d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel
1.2 Pengecualian dari objek pajak hotel
a. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan fasilitas tempat tinggal lainnya yang
tidak menyatu dengan hotel b.
Pelayanan tinggal di asrama dan pondok pesantren c.
Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan di hotel yang dipergunakan oleh bukan tamu hotel dengan pembayaran
d. Pertokoan, perkantoran, perbankan dan salon yang dipakai oleh umum di hotel
e. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan
oleh umum.
1.3 Subjek Pajak Hotel
Sesuai dengan Peraturan No.12 Tahun 2002 Tentang Pajak Hotel pengertian Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan hukum yang melakukan pembayaran atau pelayanan
hotel termasuk losmen, wisma, tempat kost dan penginapan lainnya. Dan yang disebut wajib pajak hotel adalah pengusaha hotel termasuk wisma, losmen, tempat kost dan penginapan
lainnya.
2. Dasar Pengenaan Pajak Hotel
Dalam Peraturan No.12 Tahun 2002 Tentang Pajak Hotel dan Dasar Pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel termasuk losmen, wisma, tempat
kost dan penginapan lainnya.
3. Wilayah Pemungutan dan Cara Penghitungan Pajak Hotel
Sesuai dengan Peraturan Daerah No.12 Tahun 2002 tentang pajak hotel maka pajak hoyel
yang terutang di pungut di wilayah daerah tersebut.
Besarnya pajak terutang yang harus dibayar oleh wajib pajak pengguna jasa hotel adalah
dengan cara mengalikan tarif pajak sebesar 10 sudah merupakan ketetapan dengan dasar
pengenaan pajak. Dan cara penghitungan pajaknya, contoh : Ismi Riza menginap disalah satu hotel di Kota
Medan yang bernama hotel A, sehari menginap di hotel A akan dikenanakan biaya Administrasi sebesar Rp.500.000. Ismi Riza menginap seminggu di hotel A 7 hari. Jadi, yang harus di bayar
Ismi Riza kepada hotel beserta pajak terutangnya, sebagai berikut :
Biaya Administrasi Dikali
Tarif Pajak 10
Penyelesaian : Sewa kamar 7 hari
= Rp. 500.000 x 7 hari = Rp. 3.500.000.-
Biaya Administrasi x 10 = Rp. 3.500.000 x 10
= Rp. 350.000.- Rp. 3.850.000.-
Maka jumlah uang yang harus dibayar oleh Ismi Riza sebesar Rp. 3.850.0000.- sudah termasuk Pajak Terutang Rp. 350.000.-
4. Tata Cara Pembayaran
a. Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati
sesuai waktu yang ditentukan dala SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD
b. Apabila pembayaran pajak dilakukan lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus
disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalm waktu yang ditentukan oleh Bupati
c. Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan SSPD
d. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas
e. Bupati dapat memberikan persetujuan kepad Wajib Pajak untuk mengangsur Pajak Terutang
dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan f.
Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 dua persen sebulan dari jumlah pajk yang belum atau kurang
dibayar g.
Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan
dikenakan bunga 2 dua persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar h.
Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran dan penundaan ditetapkan oleh Bupati
i. Setiap pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku
penerimaan j.
Bentuk, jenis, isi dan ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak ditetapkan oleh Bupati.
BAB IV ANALISA DATA DAN EVALUASI
A. Potensi Pajak
Pemberian wewenang lebih besar kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri merupakan wujud dari pelaksanaan otonomi daerah. Tujuannya antara lain
adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari APBD,
selain untuk menciptakan persaingan yang sehat antara daerah dan mendorong timbulnya inivasi. Sejalan dengan kewenangan tersebut, pemerintah daerah diharapkan lebih mampu manggali
sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pelaksanaan pemerintah dan pembangunan di daerah melalu PAD. Namun, pemaksimalan penerimaan daerah
yang potensial tersebut harus juga seuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk diantaranya adalah pajak daerah yang memang telah sejak lama menjadiunsur PAD.
Berdasarkan PP No.65 Tahun 2001, PAD dibedakan atas Pajak Provinsi dan Pajak KabupatenKota. Jenis pajak kabupatenkota sendiri tidak bersifat limitatif, artinya kabupaten
kota diberikan peluang untuk menggali potensi sumber-sumber keuangan selain yang ditetapkan dalam Undang-undang No.34 Tahun 2000, dengan menetapkan sendiri jenis pajak yang bersifat
spesifik dengan memperhatikan kriteria yang ditetapkan undang-undang tersebut. Begitu juga dengan kota Medan yang daerahnya lumayan cukup besar di Sumatera,
seiring perkembangan zaman, pembangunan terus berlangsung juga di kota Medan, termasuk
45