56
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemberian Imunisasi
Dasar Lengkap pada Baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia. Keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai
bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan. Sedangkan kehendak adalah salah satu unsur kekuatan kejiwaan.
Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran ratio dan perasaan emotion. Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling pengaruh
mempengaruhi menurut situasi dan keadaan. Artinya, dalam keadaan tertentu yang berbeda-beda, pikiran atau perasaan atau keinginan biasa lebih dominan.
Pengetahuan seseorang bisa menjadi faktor yang memengaruhi dalam menentukan perilaku individu termasuk perilaku dalam pemberian imunisasi dasar lengkap
pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pengetahuan
responden terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai yang paling dominan dan sudah
dinilai baik yaitu sebagian besar responden yakni sebanyak 64 orang responden 64,4 sudah mengetahui bahwa tujuan dari pemberian imunisai pada anak ialah
melindungi tubuh anak dari serangan penyakit, kemudian sebanyak 59 orang responden 68,6 sudah mengetahui bahwa pemberian imunisasi pada anak
sebaiknya diberikan sejak anak lahir, dan sebanyak 52 orang responden 60,5
Universitas Sumatera Utara
sudah mengetahui bahwa anak menjadi demam merupakan efek samping dari pemberian imunisasi.
Sedangkan pengetahuan responden terhadap terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai yang masih dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan yaitu bahwa hanya ada sebanyak 39 orang responden 45,3 yang sudah mengetahui bahwa manfaat
imunisasi pada anak adalah dapat mencegah penderitaan atau cacat dan kematian yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mengetahui bahwa dampak yang
diakibatkan jika anak tidak diimunisasi ialah anak menjadi mudah terkena penyakit infeksi, serta mengetahui bahwa tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk
mengimunisasi bayi, kemudian hanya ada sebanyak 33 orang responden 38,4 yang sudah mengetahui bahwa imunisasi dasar lengkap diberikan sebelum anak
berumur 1 tahun, dan hanya ada sebanyak 32 orang responden 37,2 yang sudah mengetahui bahwa imunisasi dasar lengkap terdiri dari Hepatitis-B, Polio,
DPT dan Campak. Berdasarkan hasil penelitian tersebut juga diketahui bahwa sebagian besar
responden yakni sebanyak 37 orang responden 43 memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai
Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dalam kategori yang tidak baik, kemudian 21 orang responden 24,4 memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi
dasar lengkap pada baduta dalam kategori yang sedang, dan hanya 20 orang responden 23,3 memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar
lengkap pada baduta dalam kategori yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat beberapa hal yang memengaruhi pengetahuan individu terhadap sesuatu hal seperti sumber informasi yang didapatkan, intensitas pemberian
informasi dan tingkat pendidikan. Menurut Irmayati 2013, tingkat pendidikan dapat memengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan daya nalar dalam menghadapi suatu masalah Hutasoit, 2006. Redding et al 2010 yang dikutip oleh Anggraeni
2010 menyatakan faktor pengubah seperti tingkat pendidikan dipercayai mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap perilaku dengan cara memengaruhi
persepsi individu. Individu dengan pendidikan tinggi, cenderung memiliki perhatian yang besar terhadap kesehatannya sehingga jika individu tersebut
mengalami gangguan kesehatan maka ia akan segera mencari pelayanan kesehatan.
Umumnya orang yang berpengetahuan tinggi cenderung memiliki pola pikir yang lebih baik sehingga berusaha menerapkan pola perilaku hidup sehat.
Dengan pengetahuan tinggi diharapkan dapat menimbulkan sikap perilaku yang dapat menangkal timbulnya perubahan perilaku yang negatif dari kesehatan,
termasuk dalam hal pemberian imunisasi lengkap pada anak. Hal ini didukung oleh Notoatmodjo 2010, yang menyatakan bahwa
seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak sama pemahamannya dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang mereka
miliki. Secara umum, pengetahuan yang baik akan memunculkan sikap yang baik
Universitas Sumatera Utara
dan mengaplikasikannya dalam tindakan. Semakin tinggi pengetahuan seseorang terhadap kesehatan, semakin tinggi kesadaran orang tersebut dalam menjaga
kesehatan pribadi dan keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pengetahuan suami
terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta masih dalam kategori yang kurang baik, banyak responden yang belum mengetahui bagaimna penting
dan manfaat imunisasi terhadap kondisi kesehatan anak, dan banyak juga responden yang tidak mengetahui jenis imunisasi apa saja yang harus diberikan
kepada anak sebagai standar tercapinya pemberian imunisasi dasar lengkap yang harus didapatkan.
Pada umumnya suami tidak menyadari manfaat pemberian imunisasi pada bayi terhadap kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan
suami, karena semakin tinggi pendidikan maka semakin baik wawasan tentang kesehatan. Selain tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap juga dapat
mempengaruhi tindakan suami yang tercermin pada tindakan suami dalam mendorong pemberian imunisasi pada bayi. Oleh karena pentingnya pemberian
imunisasi dasar lengkap, maka suami dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai mengeni pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, yang dapat menimbulkan perubahan persepsi dan
terbentuknya sikap yang konsisten. Dengan pengetahuan, sikap dan tindakan suami yang baik dalam mendorong pemberian imunisasi, sehingga dapat
menurunkan angka kematian pada anak.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Wahyuni 2014 yang menjelaskan bahwa dari 51 orang responden yang diteliti
diketahui sebanyak 28 orang responden 54,9 memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dalam kategori yang kurang baik, kemudian
sebanyak 13 orang responden 25,5 memiliki pengetahuan berkategori sedang, dan hanya 10 orang responden 19,6 yang memiliki pengetahuan mengenai
imunisasi dasar lengkap dalam kategori yang baik. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Mumpuni 2014
yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden mengenai imunisasi dengan status pemberian imunisasi pada anak
dengan nilai uji statistik sebesar p=0,024, dalam artian bahwa semakin baik pengetahuan responden maka semakin lengkap status pemberian imunisasi pada
anak.
5.2 Gambaran Sikap Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap orang, objek atau situasi tertentu.
Sikap mengandung suatu penelitian emosionalafektif senang, benci, sedih, dan sebagainya. Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman
yang berbeda-beda sangat benci, agak benci, dan sebagainya. Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang.
Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah
Universitas Sumatera Utara
dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan atau prilakuSikap seseorang bisa menjadi faktor yang memengaruhi dalam menentukan perilaku individu termasuk perilaku dalam pemberian
imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap responden terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai yang paling dominan dan sudah dinilai baik yaitu sebagian besar responden yakni sebanyak 40 orang responden 46,5
menyatakan sangat setuju pada pernyataan bahwa jika suami ragu terhadap efek samping yang ditimbulkan setelah imunisasi maka sebaiknya suami menanyakan
hal tersebut pada petugas kesehatan agar mendapat informasi yang lebih tepat, kemudian sebanyak 38 orang responden 44,2 menyatakan sangat setuju pad
pernyataan bahwa pemberian imunisasi pada bayi dilakukan sebelum bayi genap berusia 1 tahun, dan sebanyak 33 orang responden 38,4 menyatakan sangat
setuju bahwa munculnya rasa sakit dan kemerahan di sekitar tempat penyuntikkan merupakan reaksi normal dan tidak berbahaya bagi bayi.
Sedangkan sikap responden terhadap terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
yang masih dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan ialah sebanyak 31 orang
Universitas Sumatera Utara
responden 36 menyatakan sangat setuju pada pernyataan bahwa sebenarnya tidak ada manfaat yang diberikan imunisasi pada bayi, kemudian sebanyak 30
orang responden 34,9 menyatakan sangat setuju bahwa tidak ada yang menjamin keamanan produk vaksin imunisasi sehingga dapat dikategorikan
sebagai produk yang tidak aman, dan sebanyak 26 orang responden 30,2 yang menyatakan sangat setuju bahwa vaksin imunisasi yang disuntikkan pada bayi
terbuat dari zat yang haram. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut juga diketahui
bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 39 orang responden 45,3 memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di
Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dalam kategori yang tidak baik, kemudian 27 orang responden 31,4 memiliki sikap terhadap pemberian
imunisasi dasar lengkap pada baduta dalam kategori yang sedang, dan hanya 20 orang responden 23,3 memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar
lengkap pada baduta dalam kategori yang baik. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa sikap suami dalam pemberian
imunisasi pada baduta masih dinilai kurang baik, banyak hal yang menyebabkan sikap suami menjadi kurang baik terhadap pemberian imunisasi pada baduta,
seperti adanya persepsi bahwa pemberian imunisasi pada anak mutlak merupakan tanggung jawab si ibu, dan suami tidak memiliki andil tanggung jawab dalam
urusan pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak sehingga suami bersikap pasif terhadap pemberian imunisasi pada anak, selain itu rasa malu dari suami
untuk mengantarkan si ibu ke fasilitas kesehatan untuk mengimunisasi anak.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu juga adanya ketakutan suami bahwa vaksin imunissi terbuat dari zat haram, dan anak yang akan sakit setelah diberikan imunisasi membuat cakupan
imunisasi dasar lengkap pada anak menjadi tidak optimal. Sikap suami dalam membangun komunikasi dan mendorong pemberian
imunisasi pada bayi merupakan salah satu faktor dalam pencapaian cakupan imunisasi yang baik. Hal ini dikarenakan sebagian besar setiap daerah di
Indonesia memiliki sosial budaya dalam hal pengambilan keputusan di rumah tangga adalah pihak suami. Sehingga anggapan salah tentang imunisasi yang
berkembang dalam masyarakat membuat para suami merasa khawatir terhadap resiko dari beberapa vaksin yang diberikan pada bayi. Adanya kepercayaan
tersebut membuat para suami kurang memberikan dorongan kepada istri untuk mengimunisasi bayi mereka.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Wahyuni 2014 yang menjelaskan bahwa dari 51 orang responden yang diteliti
diketahui sebanyak 26 orang responden 51 memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dalam kategori yang kurang baik, kemudian sebanyak 14
orang responden 27,5 memiliki sikap berkategori sedang, dan hanya 11 orang responden 21,6 yang memiliki sikap mengenai imunisasi dasar lengkap dalam
kategori yang baik. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Mumpuni 2014
yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap responden mengenai imunisasi dengan status pemberian imunisasi pada anak
Universitas Sumatera Utara
dengan nilai uji statistik sebesar p=0,012, dalam artian bahwa semakin baik sikap responden maka semakin lengkap status pemberian imunisasi pada anak.
5.3 Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Baduta di