BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUGIAN BAGI PENGGUNA
JASA POS EXPRESS DI PT. POS INDONESIA PERSERO MEDAN
D. Pengertian Kerugian
Penggunaan jasa Pos Express sebagai layanan pengiriman barang disatu pihak memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat atau
pengguna jasa, di lain pihak memiliki suatu resiko yang dapat mendorong terjadinya suatu kerugian bagi pengguna jasa tersebut. Resiko-resiko diatas tidak
saja disebabkan dari pihak pos sendiri melainkan juga dari pihak pengirim. Dengan adanya isi perjanjian dalam hal ini PT. Pos Indonesia Persero
menggunakan ketentuan-ketentuansyarat-syarat pengiriman paket Pos Express yang tertuang dalam point-point yang terdapat pada tanda bukti pengiriman
consigment note ataupun pada tanda bukti terima kiriman yang sudah mendapat kata sepakatpersetujuan dari para pihak pengguna jasa dan PT. Pos, maka
timbullah perikatan bagi keduanya yaitu adanya hak dan kewajiban masing- masing pihak. Dimana salah satu pihak berkewajiban untuk melaksanakan suatu
prestasi dan pihak lain berhak atasnya. Prestasi merupakan kewajiban yag harus dipenuhi oleh para pihak sesuai dengan syarat perjanjian. Menurut pasal 1234
KUHPerdata dapat disimpulkan 3 macam prestasi, yakni memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.
98
Apabila PT. Pos dalam penyelengaraan jasa Pos Expressnya lalai atau tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana sudah diatur dalam ketentuan, maka
98
Intenet power point
83
pihak pos telah melakukan wanprestasi. Wanprestasi dapat diartikan sebagai tidak terlaksananya prestasi karena kesalahan debitur baik karena kesengajaan atau
kelalaian. Menurut J. Satrio, wanprestasi adalah suatu keadaan dimana si berhutang tidak melakukan apa yang dijanjikan untuk dilaksanakan, atau
melanggar perjanjian dalam hal diperjanjikan bahwa debitur tidak boleh melakukan sesuatu hal, sedangkan ia melakukannya. Yahya Harahap
mendefinisikan wanprestasi sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Sehingga menimbulkan
keharusan bagi pihak debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi schadevergoeding, atau dengan adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak
yang lainnya dapat menuntut pembatalan perjanjian. Sebagaimana tertulis dalam keputusan Mahkamah Agung tangal 21 Mei 1973 No. 70HKSip1972: apabila
salah satu pihak melakukan wanprestasi karena tidak melaksanakan pembayaran barang yang dibeli, pihak yang dirugikan dapat menuntut pembatalan jual-beli.
99
Akibat hukum bagi debitur yang wanprestasi:
100
1. Pemenuhanpembatalan prestasi
2. Pemenuhanpembatalan prestasi dan ganti rugi
3. Ganti rugi
Menurut ketentuan Pasal 1243 KUHPerdata, ganti kerugian karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan apabilah debitur setelah
dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau sesuatu yang harus diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya.
99
Internet ganti rugi
100
http:nasrulloh-one.blogspot.com200903wanprestasi.html
84
Yang dimaksud kerugian dalam pasal ini ialah kerugian yang timbul karena debitur melakukan wanprestasi lalai memenuhi perikatan. Kerugian
tersebut wajib diganti oleh debitur terhitung sejak ia dinyatakan lalai. Menurut M Yahya Harahap, kewajiban ganti-rugi tidak dengan sendirinya timbul pada saat
kelalaian. Ganti-rugi baru efektif menjadi kemestian debitur, setelah debitur dinyatakan lalai dalam bahasa belanda disebut dengan ”in gebrekke stelling” atau
”in morastelling”.
101
Suatu pihak dapat dikatakan lalai apabila :
102
1. terlambat melaksanakan prestasi perikatan;
2. melaksanakan prestasi, tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan; atau
3. sama sekali tidak melaksanakan prestasi;
4. melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam perikatan.
Ganti kerugian sebagaimana termaktub dalam pasal 1243 di atas, terdiri dari tiga unsur yaitu :
103
1. Ongkos atau biaya yang telah dikeluarkan;
2. Kerugian yang sesungguhnya karena kerusakan, kehilangan benda milik
kreditur akibat kelalaian debitur; 3.
Bunga atau keuntungan yang diharapkan. Terlambatnya paket pos sampai ke tempat tujuan, rusak ataupun hilangnya
paket pos yang dikirimkan merupakan berbagai kelalaian yang mungkin dapat dilakukan PT. Pos Indonesia Persero Medan. Akibat keadaan lalai tersebut, akan
mengakibatkan kerugian bagi pengguna jasa Pos Express selaku konsumen dan pihak pos dapat dituntut untuk memberikan ganti kerugian dan berkewajiban
101
Internet ganti rugi
102
Internet powre point
103
Internet ganti rugi
85
untuk itu. Hal ini bersesuaian dengan ketentuan Undang-Undang Pos, yang menyatakan, pengguna jasa Pos Express berhak mendapatkan ganti rugi apabila
terjadi :
104
1. kehilangan kiriman;
2. kerusakan isi paket;
3. keterlambatan kiriman; atau
4. ketidaksesuaian antara barang yang dikirim dan yang diterima.
Pada dasarnya UUPK serta Undang-Undang Pos tidak memberikan defenisi mengenai maksud daripada kerugian. Menurut Kamus hukumi.
105
Secara umum
kerugian dapat diartikan sebagai salah satu akibat dari suatu perbuatan yang dialami oleh seseorang atau pihak yang dianggap bersifat menghilangkan sesuatu
keuntungan winderving. Faktor-faktor penyebab yang dapat menimbulkan kerugian bagi pengguna
jasa Pos Express ini bukan saja timbul dari faktor internal akan tetapi dapat timbul dari faktor eksternal juga seperti pengirim selaku konsumen.
106
Pembedaan faktor ini didasarkan dari sudut pandang siapa penyelenggara jasanya.
Dikarenakan PT. Pos Indonesia Persero Medan adalah sebagai pelaku usaha yang menyelenggarakan jasa Pos Express, maka segala kerugian yang
ditimbulkan dari lingkup pos dapat dikategorikan sebagai kerugian yang timbul akibat faktor internal. Begitu juga sebaliknya, jika hal-halkeadaan yang
104
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2009 tentang Pos, Pasal 28.
105
Departemen Pendidikan Nasional, Op. cit., Hal. 966.
106
Wawancara dengan Azhar Tanjung, Staff Pemasaran PT. Pos Indonesia Persero Medan, pada tanggal 12 Maret 2009.
86
menyebabkan kerugian berasal dari luar pihak pos ataupun pihak ketiga, maka dapat disebut sebagai faktor eksternal.
E. Kerugian Yang Disebabkan Faktor Internal