Penggunaan Antibiotika di Peternakan

9 menarik pada penggunaan klinik karena aktifitas antibakterinya dan sifat farmakologinya yang baik. Quinolon bersifat bakterisid yang mengikat bheta sub unit DNA gyrase, ini adalah enzim yang penting bagi replikasi DNA. Pengikatan antibiotika menghambat aktifitas DNA gyrase. Antibiotika ini memiliki sedikit aktifitas terhadap streptococci yang sebagian besar merupakan mikroflora pada mulut, kolon dan traktus vaginalis. Kelompok ini sedikit mempengaruhi keberadaan mikroflora dibanding antibiotika lain Phillips et al., 2004.

2.3. Penggunaan Antibiotika di Peternakan

Antibiotika digunakan untuk hewan sebagaimana digunakan pada manusia yaitu untuk mencegah dan mengobati infeksi. Manfaat pengobatan dengan antibiotika antara lain membasmi agen penyakit Butaye et al., 2003, menyelamatkan hewan dari kematian, mengembalikan kondisi hewan untuk berproduksi kembali dalam waktu yang relatif singkat, mengurangi menghilangkan penderitaan hewan dan mencegah penyebaran mikroorganisme ke alam sekitarnya yang dapat mengancam kesehatan hewan dan manusia Adam, 2002. Penemuan antibiotika membawa dampak besar bagi kesehatan manusia dan ternak. Seiring dengan berhasilnya pengobatan dengan menggunakan antibiotika, maka produksinya semakin meningkat Phillips et al., 2004. Pada industri peternakan pemberian antibiotika selain untuk pencegahan dan pengobatan penyakit, juga digunakan sebagai imbuhan pakan feed additive untuk memacu pertumbuhan growth promoter, meningkatkan produksi, dan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan Bahri et al., 2005. Di Eropa ada beberapa antibiotika yang diperbolehkan digunakan sebagai imbuhan pakan seperti olaquinodik, basitrasin, flavomisin, monensin, salinomisin, tilosin, virginiamisin, avoprasin, dan avilamisin. Sejak tahun 1999, antibiotika olaquinodik, basitrasin, tilosin, dan virginiamisin sudah dilarang digunakan sebagai imbuhan pakan Butaye et al., 2003. Berdasarkan Feed Additive Compendium, ada beberapa antibiotika yang direkomendasikan digunakan sebagai imbuhan pakan pada pakan unggas dan 10 hewan lain, seperti penisilin, basitrasin, streptomisin, eritromisin, tilosin, neomisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin, linkomisin, spiramisin, dan virginiamisin Anonimus, 2002. Pemanfaatan antibiotika sebagai imbuhan pakan ternak juga banyak digunakan di Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Veteriner Balitvet Bogor menunjukkan bahwa 71,43 57 pabrik pakan di Kabupaten Bogor, Cianjur, Tangerang, Bekasi dan Sukabumi memberikan tambahan antibiotika golongan tetrasiklin dan sulfonamida pada produk pakan ayam Bahri et al., 2005. Berdasarkan pengamatan di lapang, antibiotika yang lazim digunakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit antara lain streptomisin, kloramfenikol, doksisiklin, tetrasiklin, eritromisin, neomisin, tilosin, siprofloksasin, enrofloksasin, dan golongan sulfonamida. Antibiotika ini diberikan dalam air minum pada ayam-ayam yang menunjukkan gejala sakit atau setelah vaksinasi Kusumaningsih, 2007. Beberapa peneliti melaporkan bahwa dibutuhkan antibiotika dalam jumlah banyak untuk pengobatan, pencegahan, dan sebagai pemacu pertumbuhan pada ternak penghasil daging. Pada tahun 2001 dilaporkan bahwa, di Amerika Serikat setiap tahun membutuhkan sebanyak 900 ton antibiotika untuk pengobatan dan sebanyak 11.200 ton antibiotika untuk non pengobatan pada hewan, sedangkan antibiotika yang digunakan untuk pengobatan pada manusia hanya digunakan 1.300 ton Phillips et al., 2004. Kebutuhan antibiotika untuk pakan dan pengobatan tahun 2001 sebesar 502,27 ton, kemudian meningkat menjadi 5.574,16 ton pada tahun 2005 Ditjenak, 2006. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan antibiotika dalam dunia peternakan berkisar antara lain 80 digunakan untuk unggas, 75 pada peternakan babi, 60 pada peternakan sapi potong dan 75 antibiotika digunakan dalam peternakan sapi perah masyarakat Crawford and Franco, 1994. Dari kenyataan di lapang, dipastikan bahwa pemakaian antibiotika pada peternakan ayam cenderung berlebihan dan kurang tepat. Beberapa peneliti mengkhawatirkan bahwa penggunaan antibiotika secara terus-menerus dan dalam waktu lama melalui air minum atau pakan dalam konsentrasi rendah akan memicu 11 terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotika pada ternak Butaye et al., 2003. Menurut Barber et al. 2003 berdasarkan laporan World Health Organization menunjukkan bahwa munculnya fenomena resistensi antimikroba pada bakteri patogen disebabkan oleh pemakaian antimikroba yang salah pada ternak dan pada saat ini resistensi antimikroba pada ternak dan hasil produksinya susu, daging dan telur telah menjadi masalah global di seluruh dunia.

2.4. Penggunaan Antibiotika dalam Pakan