ml reagen Folin-Ciocalteau 50 vv. Setelah lima menit ditambahkan 1 ml larutan natrium bikarbonat Na
2
CO
3
5 wv. Campuran dihomogenisasi dan diinkubasi pada keadaan gelap selama satu
jam, kemudian ditentukan absorbansi pada panjang gelombang 725 nm. Kurva standar fenol dibuat dengan menggunakan standar asam galat 25-200 ppm sebagai
pengganti sampel dengan perlakuan yang sama.
3.4 Analisis Data
Hasil pengukuran parameter dinyatakan dalan rataan dan simpangan baku. Data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan menggunakan metode uji
T-student. Untuk memudahkan proses analisis digunakan piranti lunak SPSS 17.0.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bau yang dihasilkan tubuh melalui feses dapat dihitung melalui perhitungan kadar senyawa odoran seperti amonia, trimetilamin dan fenol dalam
feses. Pemberian serbuk buah kepel pada mencit dilakukan untuk melihat pengaruh yang terjadi pada kadar senyawa odoran yang terdapat pada feses mencit
yang dicekok serbuk buah kepel. Dosis pemberian serbuk buah pada hewan coba berdasarkan pada informasi empiris masyarakat, yaitu banyaknya asupan buah
kepel yang dapat menimbulkan efek deodoran pada manusia. Secara rerata jumlah kepel yang dikonsumsi untuk mendapatkan khasiat buah kepel sebagai deodoran
adalah sebanyak dua buah. Bobot rata-rata dari dua buah kepel adalah 100 gram. Dosis pada manusia tersebut dikonversi berdasarkan tabel konversi Laurence
Bacharah 1964 menjadi dosis mencit, sehingga didapat dosis pada mencit sebesar 2,6 mggram bobot mencit. Mencit yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki bobot rata-rata 20 gram, sehingga serbuk daging buah kepel yang untuk tiap ekor mencit sebanyak 52 mg.
Amonia merupakan senyawa volatil yang dapat merusak kesehatan. Amonia pada feses ditemukan dari hasil dekomposisi protein pada tubuh. Protein
dalam tubuh dapat diperoleh melalui konsumsi makanan sehari-hari. Pada penelitian ini, kandungan protein yang diberikan secara merata pada pakan mencit
adalah sebesar 22 atau 22 gram protein dalam 100 gram pakan mencit. Protein ini akan diserap melalui dinding usus dan dipecah menjadi asam amino, kemudian
asam amino ini akan dibawa ke hati untuk dijadikan protein darah dan ditransportasikan ke dalam darah sebagai asam amino bebas sehingga dapat
digunakan oleh organ-organ lain. Setelah itu, asam amino ini akan mengalami deaminasi di hati dan menghasilkan urea yang akan dibuang melalui urine.
Amonia pada feses dapat dihasilkan melalui aktivitas fermentasi di kolon oleh mikroba usus sehingga menghasilkan senyawa berupa amonia Muchtadi 2009.
Kadar amonia dalam feses dapat menurun seiring dengan penurunan kadar protein yang diberi pada pakan hewan Otto et al. 2003.