Sektor Potensial Penelitian Terdahulu

25 faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. c Pendekatan Pengeluaran Berdasarkan Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : 1 Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga dan Lembaga Swasta Nirlaba, 2 Konsumsi Pemerintah, 3 Pembentukan Modal Tetap Bruto, 4 Perubahan Stok, dan 5 Ekspor Neto ekspor dikurangi impor. 1. Metode Tidak Langsung Alokasi Dengan Metode Tidak Langsung Alokasi, nilai tambah suatu kelompok ekonomi dihitung dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

2.5 Sektor Potensial

Sektor potensial adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan besar kepada perkembangan perekonomian wilayah, karena mempunyai keunggulan-keunggulan kriteria. Selanjutnya, menurut Sambodo dalam Harisman 2007, Sektor potensial adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh faktor anugerah endowment factors. Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria sektor potensial akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya : pertama, sektor Universitas Sumatera Utara 26 potensial tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi; kedua, sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga, sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang; keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi. Dalam pengembangan wilayahdaerah, pengembangan tidak dapat dilakukan serentak pada semua sektor perekonomian akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan sektor-sektor yang potensi berkembangnya cukup besar. Sektor ini diharapkan dapat tumbuh dan berkembang pesat yang akan merangsang sektor- sektor lain yang terkait untuk berkembang mengimbangi sektor potensial tersebut. Pertumbuhan yang cepat dari sektor potensial tersebut akan mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi lainnya yang pada akhirnya secara tidak langsung sektor perekonomian lainnya akan mengalami perkembangan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Monang Putra Dinata Sinaga 2013, tentang “Analisis Potensi Ekonomi Wilayah Provinsi Sumatera Utara”, menggunakan data sekunder berupa data time series PDRB atas dasar harga konstan Provinsi Sumatera dan Indonesia tahun 1996-2011. Model Analisis yang digunakan yaitu Location Quotient LQ, analisis Model Rasio Pertumbuhan MRP, analisis Overlay, dan analisis Shift Share. Hasil penelitian menunjukkan potensi ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara ada dua sektor yaitu sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, hasil ini didapat dari penggunaan analisis Overlay. Sementara dari hasil analisis Shift Share sektor yang Universitas Sumatera Utara 27 memiliki keunggulandaya saing kompetitif di Provinsi Sumatera Utara adalah sektor jasa dan berdasarkan hasil empat alat analisis yang digunakan, yang menjadi sektor basis di Provinsi Sumatera Utara adalah sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa. Anita Ayu Nehe 2014, tentang “Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Potensial Kabupaten Samosir”, menggunakan data sekunder berupa data PDRB atas dasar harga konstan, baik laju pertumbuhan, kontribusi, dan perkapita tahun 2006-2012. Metode analisis yang digunakan adalah Tipologi Klassen, Location Quotient LQ, Model Rasio Pertumbuhan MRP, Overlay, dan Trend. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir termasuk dalam klasifikasi daerah tertinggal dan sektor ekonomi yang paling potensial adalah sektor pertanian dan sektor jasa. Hoirun Nisa 2014, tentang “Analisis Potensi dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten”, metode analisis yang digunakan adalah Location Quotient LQ, Shift Share, Model Rasio Pertumbuhan MRP, analisis Overlay, dan Metode Gravitasi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sektor basis di Kabupaten Lebak adalah terdiri dari 6 sektor diantaranya sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan dan konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor yang bukan merupakan sektor basis sebanyak 3 sektor yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Selanjutnya diketahui bahwa sembilan sektor yang ada di Kabupaten Lebak seluruhnya memiliki keunggulan Universitas Sumatera Utara 28 kompetitif namun hanya terdapat beberapa sektor yang memiliki kemampuan spesialisasi. Sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi diantaranya yaitu sektor pertambangan dan penggalian, bangunan atau konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Keempat sektor tersebut merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sedangkan sektor yang sebenarnya dapat dipicu untuk menjadi sektor yang dominan atau mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi. Interaksi Kabupaten Lebak yang paling kuat dengan Kabupaten Tangerang kemudian Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Serang serta interaksi terlemah yaitu dengan Kota Cilegon Aditya Nugraha Putra 2013, tentang “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”, menggunakan data sekunder tahun 2006-2010. Metode Analisis yang digunakan Analisis LQ, Shift Share, Tipologi Klassen, serta Model Rasio Pertumbuhan MRP. Hasil penelitian menunjukkan sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan serta sektor jasa-jasa merupakan sektor basis yang dominan di Provinsi DIY karena 3 Kabupatennya memiliki basis di sektor ini. Kota Yogyakarta masuk dalam kategori daerah maju dan cepat tumbuh. Kabupaten Sleman masuk dalam daerah berkembang cepat. Tiga Kabupaten lainnya masuk dalam kategori daerah tertinggal. Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunung Kidul mempunyai prioritas pertama untuk pengembangan wilayah atas semua sektor basis yang dimilikinya. Universitas Sumatera Utara 29 Asri Dwi Asmarani 2010, tentang “Strategi Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupat en Klaten : Pendekatan Analisis SWOT dan AHP”, menggunakan data primer, yaitu lewat kuisioner SWOT dan kuisioner AHP. Metode analisis yang digunakan adalah analisis SWOT dan AHP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sasaran pembangunan yang harus diprioritaskan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dengan cara memperkuat perekonomian mikro.

2.7 Kerangka Konseptual