BAB IV BENTUK PENYELESAIAN KLAIM DAN GANTI KERUGIAN YANG
DIBERIKAN PT. POS INDONESIA PERSERO MEDAN KEPADA PENGGUNA JASA POS EXPRESS YANG DIRUGIKAN
C. Klaim dan Ganti Rugi Menurut Perjanjian dan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Dalam menjalankan usaha pelayanan jasanya, PT. Pos Indonesia Persero Medan tidak selamanya dapat memenuhi kewajibannya dengan sempurna. Hal ini
dapat disebabkan oleh faktor internal kelalaian pihak pos sendiri maupun faktor eksternal.
Kelalaian yang dilakukan pihak pos ini tentu saja sudah melanggar ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam perjanjian. Pelanggaran
terhadap isi perjanjian oleh salah satu pihak menyebabkan pihak lain dapat mengajukan tuntutan atas dasar wanprestasi dari pihak lawan atau meminta
penarikan atas perjanjian tersebut pembatalan. Apabila seorang pengguna jasa Pos Express selaku konsumen merasa telah
dirugikan akibat kelalaian dari PT. Pos Indonesia Persero Medan, konsumen dapat meminta ganti rugi atas kerugian yang dideritanya tersebut dimana pada
umumnya konsumen terlebih dahulu akan mengajukan klaim kepada pihak kantor pos.
Klaim ataupun dapat disebut dengan sengketa konsumen, menurut AZ. Nasution sengketa konsumen mempunyai batasan yaitu “Setiap perselisihan
93
antara konsumen dan penyediaan produk konsumen barang dan jasa konsumen dalam hubungan hukum satu sama lain, mengenai produk konsumen tertentu”.
111
Klaim yang diajukan konsumen yang ditujukan kepada pihak pos tidak serta merta dapat diterima begitu saja oleh PT. Pos. Bilamana setelah melalui proses
penelusuraninvestigasi yang dilakukan, ternyata pihak pos dinyatakan lalai dalam melaksanakan kewajibannya, barulah konsumen segera dapat menuntut ganti rugi,
dalam arti PT. Pos Indonesia Persero Medan harus menanggung kerugian yang timbul karena wanprestasi tersebut.
Adanya hal ini akan menimbulkan kewajibantanggungjawab PT. Pos Indonesia Persero Medan dalam memberikan perlindungan terhadap konsumen
sebagai pengguna jasanya yang berhak atasnya. Tidak lain perlindungan konsumen yang diberikannnya berdasarkan perjanjian yang sudah disepakati
antara PT. Pos Indonesia Persero Medan dengan pengguna jasanya, yaitu dengan memberikan ganti rugi. Ketentuan pemberian ganti kerugian ini juga diatur dalam
UUPK, yaitu pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi
barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
112
Ganti rugi, menurut kamus hukum diartikan sebagai uang yang diberikan sebagai pengganti kerugian.
113
Ganti rugi di dalam suatu perikatan adalah perbuatan yang wajib dilaksanakan pihak yang berwanprestasi, yang menjadi hak
111
AZ. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Diadit Media, 2002, Hal. 221.
112
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 19 ayat 1.
113
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2007, Hal. 334.
94
pihak yang menderita akibat langsung dari wanprestasi tersebut.
114
Undang- Undang Pos dan UUPK tidak memberikan defenisi mengenai ganti rugi.
Sebaliknya di dalam KUHPerdata ada beberapa pasal yang dapat dijadikan alas hak oleh pengguna jasa Pos Express selaku konsumen untuk menuntut ganti
rugi. Diantaranya, Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan : “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian yang
disebabkan kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
Ada beberapa kemungkinan penuntutan yang dapat didasarkan pada Pasal 1365 KUHPerdata, yaitu :
115
1. Ganti rugi atas kerugian dalam bentuk uang;
2. Ganti rugi atas kerugian dalam bentuk natura atau dikembalikan dalam
keadaan semula; 3.
Pernyataan bahwa perbuatan adalah melawan hukum; 4.
Larangan dilakukannya perbuatan tertentu; 5.
Meniadakan sesuatu yang diadakan secara melawan hukum; 6.
Pengumuman keputusan dari sistem yang telah diperbaiki. Konsumen juga dapat menggugat berdasarkan Pasal 1366 KUHperdata,
yaitu apabila penyelenggaraan jasa Pos Express lalai atau kurang berhati-hati dalam memperdagangkan jasanya sehingga menyebabkan konsumen mengalami
kerugian. Pasal 1366 KUHPerdata yang menyatakan :
114
Ny. H. Basrah, Ganti Rugi Menurut Ketentuan di Dalam Buku III KUHPerdata, Medan : FH-USU, 1994, Hal. 2.
115
INTERNET BABIII
95
“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang
hati-hatinya.” Perjanjian penggunaan jasa Pos Express menyatakan bahwa kriteria
kerugian yang dapat diberikan ganti rugi pada konsumen yakni kerugian akibat kerusakan atau kehilangan yang seluruhnya berdasarkan pengusutan nyata-nyata
menjadi tanggungjawab Pos Express, yang akan mendapat penggantian sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan ini juga diatur oleh Undang-Undang
Pos Pasal 31 ayat 1 yang menyatakan penyelenggara pos wajib memberikan ganti rugi atas kerugian yang dialami oleh pengguna layanan pos akibat kelalaian
danatau kesalahan penyelenggara pos. Ada beberapa pengecualian yang menyebabkan kerugian dengan kriteria
diatas tidak dapat diberikan, apabila :
116
1. Kerusakan terjadi karena sifat atau keadaan barang yang dikirimkan; atau
2. Kerusakan terjadi karena kesalahan atau kelalaian pengguna layanan pos.
Tuntutan ganti rugi tidak berlaku jika peristiwa kehilangan atau kerusakan terjadi karena bencana alam, keadaan darurat, atau hal lain di luar kemampuan
manusia. Disamping itu, ganti rugi tidak diberikan untuk kerugian yang tidak
langsung atau untuk keuntungan yang tidak jadi diperoleh, yang disebabkan oleh kekeliruan dalam penyelenggaraan pos. Ketentuan ini tidak ada tercantum dalam
UUPK, akan tetapi ketentuan ini bersesuaian dengan Pasal 1248 KUHPerdata
116
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos, Pasal 31 ayat 4.
96
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sebab-sebab ganti rugi adalah ganti rugi yang merupakan akibat “langsung” dari wanprestasi.
D. Penyelesaian Klaim dan Ganti Rugi Oleh PT. Pos Indonesia Persero