Universitas Sumatera Utara
3. Mencakup anak-anak SD Sekolah Dasar kelas 1, untuk mendapatkan
imunisasi DPT. 4.
Mencakup anak-anak SD Sekolah Dasar kelas II sd kelas VI untuk mendapatkan imunisasi TT dimulai tahun 2001 sd tahun 2003, anak-anak
SD kelas II dan kelas III mendapatkan vaksinasi TT Depkes RI, 2005.
2.1.3 Manfaat Imunisasi
Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut : 1.
Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit menular yang sering berjangkit
2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit 3.
Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara
Depkes RI, 2001.
2.2 Jenis Imunisasi
2.2.1 Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun A.H Markum, 2002.
Adapun tipe vaksin yang dibuat “hidup dan mati”. Vaksin yang hidup mengandung bakteri atau virus germ yang tidak berbahaya, tetapi dapat
menginfeksi tubuh dan merangsang pembentukan antibodi. Vaksin yang mati dibuat dari bakteri atau virus, atau dari bahan toksit yang dihasilkannya yang
dibuat tidak berbahaya dan disebut toxoid. A.H Markum, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Imunisasi dasar yang dapat diberikan kepada anak adalah : -
BCG, untuk mencegah penyakit TBC. -
DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, pertusis dan tetanus. -
Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis. -
Campak, untuk mencegah penyakit campak measles. -
Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis.
2.2.2 Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat
aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan ditujukan untuk upaya pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri
maupun virus Satgas IDAI, 2008. Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil memberikan
antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir trimester pertama kehamilan dan jenis antibodi yang ditransfer melalui plasenta adalah
immunoglobulin G LgG. Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi melalui kolostrum ASI, jenis yang ditransfer adalah immunoglobulin A LgA.
Sedangkan transfer imunitas pasif secara didapat terjadi saat seseorang menerima plasma atau serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang
kekebalan tubuhnya. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama,
sebab kadar zat-zat anti yang meningkat dalam tubuh anak bukan sebagai hasil produksi tubuh sendiri, melainkan secara pasif diperoleh karena pemberian dari
Universitas Sumatera Utara
luar tubuh. Salah satu contoh imunisasi pasif adalah Inmunoglobulin yang dapat
mencegah anak dari penyakit campak measles. AH, Markum, 2002 2.2.3
Jenis-Jenis Vaksin Imunisasi Dasar Lengkap Dalam Program Imunisasi
Ada lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah antara lain :
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis dan frekuensi pemberian imunisasi
BCG adalah 1 kali, tidak perlu diulang sebab vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkan tinggi.
a. Usia Pemberian
Pemberian imunisasi dianjurkan sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya dibawah 2 bulan. Jika diberikan setelah 2 bulan, disarankan
dilakukan tes mantoux tuberculin terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah terinfeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis atau belum.
b. Tanda Keberhasilan Imunisasi
Timbul indurasi benjolan kecil dan eritema merah didaerah bekas suntikan setelah 1 atau 2 minggu kemudian, yang berubah menjadi pustula,
kemudian pecah menjadi ulkus luka, luka akan sembuh sendiri dan meninggalkan tanda parut.
c. Efek samping imunisasi
Universitas Sumatera Utara
Umumnya tidak ada efek samping, namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher di bagian bawah
biasanya, akan sembuh sendiri. d.
Kontra - indikasi imunisasi Imunisasi BCG tidak dapat diberikan kepada anak yang berpenyakit TB
atau menunjukan uji Mantoux positif. 2.
Imunisasi DPT Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit yaitu: difteri, pertusis, tetanus imunisasi dengan memberikan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang
telah di hilangkan sifat racunnya akan merangsang pembentukan zat anti toxoid. a.
Pemberian Imunisasi Pemberian imunisasi 3 kali paling sering dilakukan yaitu pada usia 2
bulan, 4 bulan dan 6 bulan, namun bisa juga ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun diberikan imunisasi TT. Sedangkan
cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muscular im. b.
Efek Samping Imunisasi Biasanya hanya gejala-gejala ringan seperti sedikit demam, rewel, selama
1-2 hari, kemerahan pembengkakan agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih demam
dapat diberikan obat penurun panas bayi. c.
Kontra - indikasi Imunisasi
Universitas Sumatera Utara
Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang mempunyai atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsy, menderita
kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, anak- anak yang sedang demam yang mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat
alergi seperti penyakit asma. 3.
Imunisasi Polio Imunisasi polio adalah imunisasi yang dapat diberikan untuk menimbulkan
kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki.
a. Pemberian imunisasi
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya Pekan Imunisasi Nasional. Jumlah dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk
karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi. b.
Usia pemberian Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan, dan berikutya
pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan kecuali saat lahir pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT.
c. Cara pemberian imunisasi
Cara pemberian imunisasi polio melaui oral mulut oral poliomyelitis vaccineOPV. Diluar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui
suntikan disebut inactivated poliomyelitis vaccineIPV.
Universitas Sumatera Utara
d. Efek samping imunisasi
Hanya sebagian kecil mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot, kasusnya pun sangat jarang.
e. Kontra - indikasi Imunisasi
Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi diatas 38 C. Pada anak yang menderita penyakit gangguan
kekebalan tidak diberikan imunisasi polio demikian juga anak dengan penyakit HIVAIDS, penyakit kanker, sedang menjalani pengobatan steroid dan
pengobatan radiasi umum, untuk tidak diberikan imunisasi polio. 4.
Imunisasi Campak Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit campak morbilimeasles, penyakit yang sangat menular. Sebenarnya bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya.
Namun seiring bertambahnya usia antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga membutuhkan antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak.
a. Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1 kali. b.
Usia pemberian imunisasi Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan dianjurkan
pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia bayi, jika
sampai usia 12 bulan anak harus di imunisasi campak MMR Measles Mumps Rubella.
Universitas Sumatera Utara
c. Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi adalah melalui subkutan. d.
Efek samping imunisasi Biasanya tidak terjadi reaksi akibat imunisasi mungkin terjadi demam
ringan dan terdapat efek keerahan bercak merah pada pipi dibawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada
tempat penyuntikan. e.
Kontra - indikasi imunisasi Kontra-indikasi pemberian imunisasi campak pada anak yaitu penyakit
akut yang disertai demam, penyakit gangguan kekebalan, TBC tanpa pengobatan, kekurangan gizi berat, penyakit keganasan, kerentanan tinggi dengan protein telur,
kanamisin dan eritromisin antibiotik. 5.
Imunisasi Hepatitis B Imunisasi hepatitis B untuk mencegah penyakit yang disebabkan virus
hepatitis B yang berakibat pada hati. Penyakit ini menular melalui darah atau cairan tubuh Marimba, 2010.
a. Pemberian imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 kali. b.
Usia pemberian imunisasi Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir dengan keadaan kondisi bayi
dalam keadaan baik, tidak ada gangguan dalam paru-paru dan jantung dilanjutkan pada saat bayi berusia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan.
Universitas Sumatera Utara
c. Cara Pemberian imunisasi
Suntikan secara intra muscular didaerah paha. Penyuntikan daerah bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
d. Efek samping imunisasi
Umumnya tidak terjadi, jikapun terjadi sangat jarang yaitu berupa keluhan nyeri pada tepat suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun
reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari. e.
Tanda keberhasilan Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan, tetapi dapat
dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan memeriksa kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya diatas 1000,
berarti daya tahannya 8 tahun, diatas 500 tahan lima tahun, diatas 200 tahan 3 tahun tetapi bila angkanya diatas 100, maka dalam setahun akan hilang sementara
bila angka nol berarti bayi harus disuntik ulang tiga kali lagi. Maryunani , 2010.
2.2.4 Vaksin KombinasiKombo