lxxxvi
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perbedaan metode latihan dan tingkat koordinasi mata-kaki siswa sangat bermakna. Karena F
hitung
= 5.749 F
tabel
= 4.11. Dengan demikian hipotesis nol ditolak, berarti keberhasilan metode latihan dipengaruhi oleh tingkat koordinasi mata-kaki yang dimiliki
siswa.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian
hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu: a ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian b ada
interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai
berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Antara Metode Massed Practice dan Distributed
Practice Terhadap Keterampilan Bermain Sepakbola.
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan metode massed practice
dan kelompok siswa yang mendapatkan metode distributed practice terhadap
lxxxvii peningkatan keterampilan bermain sepakbola. Pada kelompok siswa yang
mendapat metode distributed practice mempunyai peningkatan keterampilan bermain sepakbola yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang
mendapat metode massed practice. Latihan latihan bermain sepak bola dengan distributed practice yaitu latihan
bermain sepak bola yang dilakukan secara berulang-ulang, dimana antar ulangan diselingi waktu istirahat yang cukup. Latihan keterampilan bermain sepakbola
dengan distributed practice memberikan waktu istirahat yang cukup sehingga akan memungkinkan siswa untuk dapat melakukan gerakan dengan teknik
sempurna. Perbaikan terhadap pola gerakan yang dilakukan akan mudah dilakukan.
Latihan bermain sepak bola dengan massed practice yaitu dengan pembatasan istirahat disela-sela percobaan dalam kondisi padat cenderung
mengurangi penampilan jika dibandingkan dengan dengan yang waktu istirahatnya lebih banyak. Latihan ini akan menyebabkan kelelahan sehingga
berpengaruh terhadap kesempurnaan gerakan yang dilakukan, selain itu pengontrolan dan perbaikan terhadap teknik gerakan sulit dilakukan, sebab tidak
ada waktu istirahat. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa
perbandingan rata-rata peningkatan persentase keterampilan bermain sepakbola
lxxxviii yang dihasilkan oleh metode distributed practice lebih tinggi 21.15 dari pada
dengan massed practice.
2. Perbedaan Keterampilan Bermain Sepakbola Antara Pemain Yang Memiliki
Koordinasi Mata-Kaki Tinggi dan Rendah.
Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa dengan koordinasi mata-kaki tinggi dan
koordinasi mata-kaki rendah terhadap keterampilan bermain sepakbola. Pada kelompok siswa dengan koordinasi mata-kaki tinggi mempunyai peningkatan
keterampilan bermain sepakbola lebih tinggi dibanding kelompok siswa dengan koordinasi mata-kaki rendah. Pada kelompok siswa koordinasi mata-kaki tinggi
memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki koordinasi mata-kaki rendah. Koordinasi mata-kaki merupakan modalitas untuk melakukan
latihan keterampilan bermain sepakbola. Koordinasi
mata-kaki adalah
kemampuan seseorang
dalam mengintegrasikan antara gerakan mata pandangan dengan gerakan kaki secara
efektif. Gerakan keterampilan bermain sepakbola termasuk gerakan yang cukup kompleks, sebab gerakan pukulan merupakan gabungan beberapa gerakan yang
harus dilakukan secara terpadu dan selaras. Keberhasilan keterampilan bermain sepakbola dipengaruhi oleh kemampuan siswa untuk melakukan gerakan secara
terpadu dan selaras. Koordinasi mata-kaki dapat menunjang keberhasilan belajar
lxxxix keterampilan bermain sepakbola, karena dengan koordinasi mata-kaki yang baik,
siswa dapat mengontrol gerakan-gerakan yang dilakukan sehingga menjadi lebih akurat. Siswa yang memiliki koordinasi mata-kaki tinggi memiliki kemampuan
untuk lebih cepat menguasai keterampilan bermain sepakbola, dari pada siswa yang memiliki koordinasi mata-kaki rendah.
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan keterampilan bermain sepakbola pada siswa
yang memiliki koordinasi mata-kaki tinggi 20.25 yang lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang memiliki koordinasi mata-kaki rendah.
3. Pengaruh Interaksi Antara Metode Latihan Dengan Koordinasi Mata-Kaki
Terhadap Keterampilan Bermain Sepakbola.
Dari Tabel 12 tentang ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan
interaksi yang nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel dibawah ini.
Tabel 14. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B Terhadap Keterampilan bermain sepakbola.
Faktor A = Metode latihan
B = Koordinasi mata-kaki
Taraf A
1
A
2
Rerata A
1
– A
2
B
1
214.500 213.800
214.15 0.700
B
2
172.400 215.400
193.9 43.000
Rerata 193.45
214.6 204.025
20.25 B
1
– B
2
42.100 1.600
21.15
xc Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Keterampilan Bermain Sepakbola
Keterangan : : A
1
= Metode massed practice : A
2
= Metode distributed practice : B
1
= Koordinasi mata-kaki tinggi : B
2
= Koordinasi mata-kaki rendah Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai
keterampilan bermain sepakbola adalah tidak sejajar dan bersilangan. Garis tersebut memiliki suatu titik pertemuan antara penggunaan metode dalam metode latihan dan
xci koordinasi mata-kaki. Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara keduanya.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa koordinasi mata-kaki memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil latihan keterampilan.
Nilai peningkatan keterampilan bermain sepakbola masing-masing sel dapat diperbandingkan sebagai berikut:
a. Siswa yang memiliki koordinasi mata-kaki tinggi dengan metode distributed practice, memiliki peningkatan keterampilan bermain sepakbola sebesar 213.80.
Siswa yang memiliki koordinasi mata-kaki tinggi dengan metode massed practice memiliki peningkatan keterampilan bermain sepakbola sebesar 214.50. Jadi siswa
yang memiliki koordinasi mata-kaki tinggi lebih sesuai menggunakan metode massed practice.
b. Siswa yang memiliki koordinasi mata-kaki rendah dengan metode distributed practice memiliki peningkatan keterampilan bermain sepakbola sebesar 215.40.
Siswa yang memiliki koordinasi mata-kaki rendah dengan metode massed practice memiliki peningkatan keterampilan bermain sepakbola sebesar 172.40.
Jadi siswa yang memiliki koordinasi mata-kaki rendah lebih sesuai menggunakan metode distributed practice.
Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa yang memiliki koordinasi mata-kaki rendah dengan metode distributed practice memiliki
peningkatan keterampilan bermain sepakbola pada permainan sepakbola yang lebih
xcii baik dibandingkan siswa dengan koordinasi mata-kaki tinggi dan mendapat perlakuan
latihan dengan metode distributed practice. Siswa yang memiliki koordinasi mata- kaki tinggi memiliki peningkatan keterampilan bermain sepakbola pada permainan
sepakbola yang besar jika dilatih dengan latihan dengan metode massed practice. Kefektifan penggunaan metode latihan menggiring bola pada permainan sepakbola
dipengaruhi oleh klasifikasi koordinasi mata-kaki yang dimiliki siswa. Kefektifan penggunaan metode dalam latihan keterampilan bermain sepakbola
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya koordinasi mata-kaki yang dimiliki siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa yang memiliki koordinasi
mata-kaki tinggi memiliki peningkatan keterampilan bermain sepakbola yang besar jika menggunakan metode massed practice. Siswa yang memiliki koordinasi mata-
kaki rendah lebih baik jika dilatih dengan metode distributed practice.
E. Keterbatasan Penelitian