dihadapan
Allah, betapa butuhnya kita akan rahmat dan kasih sayang Allah, betapa nikmatnya ketika kita mengadukan segala keluh kesah kita kepadaNya, dan hanya kepada Allah kita bisa menjamin tertutupnya aib dan rahasia kita, dan betapa indahnya cara
Allah mengabulkan do’a kita.
Dan segi keindahan ketika berdo’a kepadaNya terletak pada segi cara Allah mengabulkan do’a kita. Jika seseorang yang telah benar-benar melaksanakan
sebab-sebab dikabulkannya do’a seperti, berdo’a ikhlas karena Allah,
optimis)yakin( do’a tersebut akan dikabulkan, meninggalkan maksiat dan
bertaubat, bersungguh-sungguh dan tidak lalai, memilih waktu, kondisi, dan
tempat-tempat diterimanya do’a, taat kepada Allah serta mendekatkan diri
kepadaNya dengan amalan-amalan sunnah, menjauhi larangan-laranganNya. Dan
beradab ketika berdo’a serta memperhatikan juga syarat-syarat dikabulkannya do’a.
Insya Allah do’anya akan dikabulkan oleh Allah. Jika tidak dikabulkan, maka akan diakhirkan atau diberikan kebaikan oleh Allah di hari kiamat, atau Allah sengaja tidak mengabulkan doanya di dunia agar dia terhindar dari akibat buruk apabila doa tersebut dikabulkan, dan Allah memalingkannya kepada sesuatu yang lebih baik dari apa yang dia minta.
(27)
3.2 Saran
Bagi orang yang sudah mengetahui syarat-syarat terkabulnya do’a, adab-adab
ketika berdo’a, dan sebab-sebab terkabulnya do’a, hendaknya ia mengamalkannya,
agar do’a yang ia panjatkan dikabulkan oleh Allah.
Dan bagi orang yang sudah mengetahui indahnya cara Allah mengabulkan do’a
kita, hendaknya ia berprasangka baik terhadap Allah. Karena hanya Allah yang mengetahui segala sesuatu yang terbaik untuk hambanya. Mungkin sesuatu yang kita anggap baik, ternyata tidak baik untuk kita dan sesuatu yang kita anggap buruk, ternyata itu baik atau terdapat manfaat untuk kita.
Berprasangka baiklah kepada Allah, karena apapun yang Allah berikan untuk kita itu pasti baik untuk kita. Walaupun, terkadang kita tidak bisa menerima takdir Allah atau kita merasa Allah itu tidak adil kepada kita. Ketahuilah, bahwa Allah memberikan takdir yang terbaik untuk kita, dan Allah itu Maha Adil dan kita harus ridha dengan takdir Allah, karena dibalik itu semua ada hikmah yang tanpa kita sadari itu baik untuk kita.
Di dalam hadits qudsi Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan
)) ء۵ش ۵م يب ڰنظي݇ف ، يب ݘܑ۹ع نܬ ܑݏع ۵نأ ((
“Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku. Oleh karena itu,
berprasangkalah terhadap-Ku sesuka hatinya.” {HR Al-Bukhari no. 7405 dan
Muslim no. 2675}
Dan di dalam riwayat lain terdapat tambahan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata:
)) ۴ريخ اإ ه۵ب ۴ݕڱݏظت اف ((
“Janganlah kalian berprasangka kepada Allah kecuali dengan prasangka yang
(28)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hamd, Muhammad bin Ibrahim. 2004. Berdo’a Sesuai Sunnah. Jakarta: Pustaka
At-Tazkia.
Al-Qahthani, Sa’id bin Ali bin Wahf. Cet. Keempat. 2012. Agar Do’a Dikabulkan. Jakarta: Darul Haq.
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. 2005. Do’a & Wirid. Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafi’i.
Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 2000. Syarah Tsalatsatul Ushul (terjemah). Solo: Al-Qowam.
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah. 2008. Ensiklopedi Islam
(1)
KEINDAHAN KETIKA MEMOHON KEPADA ALLAH
2.9
Definisi kata “Indah”
Indah adalah keadaan enak dipandang; cantik; elok. Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok.
2.10
Maksud dari keindahan ketika berdo’a kepadaNya
Makna dari kata “Indah” yang dimaksud disini adalah merasakan nikmatnya
ketika menjalin hubungan dengan Sang Pencipta lewat berdo’a, karena dengan berdo’a itu menunjukkan betapa lemahnya kita dihadapan Allah, betapa butuhnya
kita akan rahmat dan kasih sayang Allah, betapa nikmatnya ketika kita mengadukan segala keluh kesah kita kepadaNya, dan hanya kepada Allah kita bisa menjamin
tertutupnya aib dan rahasia kita, dan betapa indahnya cara Allah mengabulkan do’a
kita.
2.11
Segi keindahan ketika berdo’a kepadaNya
1. Segi cara Allah mengabulkan do’a kita.
Bagaimana cara Allah mengabulkan do’a kita?. Mungkin banyak diantara kita telah berdo’a, dan kita berharap agar do’a tersebut segera dikabulkan. Namun, mengapa hingga saat ini Allah belum mengabulkan do’a kita? Padalah sebab-sebab
dikabulkannya do’a telah kita lakukan. Mengapa ini bisa terjadi? Bukankah Allah Maha Kuasa dan mengabulkan do’a-do’a hamba yang berdo’a kepadaNya? Apakah
Allah tidak sayang kepada kita? Apakah do’a yang kita panjatkan itu sia-sia? Pada hakikatnya, semua do’a yang kita panjatkan insya Allah dikabulkan oleh
Allah Ta’ala. Bukankah Allah mengatakan:
(2)
“Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya untuk kalian.” )QS Ghafir: 60(. Namun, hanya sedikit dari kita menyadari betapa indahnya cara Allah
mengabulkan do’a kita. Mengapa dikatakan indah, karena sesungguhnya ketika do’a yang kita panjatkan belum dikabulkan ternyata, tanpa kita sadari Allah telah mengabulkan do’a yang kita panjatkan, dengan cara memberikan sesuatu yang jauh
lebih baik dari apa yang kita harapkan dalam do’a kita.
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
م هݏع ڰفك ݔأ ݄أس ۵م ڰّ۴ ݐ۵تآ ڰاإ ء۵عܑب ݕعܑي ܑحأ نم ۵م . محܔ ۻعيܫق ݔأ مثإب ُܑي مل ۵م ،ه݇ثم ءݕڱسل۴ ن
“Tidak ada seorang pun yang berdoa dengan sebuah doa kecuali Allah akan mengabulkan apa yang dimintanya atau memalingkannya dari keburukan yang semisalnya, selama dia tidak berdoa yang mengandung dosa atau pemutusan silaturahmi.” {HR At-Tirmidzi no. 3381. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani.}
ث ݖܑحإ ۵ݓب ڰّ۴ ݐ۵ܫعأ ڰاإ ، محܔ ۻعيܫق اݔ ، مثإ ۵ݓيف سيل ۺݕعܑب ݕعܑي م݇سم نم ۵م عت أ ۵ڰمإ : ٍا
هل لڰج
: ۴ݕل۵ق ۵ݓ݇ثم ءݕڱسل۴ نم هݏع فرصي أ ۵ڰمإݔ ، ۺرخآ۴ يف هل ۵هرخڰܑي أ ۵ڰمإݔ ، هتݕعܐ ڰّ۴ : ݄۵ق ، رث݃ن ۴ܒإ
.رثكأ
“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan sebuah doa yang tidak terkandung di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Allah akan memberikannya salah satu dari ketiga hal berikut: Allah akan mengabulkannya dengan segera, mengakhirkan untuknya di akhirat atau memalingkannya dari keburukan yang semisalnya. Para sahabat berkata, “Kalau begitu kami akan memperbanyak doa kami.” Beliau berkata, “Allah lebih banyak lagi”. {HR Ahmad no. HR Ahmad 11133 dari Abu Said Al-Khudri. Sanad-nya dinyatakan jayyid oleh
Syaikh Syu’aib Al-Arnauth}
Maka dapat disimpulkan bahwa, seseorang yang telah benar-benar melaksanakan sebab-sebab dikabulkannya do’a, insya Allah do’anya akan dikabulkan oleh Allah. Jika tidak dikabulkan, maka akan diakhirkan atau diberikan kebaikan oleh Allah di hari kiamat, atau Allah sengaja tidak mengabulkan doanya di dunia agar dia terhindar dari akibat buruk apabila doa tersebut dikabulkan, dan Allah memalingkannya kepada sesuatu yang lebih baik dari apa yang dia minta.
(3)
Maka tentu, kita akan bertambah yakin bahwa Allah Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui seluruh hikmah dan Maha Sayang kepada hamba-hambanya.
Mudah-mudahan kita bisa terus bersabar menghadapi kehidupan di dunia ini dan mensyukuri segala sesuatu yang Allah berikan kepada kita, serta bisa selalu berbaik sangka kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Di dalam hadits qudsi Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan
)) ء۵ش ۵م يب ڰنظي݇ف ، يب ݘܑ۹ع نܬ ܑݏع ۵نأ ((
“Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku. Oleh karena itu, berprasangkalah terhadap-Ku sesuka hatinya.” {HR Al-Bukhari no. 7405 dan Muslim no. 2675}
Dan di dalam riwayat lain terdapat tambahan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata:
)) ۴ريخ اإ ه۵ب ۴ݕڱݏظت اف ((
“Janganlah kalian berprasangka kepada Allah kecuali dengan prasangka yang baik.” {HR Ibnu Abid-Dunya dalam ‘Kitab Husni Dzhanni Billah’ no. 84.}
(4)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Demikianlah seluruh pembahasan tentang do’a yang dapat penulis tuliskan. Kesimpulannya, berdo’a itu penting untuk menolak sesuatu yang tidak disukai, atau mendatangkan sesuatu yang disenangi. Dan keindahan ketika berdo’a kepadaNya adalah
merasakan nikmatnya ketika menjalin hubungan dengan Sang Pencipta lewat
berdo’a, karena dengan berdo’a itu menunjukkan betapa lemahnya kita dihadapan
Allah, betapa butuhnya kita akan rahmat dan kasih sayang Allah, betapa nikmatnya ketika kita mengadukan segala keluh kesah kita kepadaNya, dan hanya kepada Allah kita bisa menjamin tertutupnya aib dan rahasia kita, dan betapa indahnya cara
Allah mengabulkan do’a kita.
Dan segi keindahan ketika berdo’a kepadaNya terletak pada segi cara Allah mengabulkan do’a kita. Jika seseorang yang telah benar-benar melaksanakan sebab-sebab dikabulkannya do’a seperti, berdo’a ikhlas karena Allah,
optimis)yakin( do’a tersebut akan dikabulkan, meninggalkan maksiat dan
bertaubat, bersungguh-sungguh dan tidak lalai, memilih waktu, kondisi, dan tempat-tempat diterimanya do’a, taat kepada Allah serta mendekatkan diri kepadaNya dengan amalan-amalan sunnah, menjauhi larangan-laranganNya. Dan
beradab ketika berdo’a serta memperhatikan juga syarat-syarat dikabulkannya do’a.
Insya Allah do’anya akan dikabulkan oleh Allah. Jika tidak dikabulkan, maka akan diakhirkan atau diberikan kebaikan oleh Allah di hari kiamat, atau Allah sengaja tidak mengabulkan doanya di dunia agar dia terhindar dari akibat buruk apabila doa tersebut dikabulkan, dan Allah memalingkannya kepada sesuatu yang lebih baik dari apa yang dia minta.
(5)
3.2 Saran
Bagi orang yang sudah mengetahui syarat-syarat terkabulnya do’a, adab-adab
ketika berdo’a, dan sebab-sebab terkabulnya do’a, hendaknya ia mengamalkannya,
agar do’a yang ia panjatkan dikabulkan oleh Allah.
Dan bagi orang yang sudah mengetahui indahnya cara Allah mengabulkan do’a
kita, hendaknya ia berprasangka baik terhadap Allah. Karena hanya Allah yang mengetahui segala sesuatu yang terbaik untuk hambanya. Mungkin sesuatu yang kita anggap baik, ternyata tidak baik untuk kita dan sesuatu yang kita anggap buruk, ternyata itu baik atau terdapat manfaat untuk kita.
Berprasangka baiklah kepada Allah, karena apapun yang Allah berikan untuk kita itu pasti baik untuk kita. Walaupun, terkadang kita tidak bisa menerima takdir Allah atau kita merasa Allah itu tidak adil kepada kita. Ketahuilah, bahwa Allah memberikan takdir yang terbaik untuk kita, dan Allah itu Maha Adil dan kita harus ridha dengan takdir Allah, karena dibalik itu semua ada hikmah yang tanpa kita sadari itu baik untuk kita.
Di dalam hadits qudsi Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan
)) ء۵ش ۵م يب ڰنظي݇ف ، يب ݘܑ۹ع نܬ ܑݏع ۵نأ ((
“Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku. Oleh karena itu, berprasangkalah terhadap-Ku sesuka hatinya.” {HR Al-Bukhari no. 7405 dan Muslim no. 2675}
Dan di dalam riwayat lain terdapat tambahan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata:
)) ۴ريخ اإ ه۵ب ۴ݕڱݏظت اف ((
“Janganlah kalian berprasangka kepada Allah kecuali dengan prasangka yang baik.” {HR Ibnu Abid-Dunya dalam ‘Kitab Husni Dzhanni Billah’ no. 84.}
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hamd, Muhammad bin Ibrahim. 2004. Berdo’a Sesuai Sunnah. Jakarta: Pustaka At-Tazkia.
Al-Qahthani, Sa’id bin Ali bin Wahf. Cet. Keempat. 2012. Agar Do’a Dikabulkan. Jakarta: Darul Haq.
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. 2005. Do’a & Wirid. Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafi’i.
Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 2000. Syarah Tsalatsatul Ushul (terjemah). Solo: Al-Qowam.
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah. 2008. Ensiklopedi Islam Al-Kamil. Jakarta: Darus Sunnah.