Amonia dan Volatil Amin

ditambahkan pada pakan untuk mengurangi emisi amonia dengan cara menurunkan nilai pH adalah garam yang mengandung Ca seperti CaSO 4, CaCl 2 , dan kalsium benzoat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian garam ini dapat mengurangi emisi gas amonia sebesar 30, 33 dan 54. Namun pada pH rendah, emisi amonia akan berkurang tetapi kondisi ini dapat menambah emisi hidrogen sulfida. Hal ini menunjukkan bahwa mengurangi senyawa odor dengan cara mengubah pH merupakan cara yang belum terevaluasi dengan hasil yang baik.

2.3 Amonia dan Volatil Amin

Kotoran merupakan sisa dari makanan yang tidak dicerna dan mengandung protein, lemak, karbohidrat, dan senyawa organik lainnya. Amonia yang merupakan salah satu hasil dekomposisi protein adalah gas alkalin yang mempunyai daya iritasi tertinggi dan dapat dihasilkan juga melalui dekomposisi senyawa organik. Dari kotoran yang berkaitan dengan nitrogen inilah menjadi sumber bagi mikroorganisme yang menghasilkan gas amonia, nitrit, nitrat dan sulfida yang menyebabkan bau. Amonia dan volatil amin merupakan senyawa yang memiliki bau tajam dan dapat bersumber dari urea Spoelstra 1980. Konsentrasi amonia pada kandang domba mencapai 8 ppm, pada kandang babi mencapai 5-18 ppm, dan pada kandang unggas mencapai 5-30 ppm. Salah satu penelitian di USA juga melaporkan bahwa amonia dengan konsentrasi sebesar 7 ppm sudah dapat menyebabkan gejala klinis pada pekerja Donham et al. 1989. Hewan babi, ayam pedaging dan ayam petelur akan merasakan gangguan jika konsentrasi amonia mencapai 20 ppm Wathes et al. 2002. Amonia yang muncul pada feses banyak bersumber dari pemecahan urea. Urea dibentuk di hati sebagai produk akhir dari metabolisme protein dan akan diekskresikan melalui urine. Urea yang terdapat pada urine dan berkontak langsung dengan feses akan mengalami proses hidrolisis oleh enzim urease yang terdapat pada feses. Hal ini menyebabkan urea akan berubah menjadi ion amonium dan beberapa ion amonium ini akan diubah menjadi amonia bebas Aarnink et al. 1993. Jumlah amonia yang diemisikan ke udara bergantung pada konsentrasi amonia, pH, dan suhu. Jumlah amonia akan bertambah jika pH feses semakin besar. Feses yang memiliki pH sekitar 7 maka amonia akan muncul sebagai ion amonium dan kondisi ini dapat mengurangi volatilitas gas amonia Aarnink 1997. Diantara gas-gas yang diekskresikan melalui feses, gas yang paling banyak menimbulkan masalah bagi kesehatan dan produktifitas adalah gas amonia. Menurut H. Setiawan 1996, pengaruh yang ditimbulkan dari berbagai kadar amonia terlihat pada tabel berikut. Tabel 1 Pengaruh amonia terhadap manusia dan ternak Kadar amonia ppm Gejalapengaruh yang ditimbulkan pada manusia dan ternak 5 Kadar paling rendah yang tercium baunya 6 Mulai timbul iritasi pada mukosa mata dan saluran nafas 11 Penurunan produktifitas ternak 25 Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 8 jam 35 Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 10 menit 40 Mulai menyebabkan sakit kepala, mual, dan hilang nafsu makan pada manusia 50 Penurunan drastis pada produktivitas ternak dan juga terjadi pembengkakan bursa fabricious pada ayam Sumber: Setiawan 1996 Volatil amin yang merupakan senyawa odoran yaitu metilamin, trimetilamin, etilamin, cadaverin, dan putrescin Phung et al. 2005. Trimetilamin merupakan basa nitrogen volatil yang sangat mudah menguap, sehingga tidak jarang trimetilamin digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kesegaran suatu makanan, terutama pada ikan dengan menghitung nilai total volatil nitrogen TVN. Pada proses pembusukan ikan, trimetilamin dihasilkan melalui aktivitas bakteri proteolitik dalam menguraikan protein menjadi senyawa protein yang lebih sederhana dan mereduksi trimetilamin oksida menjadi trimetilamin. Semakin tinggi aktivitas bakteri maka semakin tinggi nilai TVN Siagian 2002. Volatil amin merupakan senyawa yang didapatkan melalui metabolisme kandungan protein yang terjadi pada kondisi anaerobik. Volatil amin diproduksi melalui reaksi dekarboksilasi dari asam amino. Selain itu, volatil amin juga dapat diproduksi melalui proses aminasi dari aldehid dan reaksi demetilasi dari senyawa kolin Drasar Hill 1974.

2.4 Fenol dan Indol dalam Feses