Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Data

33 1. Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Tapanuli Utara

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kepustakaan. Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan penelitian kepustakaan yaitu dengan mempelajari bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian ini. Contohnya seperti buku-buku terbitan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara melalui Badan Pusat Statistik BPS, perpustakann dan download dari internet berupa artikel, jurnal dan buku-buku lainnya.

3.6 Metode Analisis Data

1. Analisis Location Quotient LQ Alat analisis Location Quotient LQ membandingkan besarnya peranan sektor di wilayah studi Kabupaten Tapanuli Utara terhadap besarnya peranan sektor tersebut pada wilayah referensi Provinsi Sumatera Utara. Rumusnya adalah sebagai berikut: � = ⁄ � ⁄ Keterangan: LQ : Indeks Location Quotient si : PDRB Sektor i Kabupaten Tapanuli Utara dalam milyar rupiah S : PDRB total Kabupaten Tapanuli Utara dalam milyar rupiah Universitas Sumatera Utara 34 ni : PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Utara dalam milyar rupiah N : PDRB total Provinsi Sumatera Utara Kriteria pengukuran LQ Arsyad, 2002 yaitu: a LQ 1 artinya sektor i di Kabupaten Tapanuli Utara lebih kecil dari sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara. Sektor tersebut bukan sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangkan. Bahkan sektor tersebut berperan untuk kebutuhan konsumsi hanya diwilayah studi saja. b LQ = 1 artinya peranan relatif sektor i di Kabupaten Tapanuli Utara sama dengan peran relatif sektor i di Provinsi Sumatera Utara. c LQ 1 artinya tingkat spesialisasi sektor i di Kabupaten Tapanuli Utara lebih besar dari sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, dapat pula diartikan bahwa Kabupaten Tapanuli Utara dapat mengekspor hasil output sektor i keluar daerah. Sektor tersebutlah yang merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan. Nilai LQ yang didapat merupakan indeks LQ selama setahun. Namun, penelitian ini menggunakan periode pengamatan tahun 2010-2014. Oleh karena itu, untuk mendapatkan indeks LQ selama 5 tahun maka perlu dibuat rata-rata dari nilai LQ tahun 2010-2014 tersebut. Cara menghitung rata-rata sebagai berikut Mason dan Lind, 2006: �� = Σ� Universitas Sumatera Utara 35 Keterangan : XLQ : Rata-rata indeks hitung LQ LQ : Indeks LQ n : Jumlah data Apabila selama periode penelitian sektor i selalu menjadi sektor basis, maka sektor tersebut merupakan sektor penting yang perlu mendapatkan perhatian lebih.

2. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share juga digunakan untuk membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor di daerah studi dengan daerah referensi. Perbedaanya analisis Shift Share dengan Location Quotient adalah metode Shift Share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel. Tujuan analisis ini adalah untuk menunjukkan sektor yang berkembang disuatu wilayah studi jika dibandingkan dengan perekonomian daerah wilayah referensi. Selain itu, analisis ini digunakan pula untuk melihat pertumbuhan PDRB dari sektor-sektor yang dimiliki baik dari pengaruh internal faktor lokasional maupun pengaruh eksternal struktur industri Arsyad, 2002. Teknik Analisis Shift Share membagi pertumbuhan sebagai perubahan D suatu variabel di wilayah studi seperti PDRB, nilai tambah, pendapatan atau output, selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh- pengaruh : pertumbuhan wilayah referensi N, bauran industri M, dan keunggulan kompetitif C. Pengaruh pertumbuhan wilayah referensi Universitas Sumatera Utara 36 disebut pengaruh pangsa share, pengaruh bauran industri disebut proportional shift atau bauran komposisi, dan pengaruh keunggulan kompetitif dinamakan differential shift atau regional share. Untuk industri atau sektor I di wilayah studi : Dij = Nij + Mij + Cij Bila analisis tersebut di atas diterapkan kepada Produk Domestik Regional Bruto PDRB, maka Dij = Yij - Yij Nij = Yij. rn Mij = Yij rin - rn Cij = Yij rij - rin dimana rij, rin dan rn mewakili laju pertumbuhan wilayah studi dan wilayah referensi yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut: rij = Yij - Yij Yij rin = Yin - Yin Yin rn= Yn – Yn Yn sedangkan Yij = PDRB sektor i di wilayah studi, Yin = PDRB sektor i di wilayah referensi, dan Yn = PDRB di wilayah referensi, semuanya diukur pada suatu tahun dasar. Superscript menunjukkan PDRB pada tahun analisis. Pengukuran dari analisis Shift Share sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 37  Mij menunjukkan komponen proportional shift yang dipakai untuk menghasilkan besarnya shift netto bila terjadi perubahan PDRB pada sektor i. Komponen ini positif berarti menunjukkan Kabupaten Tapanuli Utara mampu berspesialisasi pada sektor i serta tumbuh lebih cepat dibanding sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara.  Cij menunjukkan differential shift yang dipakai untuk mengukur besarnya shift netto yang diakibatkan sektor tertentu yang lebih cepat ataupun lebih lambat pertumbuhannya dikarenakan faktor internal, seperti faktor lokasional. Komponen ini positif berarti menunjukkan Kabupaten Tapanuli Utara memiliki keunggulan kompetitif di sektor I dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara.

3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan

Analisis Model Rasio Pertumbuhan merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi sektor ekonomi yang potensial, terutama struktur ekonomi wilayah studi maupun wilayah referensi berdasarkan pada kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah baik internal maupun eksternal. Analisis MRP ini dibagi lagi ke dalam dua kriteria, yaitu Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPs dan Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi RPr. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kriteria MRP: a Rasio pertumbuhan wilayah studi RPs yaitu perbandingan antara pertumbuhan pendapatan dalam hal ini ialah pertumbuhan PDRB sektor i Universitas Sumatera Utara 38 di wilayah studi dengan pertumbuhan pendapatan PDRB sektor i di wilayah referensi. Berikut formula dari RPs : � = ∆ �,�,� ∆ �,�,�−� ⁄ ∆ �,�,� ∆ �,�,�−� ⁄ Keterangan : RPs : Rasio pertumbuhan wilayah studi Kabupaten Tapanuli Utara ∆ : Perubahan, tahun akhir dikurangi dengan tahun awal E r,i : PDRB sektor i di Kabupaten Tapanuli Utara EN ,i : PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Utara t : tahun t-n : tahun awal b Rasio pertumbuhan wilayah referensi RPr yaitu perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan kegiatan i di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan PDRB wilayah referensi. Berikut formula dari RPr : � = ∆ �,�,� �,�,� ⁄ ∆ �,� �,�−� ⁄ Keterangan : RPr : Rasio pertumbuhan wilayah referensi Provinsi Sumatera Utara ∆ : Perubahan, tahun akhir dikurangi dengan tahun awal E N,I : PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Utara E N : PDRB total di Provinsi Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 39 t : tahun t-n : tahun awal Kriteria penilaian dari masing-masing alat analisis MRP ini adalah sebagai berikut :  Jika nilai RPs 1 diberi notasi positif + yang menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi.  Jika nilai RPs 1 diberi notasi negatif - yang menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi.  Jika nilai RPr 1 diberi notasi positif + yang menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB total wilayah tersebut.  Jika RPr 1 diberi notasi negatif - yang menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi lebih rendah dari pertumbuhan PDRB total wilayah tersebut. Adapun Klasifikasi analisis MRP adalah sebagai berikut.  Klasifikasi 1, yaitu nilai RPr + dan RPs + berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang menonjol baik ditingkat provinsi Sumatera Utara maupun tingkat kabupaten Tapanuli Utara. Sektor ini disebut sebagai dominan pertumbuhan. Universitas Sumatera Utara 40  Klasifikasi 2, yaitu nilai RPr + dan RPs - berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang menonjol ditingkat Provinsi Sumatera Utara, namun belum menonjol di tingkat kabupaten Tapanuli Utara.  Klasifikasi ketiga, yaitu nilai RPr - dan RPs + berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang tidak menonjol ditingkat Provinsi Sumatera Utara sementara pada tingkat Kabupaten Tapanuli Utara termasuk menonjol.  Klasifikasi keempat, yaitu nilai RPr - dan RPs- berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang rendah baik di tingkat Kabupaten Tapanuli Utara maupun di tingkat Provinsi Sumatera Utara. 4. Analisis Overlay Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi sektor unggul baik dari segi kontribusi maupun pertumbuhannya dengan menggabungkan hasil dari analisis LQ dan Analisis MRP. Sehingga analisis ini terdiri dari tiga kompenen yaitu Location Quotient LQ, Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi RPr dan Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPs. Setiap komponen kemudian disamakan satuannya dengan diberi notasi positif + atau notasi negatif -. Ada 3 kriteria dalam hasil interpretasi dari analisis overlay yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.  Hasil overlay yang menunjukkan ketiga komponen bernotasi positif yang berarti kegiatan ekonomi tersebut mempunyai pertumbuhan sektoral di tingkat Kabupaten Tapanuli Utara tinggi dibandingkan dengan Provinsi Universitas Sumatera Utara 41 Sumatera Utara. Pertumbuhan sektoral tersebut lebih tinggi di Kabupaten Tapanuli Utara dibandingkan dengan di Provinsi Sumatera Utara dan kontribusi sektoral di Kabupaten Tapanuli Utara juga lebih tinggi dari Provinsi Sumatera Utara. Hal ini menandakan sektor ekonomi tersebut memiliki potensi daya saing kompetitif dan komparatif yang lebih unggul dibandingkan dengan kegiatan yang sama pada tingkat Provinsi Sumatera Utara. Kemudian, kegiatan ekonomi tersebut mempunyai prospek yang bagus, ini terlihat dari pertumbuhan sektor yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan total kegiatan ekonomi.  Hasil overlay yang menunjukkan notasi positif untuk RPs dan LQ yang berarti kegiatan sektoral di Kabupaten Tapanuli Utara lebih unggul dari kegiatan yang sama di Provinsi Sumatera Utara, baik dari sisi pertumbuhan maupun kontribusinya. Sektor tersebut merupakan spesialisasi kegiatan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara.  Hasil overlay yang menunjukkan ketiga komponen bernotasi negatif yang berarti kegiatan ekonomi tersebut mempunyai pertumbuhan sektoral yang rendah di Provinsi Sumatera Utara maupun Kabupaten Tapanuli Utara dan kontribusi sektoral di Kabupaten Tapanuli Utara. Artinya sektor tersebut kurang memiliki daya saing kompetitif maupun komparatif yang lebih unggul dibandingkan kegiatan yang sama di Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Secara astronomis Kabupaten Tapanuli Utara berada pada posisi 1 20 ’ -2 41 ’ lintang utara dan 98 5 ’ - 99 16 ’ bujur timur. Sedangkan secara geografis letak Kabupaten Tapanuli Utara diapit atau berbatasan langsung dengan lima kabupaten, yaitu  Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir  Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu  Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan  Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Tengah Secara administratif, Kabupaten Tapanuli Utara terbagi dalam 15 kecamatan dengan total luas wilayah sebesar 3.800 Km 2 terdiri dari luas daratan 3.793,71 Km 2 dan luas perairan 6,60 Km 2 . Dari 15 kecamatan yang ada, kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Garoga dengan luas sekitar 567,58 Km 2 atau 14,96 persen dari luas Kabupaten Tapanuli Utara, dan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Muara dengan luas sekitar 79,75 Km 2 atau 2,10 persen. Universitas Sumatera Utara