Tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan arisan haji di Desa Kideung Ilir Ciampea Bogor

(1)

SKRIPSI

DiajukanKepadaFakultasSyariahdanHukum UntukMemenuhiPersyaratanMemperoleh

GelarSarjanaSyariah (S.Sy)

Oleh :

SRI WAHYUNINGSIH 1110043100021

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA


(2)

(3)

(4)

Nim : 1110043100021

Dengan ini saya menyatakan bahwa;

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk memenuhi salah satu persayaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua Sumber saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 November,2014


(5)

i

Kegiatan ekonomi dari masa ke masa terus mengalami perkembangan, masyarakat mengadakan segala cara demi terpenuhi kebutuhannya, diantaranya kebutuhannya itu adalah Haji. Haji adalah termasuk Rukun Islam yang ke lima, banyaknya peminat masyarakat untuk melakukan ibadah haji tiap tahunnya, sehingga ONH selalu naik tiap tahunnya, namun dikalangan masyarakat pada kalangan menengah, hal ini menjadi hambatan karena ketidak sanggupannya untuk membayar ONH secara langsung (tunai), begitupun yang terjadi di kalangan masyarakat yang berada di Desa Kideung Ilir Ciampea ini, mereka melakukan praktek arisan haji guna mempermudah pemberangkatan ibadah haji agar terpenuhinya minat masyarakat untuh melakukan ibadah haji.

Dalam berhaji tentu ada aturan mengenai tatacara pendaftaran atau syarat wajib hajinya, namun pada praktek arisan haji di Desa Kideung Ilir Ciampea ini orang yang mendaftarkan haji tersebut menggunakan dana dari para donator peserta arisan, dan tidak adanya suatu jaminan dan perjanjian yang jelas antara peserta arisan. Maka tentu arisan seperti ini tidaklah sesuai dengan hukum Islam, karena segala muamalah itu harus ada sebuah jaminan yang jelas, dan melakukan sebuah perjanjian demi menjaga keamana kedua belah pihak, sehingga tidak akan ada kedzoliman diantara keduannya.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari pada data-data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil suatu kesimpulan. Data primer yang diambil adalah data wawancara dengan responden yaitu pengurus arisan haji Ibu Dewi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini.


(6)

ii

Alhamdulillahi Rabbi al-‘Alamîn, penulis ucapkan rasa syukur yang tak terkira kepada Allah SWT, yang telah menerangi, menuntun, dan membukakan hati serta pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan syafa’at-nya kelak. Amin.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan kelulusan strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari peran dan sumbangsih pemikiran serta intervensi dari banyak pihak. Karena itu dalam kesempatan ini, penulisingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, diantaranya: 1. Bapak Dr. J.M. Muslimin, M.Phil. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. khamami Zada, MA, dan Ibu Siti Hanna, MA, Lc. selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan program studi Perbandingan Mazhab dan Hukum yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis selama menempuh pendidikan S1 di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Bapak Dr. M. Taufiki, MA dan Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag., M.Si.,

selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan program studi Perbandingan Mazhab dan Hukum Priode Tahun 2010-2014 yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis selama menempuh pendidikan S1 di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. M. Taufiki, MA selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dari awal hingga selesaunya penulisan skripsi ini dan terimakasih atas bimbingan, kesabaran, keramahan hati serta nasehat-nasehat


(7)

iii

untuk terus berkorban bagi putra-putrinya. Senyummu adalah penyemangat penulis dalam menjalani kehidupan ini.

6. Ananda (Amirudin) dan Adinda (Yayah, Baban, Mujib), yang selalu menjadi penyemangat hidup, yang tidak pernah berhenti menyemangati penulis dalam hal pendidikan maupun kehidupan.

7. Bapak/Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah member ilmu, pengalaman dan nasehat kepada penulis. Semoga ilmu yang penulis dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan Bapak/Ibu dosen.

8. Pimpinan dan segenap staff perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

9. Kepada sahabat-sahabat penulis, Abdul Rahman, Ade Tri Cahyani, Dian Ohorela, Widya Permatasari, Nabila Hassa, M. Irsyad Noor, serta Anak-anak PMF-A dan PMF-B tahun ajaran 2010 terimakasih telah menjadi sahabat yang terbaik, menyelami kehidupan susah senang secara bersama-sama, Semoga semua kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan mendapat ridha dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, 29 Desember 2014 M 01 Rabiul Awal 1435 H


(8)

iv

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. PembatasdanPerumusanMasalah ... 3

C. TujuandanManfaatPenelitian ... 4

D. StudiTerdahulu ... 4

E. MetodePenelitian... 5

F. SistematikaPenulisan ... 9

BAB II ARISAN DAN ISTITHA’AH HAJI A. TinjauanTeoritisTentangArisan 1. SejarahArisan ... 10

2. PengertianArisan ... 10

3. ManfaatArisan ... 11

4. MetodeArisan ... 13

5. Macam-macamArisan ... 14

6. Arisandalam Islam ... 15

B. Istitha’ahdalamberhaji 1. Istitha’ahibadah haji ... 21

2. Istitha’ahmenurutpendapatparaUlama ... 22

3. Praktekistitha’ahpadazamandahulu ... 26

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PELAKSANAAN ARISAN HAJI DI DESA KIDEUNG ILIR KEC. CIAMPEA BOGOR. A. SejarahArisan Haji ... 33

B. StrukturOrganisasi ... 35

C. Tata Cara Arisan Haji ... 37


(9)

v

3. PendaftaranCalonJama’ah Haji ... 43 4. TutupBukudanPengajianPamitan Haji ... 44

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PELASANAAN ARISAN HAJI

A. AnalisisterhadapIstitha’ah haji ... 45 B. AnalisisterhadapJaminandanPerjanjiandalamArisan Haji ... 54 C. AnalisisterhadapHutangdalamBerhaji ... 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 62 B. Saran-saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

1

A. Latar Belakang masalah

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dengan jumlah penduduk muslim mencapai 88%. Dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam, pendaftar pemberangkatan haji pun terus meningkat tiap tahunnya.

Hal ini dapat dilihat dari lamanya antrian pemberangkatan haji yang terjadi di seluruh pelosok kota-kota besar pada umumnya. Jangka waktunya pun tidak beragam, ada yang menunggu 5 tahun sampai 15 tahun dari pendaftaran.

Ibadah haji dilakukan setahun sekali oleh umat Islam, pada perjalanan suci yang kesemua rangkaiannya adalah bentuk-bentuk pribadatan yang melambangkan syi‘ar Allah. Oleh karenanya, bagi yang sudah berniat untuk menunaikan perlu ancang-ancang dan persiapan secukupnya, bukan hanya dari segi material, bahkan yang lebih penting adalah persiapan segi mental dan fisiknya.

Sebagai dasar ke Islaman seseorang, tidak sempurna agamanya jika belum menunaikan ibadah haji selama dia mampu menempuh jalannya, mempertegas kewajiban perintah menunaikan ibadah haji bagi setiap muslim


(11)

yang mampu secara fisik dan finansial. Berangkat dari perintah kewajiban tersebut, setiap muslim pun berlomba-lomba agar dapat menunaikan ibadah haji.

Mengingat pada umumnya menunaikan ibadah haji memerlukan biaya yang tidak sedikit, dan merupakan ibadah termahal dari sisi material, khususnya bagi umat Islam yang tinggal di luar Jazirah Arab, sebagaimana halnya Indonesia, setiap muslim yang ingin menunaikan ibadah haji memerlukan biaya lebih dari tiga puluh juta rupiah. Besarnya biaya haji yang harus dikeluarkan membuat masyarakat menengah ke bawah kesulitan untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima ini.

Di tengah masalah kemampuan materi yang menjadi tolak ukur kemampuan seseorang untuk berangkat haji, muncul suatu kebiasaan baru dalam masyarakat demi mencapai tujuan berhaji, misalnya menjual harta benda, membuka tabungan haji dan mengikuti arisan haji.

Suatu kebiasan tersebut, arisan Haji merupakan yang paling populer saat ini, Hal ini disebabkan karena arisan merupakan hal yang sudah sangat mengakar dan sudah tumbuh sebagai bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Bahkan di beberapa kota besar di Indonesia, arisan telah menjadi gaya hidup bagi sekelompok orang tertentu dan menjadi sebuah kebutuhan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan. Dengan memperhatikan hal tersebut, di Ciampea terdapat segolong masyarakat yang mengadakan arisan haji yang


(12)

bermaksud untuk meringankan dan menolong orang-orang Islam yang mempunyai bekal cukup untuk menunaikan ibadah haji. Hal lain yang umumnya menjadi penyebab adanya arisan haji adalah mahalnya ONH (Ongkos Naik Haji) dan BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji) di Indonesia dan kurang adanya motivasi atau semangat untuk menabung.

Arisan haji yang diadakan orang-orang di Daerah Ciampea ini dilaksanakan seperti arisan-arisan pada umumnya, dengan menyetorkan sejumlah uang yang telah ditentukan. Dalam waktu yang telah ditentukan pula, serta melakukan pengundian nama-nama yang akan diberangkatkan ibadah haji, Adapun perbedaan dengan arisan-arisan lainnya yaitu terletak pada operasionalnya dimana dalam arisan biasa yang setiap kali salah satu anggota memenangkan uang pada pengundian. Selain itu bagi yang telah memenangkan undian diwajibkan untuk hadir pada setiap pengundian, arisan haji di khususkan hanya diperuntukan untuk orang muslim saja guna membayar ONH (Ongkos Naik Haji) Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH).

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik mengetahui lebih jauh terhadap hukum arisan haji yang berada di Desa Kideung Ilir Ciampea ini. sehingga penulis ingin menjadikan sebuah judul skripsi yang berjudul

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN ARISAN HAJI DI DESA KIDEUNG ILIR CIAMPEA BOGOR.


(13)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembatasan dalam skripsi ini akan berkisar terhadap Pelaksanaan Arisan Haji yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kideung Ilir. sehingga penulis ingin mempelajari lebih dalam tentang kepastian hukumnya. Untuk memudahkan penulisan dalam menyusun karya ilmiahnya, penulis membatasi lokasi yang dijadikan objek penelitian hanya di Kecamatan Ciampea.

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat merumus dari permasalahan itu adalah :

1. Bagaimana sistem kerja Arisan Haji yang berada di Desa Kiding Ilir. Ciampea?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan Arisan Haji yang berada di Desa Kiding Ilir. Ciampea?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah pengetahuan hukum tentang pelaksanaan terhadap arisan Haji yang berada di Desa Kiding Ilir Ciampea

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan arisan Haji yang berada di Desa Kiding Ilir Ciampea.

D. Studi Terdahulu

Analisis ijarah pada pembiayaan talangan biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) pada bank BNI Syariah Fatmawati, ditulis oleh Zainal Arifin, Jurusan Perbankan Syariah 2011. Dalam skripsi tersebut dijelaskan tentang ijarah, dan


(14)

menjelaskan tentang mekanisme pembiayaan talangan haji pada bank BNI Syariah, dan menjelaskan kesanggupan seseorang terhadap dana talangan haji menurut hukum Islam

Menurut pendapat Zainal Arifin dalam skripsinya talangan haji dengan menggunakan akad ijarah adalah bagus untuk membantu nasabah atau calon jamaah haji yang ingin berhaji namun belum mempunyai biaya yang cukup, maka dapat di talangi menggunakan akad ijarah tersebut.

Praktek dana talangan haji dalam pandangan hukum Islam studi kasus praktek dana talangan haji di Bank Syariah Mandiri ditulis oleh Imron Fiqri Aziz, perbandingan mazhab dan hukum, 2013, dalam sekripsinya menjelaskan tentang arti Istitha‘ah dalam berhaji dan hukum berhaji dengan menggunakan dana talangan haji berdasarkan fatwa MUI.

Menurut pendapat Imron Fiqri Aziz dalam skripsinya mengatakan bahwa hukum berhaji menggunakan dana talangan haji tidak diperbolehkan, karena belum termasuk kepada Istitha‟ah haji. Orang yang menggunakan dana talangan haji itu termasuk kepada seseorang yang memaksakan dirinya untuk pergi haji, maka hal seperti itu tidak diperbolehkan.

Namun dalam skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Arisan Haji dengan objek penelitian di Desa Kideung Ilir Kec, Ciampea ini sangat berbeda dengan penelitian diatas. Penulis lebih memperluas pembahasan yaitu membahas tentang bagaimana sistem operasional arisan haji,


(15)

dan pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan arisan haji yang berada di Desa Kideung Ilir Ciampea Bogor tersebut, tinjauan dilakukan pada sistem operasionalnya, karena hukum akan bertolak langsung terhadap pelaksanaan arisan haji. Selain itu penulis ingin membahas tentang kedudukan arisan haji dengan kemampuan (istitha‟ah) dalam berhaji.

Dengan demikian penulis akan berusaha membahas masalah tersebut secara cermat dalam penulisan skripsi ini, karena sepengetahuan penulis permasalahan yang sedang penulis ajukan belum pernah dibahas dikaji orang lain, sehingga penulis tertarik untuk membahas masalah ini dalam sebuah Karya Ilmiah (skripsi).

E. Metode Peneletian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode antara lain: 1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan1 yaitu dengan mencari data langsung ke lapangan, yakni di Desa Kideung Ilir Kec Ciampea Bogor. 2. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh.2 Untuk memudahkan mengidentifikasikan data maka penulis

1

Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 19.

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV,


(16)

mengklasifikasikan menjadi dua sumber data, antara lain: a. Sumber Data Primer

sumber data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan, Data primer disebut juga data asli atau data baru. Seperti : hasil wawancara dengan pihak arisan haji baik itu dengan para anggota, atau pengurus arisan haji.

b. Sumber Data Sekunder

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari laporan-laporan peneliti terdahulu. Data sekunder disebut juga dengan data tersedia3 seperti, buku-buku fiqih, dan hadis—hadis lainnya.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu upaya pengumpulan data-data yang relevan dengan kajian penelitian, yang diperoleh dengan cara:

a. Observasi

Metode observasi yaitu usaha-usaha mengumpulkan data dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

3

M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta:


(17)

afenomena yang diselidiki.4 Metode ini dilakukan dalam rangka memperoleh data tentang pelaksanaan Arisan Haji Di Desa Kideung Ilir Kec. Ciampea yaitu dengan cara melihat langsung.

b. Interview

Metode interview atau wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung kepada para responden,5atau mencari keterangan dengan cara berbincang-bicang dengan para pihak atau tokoh yang terlibat langsung dalam kajian penelitian. Untuk mendapatkan data dari responden, maka penulis mengadakan wawancara dengan beberapa anggota Arisan Haji. Untuk mendapatkan data dari responden, maka penulis mengadakan wawancara dengan yayasan KBIH yang bekerja sama dalam menjalankan pelaksanaan Arisan Haji tersebut.

c. Dokumentasi

Pengertian dokumentasi yaitu kumpulan koleksi bahan pustaka (dokumen) yang mengandung informasi yang berkaitan dan relevan dengan bidang-bidang pengetahuan maupun kegiatan yang menjadi kepentingan instansi atau korporasi yang membina unit kerja dokumentasi

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV,

(Jakarta: Rineka Cipta), Cet. II, 1998, h. 46

5

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, t.th


(18)

tersebut.6Macam-macam dokumentasi antara lain: buku, majalah, surat kabar, internet dan lain sebagainya.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan peneliti uraikan adalah metode diskriptif analisis, yaitu analisis yang menekankan pada sebuah gambaran baru terhadap data yang telah terkumpul yang bertujuan untuk menggambarkan secara subyektif tentang pelaksanaan Arisan Haji Di Desa Kideung Ilir Kec Ciampea 5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan data yang digunakan adalah berpedoman kepada buku pedoman penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih memudahkan penyusutan dan pemahaman, maka sengaja materi yang terdapat dalam skripsi dikelompokkan dalam lima bab, setiap dipilih menjadi beberapa sub bab. Lengkapnya adalah sebagai berikut :

BAB I Merupakan bab pendahuluan, terbagi kepada sub bab, yaitu : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Studi Terdahulu, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II Berisi tentang Arisan Haji dan Istitha‟ah Haji, yang terdiri dari Sejarah

6

Soejono Trima, Pengamatan Ilmu Dokumentasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1984), h.


(19)

Arisan, Pengertian Arisan, Manfaat Arisan, Metode Arisan, Macam-macam Arisan, Arisan dalam Islam, serta membahas tentang istitha‟ah dalam Ibadah Haji.

BAB III Berisi Gambaran Umum Tentang Mekanisme pelaksanaan Arisan Haji di Desa Kiding Ilir Kec. Ciampea yang terdiri dari: Sejarah berdirinya Arisan Haji, Struktur Organisasi, Program kerja, Tatacara Pelaksanaan Arisan Haji, Pengertian Arisan Haji, Pertemuan Rutin dan pengajian, Proses Pengundian Nama, Pendaftaran sebagai Calon Jamaah Haji, Tutup Buku atau Pengajian Pamitan Haji, Manfaat dan Tujuannya. BAB IV Bab ini berisi tentang analisis penulis yang terbagi kepada tiga bagian.

Pertama menganalisis Terhadap istitha‟ah dalam Arisan Haji, Kedua, analisis Terhadap pelaksanaan arisan haji Ketiga, analisis terhadap hutang dalam berhaji.

BAB V Bab ini merupakan bab yang terakhir yang berisi Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran dan disertai juga dengan Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran Wawancara.


(20)

11

A. Tinjauan Umum Tentang Arisan 1. Sejarah Arisan

Hampir seluruh penduduk di pelosok tanah air mengenal yang namanya arisan. Arisan yang berkembang di masyarakat bermacam-macam bentuknya. Ada arisan motor, arisan haji, arisan gula, arisan semen dan lain-lain. Ternyata fenomena ini tidak hanya terjadi di negeri ini, di negara Arab juga telah dikenal sejak abad ke sembilan hijriyah yang dilakukan oleh para wanita Arab dengan istilah jum‟iyyah al-muwazhzhafin atau al-qardhu at-ta‟awuni, hingga kini fenomena ini masih berkembang dengan pesat. Bila demikian sudah mendunia, tentunya tidak lepas dari perhatian dan penjelasan hukum syar‟i bentuk

mu‟amalah seperti ini. Apalagi permasalah ini termasuk kontemporer dan belum ada sebelumnya di masa para Nabi. Fenomena ini demikian semarak dilakukan kaum Muslimin karena adanya kemudahan dan banyak membantu mereka.7

2. Pengertian Arisan

Di dalam beberapa kamus disebutkan bahwa arisan adalah pengumpulan uang atau barang, yang bernilai sama oleh beberapa orang, lalu diundi diantara

7

Arisan dalam Pandangan Islam : tinjauan dari sisi media al-manhaj.com. Artikel diakses pada 25 September 2014 dari http://almanhaj.or.id//3818//arisan-dalam-pandangan-islam/


(21)

mereka. Undian tersebut dilaksanakan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya.8

Arisan sangat mirip dengan tabungan. Sebagai sistem untuk menyimpan uang, namun kegiatan ini juga dimaksudkan untuk kegiatan pertemuan yang memiliki unsur "paksa" karena anggota diharuskan membayar dan datang setiap kali undian akan dilaksanakan9.

Hakekat arisan ini adalah setiap orang dari anggotanya meminjamkan uang kepada anggota yang menerimanya dan meminjam dari orang yang sudah menerimanya kecuali orang yang pertama mendapatkan arisan maka ia menjadi orang yang berhutang terus setelah mendapatkan arisan, dan orang yang terakhir mendapatkan arisan, maka ia selalu menjadi pemberi hutang kepada anggotanya.

3. Manfaat Arisan

Arisan adalah hal yang lazim bagi semua pihak, baik dilakukan ditempat kerja, dengan keluarga, atau antara anggota organisasi lainnya, dalam pelaksanaan arisan terdapat aktivitas yang dilakukan diantaranya adalah :

a) Mempererat tali silaturahmi dan ikatan kekerabatan antara para anggota arisan.

8

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (PN Balai Pustaka, 1976), h, 57.

9

Pengertian arisan : tinjauan dari sisi media, Wikipedia.com. artikel diakses pada tanggal 28


(22)

b) Mendiskusikan topik masalah tertentu, guna membantu masalah anggota arisan.

c) Menyisihkan sebagian penghasilan sebagai wujud kebersamaan antara anggota arisan.

Menurut pandangan Purwanto Menabung merupakan salah satu langkah baik yang banyak dipilih orang untuk menghindari kekurangan uang pada suatu saat. Selain itu, menabung juga penting jika seseorang ingin membeli suatu barang tetapi tidak memiliki uang yang memadai. Sebab, hanya dengan cara menabung keinginan tersebut akan dapat terpenuhi.

Arisan bisa menjadi salah satu cara belajar menabung, sebab saat kita mengikuti arisan kita akan dipaksa membayar iuran, sama artinya juga dengan paksaan menabung.10

Arisan juga mempunyai manfaat seperti11 :

a) Dengan mengikuti arisan, keuangan bisa dikelola dengan baik.

b) Dengan mengikuti arisan, sama saja dengan menabung, Jika menang arisan, uangnya bisa dimanfaatkan dengan baik. bisa membeli barang-barang dan alat-alat rumah tangga, membeli perhiasan emas, bahkan bisa digunakan untuk membeli rumah dan sejenisnya

10

Purwanto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus Jual Beli Arisan Di Desa Waru

Kecamatan Rembang Kabupatern Rembang. Skripsi S1 Jurusan Muamalah Syariah dan Hukum,

Institut Agama Islam Negeri Walisongo, tahun 2012, h, 48.

11

Manfaat arisan : tinjauan dari sisi media futuready.com. artikel diakses pada Tanggal : 03 November 2014, dari http://www.futuready.com/ArtikelDetail/Index/Arisan%20Sosialisasi.


(23)

c) Menjalin silaturahmi, dengan mengikuti arisan setidaknya hubungan dengan pesertanya makin terjalin akrab. Misalnya, arisan RT, menjadikan hubungan antar warga satu RT bisa lebih baik dengan begitu bila ada kegiatan sosialisasinya lebih mudah, begitupun dengan arisan dalam keluarga besar.

4. Metode Arisan

Sejatinya arisan merupakan perkumpulan dari sekelompok orang. Dimana mereka berinisiatif untuk tetap bertemu dan bersosialisasi. Digagaslah sebuah acara dimana mengumpulkan barang atau uang dalam jumlah tertentu yang telah disepakati bersama. Lalu jika uang atau barang tersebut sudah terkumpul, hanya akan ada satu orang yang bisa mendapatkannya melalui undian. Hal ini terus berjalan hingga semua anggota mendapatkannya.

Untuk memulai sebuah arisan itu menurut pendapat Purwanta dalam Skripsinya tentunya tidak mudah, perlu kesepakatan diantara para peserta arisan. Seperti kesepakatan kapan rentan waktu pengocokan arisan apakah itu perbulan atau dua minggu sekali. Kemudian juga disepakati besarnya uang arisan yang akan disetorkan, dengan begitu diharapkan arisan bisa berjalan sampai dengan pengocokan peserta terakhir. Memang tidak semua orang tertarik mengikuti kegiatan arisan, banyak yang berpendapat kegiatan ini tidak produktif dan membuang-buang waktu.12

12

Purwanto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus Jual Beli Arisan Di Desa Waru


(24)

Undian merupakan salah satu cara dalam menentukan siapa yang akan mendapatkan kumpulan uang yang diperoleh dari kumpulan arisan tersebut. Dalam sistem undian ini pastinya tidak sesuai dangan apa yang diharapkan oleh para peserta arisan. Yaitu, jika salah satu dari anggota membutuhkan uang, pastinya anggota arisan tersebut hanya berpeluang kecil untuk mendapatkan undian tersebut. Sehingga bisa dikatakan, jika arisan menggunakan sistem cara pengundian ini berarti jauh dari unsur tolong menolong, dan lebih cendrung pada unsur menabung.

Selain menggunakan undian arisan juga biasanya melakukan pengocokan dengan cara Sesuai dengan kriteria. Cara yang menentukan siapa kriteria anggota arisan ini berbeda dengan cara arisan dengan sistem undian. Pada sistem ini ketua arisan memberikan uang yang diperoleh dari para anggota arisan kepada anggota arisan yang membutuhkan. Prinsip ini lebih cenderung pada prinsip tolong menolong dan unsur menabung. Karena pada saat perkumpulan arisan dimulai, ketua arisan bertanya pada para angotanya siapa yang lagi dalam keadaan sangat membutuhkan uang. Jika para anggota arisan banyak yang ingin mendapatkan kumpulan uang arisan itu. Maka ketua arisan bertanya pada anggota yang menginginkan uang itu, dan menimbang siapakah yang lebih berhak mendapatkan uang arisan terlebih dahulu dengan persetujuan anggota arisan yang lain.13

13

Purwanto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus Jual Beli Arisan di Desa Waru


(25)

5. Macam-macam Arisan

Arisan merupakan praktek sosial ekonomi masyarakat yang merupakan salah satu bentuk kebiasaan atau tradisi masyarakat yang menjadi adat kebiasaan. Namun hal ini tidak otomatis dapat diterima tentu saja harus berdasarkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syari‟ah Islam.

Hampir seluruh penduduk di plosok tanah air mengenal namanya arisan. Arisan yang berkembang di masyarakat bermacam-macam bentuknya, diantaranya adalah :

a) Arisan motor b) Arisan haji c) Arisan gula d) Arisan semen e) Arisan uang

Tentu dalam hal arisan semua caranya hampir sama yaitu menyetorkan dalam jangka waktu yang masing-masing telah ditentukan waktunya, dan tentunya berdasarkan jumlah yang disepakati bersama.

Arisan tidak hanya berkembang di negara ini saja, tapi sudah tersebar luas di negara-negara lainnya, hingga sekarang banyak sekali ditemukan adanya arisan-arisan sejenis yang telah disebutkan di atas. Hal ini karena faktor ekonomi masyarakat yang terbatas dan adanya keinginan untuk menabung sehingga dengan mengikuti arisan tersebut keinginan pun menjadi terlaksana.


(26)

6. Arisan dalam Sejarah Islam

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak mungkin dapat dilakukan sendiri, namun harus diusahakan bersama-sama. Dalam memenuhi kebutuhan secara bersama tersebut akhirnya mendorong manusia untuk hidup berkelompok atau bermasyarakat.14

Dalam perkembangannya masyarakat dalam memenuhi kebutuihan melakukan dengan cara membentuk suatu lembaga yang mampu sedikit meringankan atau memperlancar kehidupan perekonomian masyarakat terutama perekonomiannya. Banyak cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik secara langsung ataupun secara tidak langsung salah satu cara masyarakat memenuhi kebutuhannya sekaligus menjadikan masyarakat mendekatkan dengan masyarakat yaitu dengan cara arisan.

Pada masa sekarang ini arisan telah banyak dilaksanakan berbagai masyarakat baik dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Arisan dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan keuangan yaitu dengan cara menabung, begitulah masyarakat menyebutnya. Apabila mereka sedang beruntung maka akan memperoleh uang yang sebenarnya uang mereka sendiri. Selain itu mereka juga mendekatkan hubungan kekerabatan dalam masyarakat atau kelompok pada suatu Desa.

14

Artikel kholid Syamsudin” http//almanhaj.or.id//arisan-dalam-pandangan-islam/.Pada


(27)

Arisan dikenal oleh sebagian orang Arab dengan istilah jam‟iyyah (kumpulan peserta arisan). Ini termasuk masalah kontemporer yang tengah marak ditekuni oleh banyak kaum muslimin mengingat manfaat yang mereka rasakan darinya. Masalah ini diperselisihkan oleh para ulama ahli fatwa masa kini.

Ulama dunia mengartikan arisan dengan istilah jum‟iyyah al -muwazhzhafin atau al-qardhu al-ta‟awuni. Jum‟iyyah al-muwazhzhafin dijelaskan para Ulama sebagai bersepakatnya sejumlah orang dengan ketentuan setiap orang membayar sejumlah uang yang sama dengan yang dibayarkan yang lainnya. Kesepakatan ini dilakukan pada akhir setiap bulan atau akhir semester (enam bulan) atau sejenisnya. Kemudian semua uang yang terkumpul dari anggota diserahkan kepada salah seorang anggota pada bulan ke dua atau setelah enam bulan sesuai dengan kesepakatan mereka. Demikian seterusnya, sehingga setiap orang dari mereka menerima jumlah ini berlangsung satu putaran dan dua putaran atau lebih tergantung pada keinginan anggota.15

Hukum arisan secara umum, termasuk muamalat yang belum pernah disinggung di dalam Al-Qur‘an dan As-Sunnah secara langsung, maka hukumnya dikembalikan kepada hukum asal muamalah, yaitu dibolehkan. Para ulama menyebutkan hal tersebut dengan mengemukakan kaedah fikih yang berbunyi :

15

Artikel kholid Syamsudin” http//almanhaj.or.id/content/3818/slash/0/arisan-dalam-pandangan-islam/.


(28)

Artinya :“Pada dasarnya hukum transaksi dan muamalah itu adalah halal dan

boleh”

Menurut pendapat Ali Mustofa Yakub dalam bukunya mengatakan bahwa arisan sebenarnya menurut agama diperbolehkan, dengan catatan tidak ada pihak yang dirugikan dan tidak adanya sistem perjudian didalamnya. Kebolehan itu juga bisa menjadi haram, jika ada sesuatu yang menjadikan haram, yaitu hilangnya ketentuan-ketentuan diatas.17

Begitu juga dalam muamalat disebutkan keberadaan suatu serikat (perkumpulan) kerjasama itu dibentuk untuk menyediakan pinjaman tanpa bungan bagi para anggotanya.18 Begitupun dengan arisan dibentuk guna meminjamkan uang terhadap orang yang membutuhkan dengan memberikan pinjaman tanpa memberikan uang didalamnya. Tentu hal ini arisan berlandasan terhadap adanya rasa saling tolong-menolong antara peserta arisan tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT memerintahkan untuk saling tolong- menolong dalam surat Al-Maidah : 2.











































16

Sa‘dudin, Muhammad al-kibyi, al-Muamalah al-Maliyah al-Mua‟shirah fi Dhauni al-Islam,

(Beirut, 2002),h,75.

17

Ali Mustofa Yakub, Fatwa-Fatwa Imam Besar Masjid Istiqlal, Cet 1,(Jakarta : PT Puataka

Firdaus, 2007), h, 209.

18


(29)

Artinya :“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.“ (QS.Al-Maidah : 2)

Ayat di atas memerintahkan kita untuk saling tolong menolong di dalam

kebaikan, sedang tujuan “arisan” itu sendiri adalah menolong orang yang

membutuhkan dengan cara iuran secara rutin dan bergiliran untuk mendapatkannya, maka termasuk dalam katagori tolong menolong yang diperintahkan Allah SWT.

Pendapat para ulama tentang arisan, diantaranya adalah pendapat Syaikh Ibnu Utsaimin dan Syek Ibnu Jibrin serta mayoritas ulama-ulama senior Saudi Arabia. Syekh Ibnu Utsaimin berkata: “Arisan hukumnya adalah boleh, tidak terlarang. Barang siapa mengira bahwa arisan termasuk kategori memberikan pinjaman dengan mengambil manfaat maka anggapan tersebut adalah keliru, sebab semua anggota arisan akan mendapatkan bagiannya sesuai dengan gilirannya masing-masing”19

Ada juga yang tidak mendukung atau mengharamkan arisan. Mereka merujuk pada dalil dan pendapat Syaikh Sholih al-Fauzan, Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh dan Syaikh Abdurrohman al-Barrok. Dengan dalil bahwa tiap-tiap peserta sama halnya meminjamkan sesuatu kepada yang lain dengan persyaratan adanya orang lain yang juga meminjamkan sesuatu, maka ini

19

Arisan dalam Islam: tinjauan dari sisi media, ahmadzain.com. artikel diakses pada tanggal

28 Oktoberd, pukul 13:00, dari


(30)

adalah pinjaman yang menghasilkan suatu manfaat (bagi yang meminjami), maka itu adalah riba, sebagaimana sabda Nabi :

Artinya :“Dikabarkan dari Abu Abdillah al- Hafiz dan Abu Sai‟d bin abi amrin

“Abu Abbas mengabarkan kepada kami “muhamad bin ya‟kub mengabarkan kepada Ibrahim bin munqij “ mengabarkan aku kepada Idris bin yahya dari Fadholah bin u‟baidi sahabat Nabi SAW.

Sesungguhnya nabi berkata Setiap pinjaman yang menghasilkan manfaat, maka itu termasuk riba.”(HR. al-Baihaqi ).

Arisan dapat dikatakan haram, jika di dalamnya terdapat unsur kezholiman, ghoror (ketidakpastian/spekulasi), atau riba, maka arisan semacam ini menjadi haram.21 Begitu juga ketika arisan dijadikan ajang menggunjing, ghibah, gossip, ngerumpi, maka arisan semacam ini jelas haram. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al- Qur‘an surat Al-Hujurot (49):12 yaitu :

















































































20

Imam Baihaqi, Sunan al- Kubra, juz 5, h, 350

21

Ahmad Sarwat, Fikih Sehari-hari Tanya Jawab Seputar Jual Beli, (Jakarta : PT Gramedia


(31)

Artinya :“dan janganlah menggunjingkan satu sama lain, adakah seseorang diantara

kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha penerima Taubat lagi maha penyayang.”

Membicarakan arisan berarti membicarakan didalamnya suatu perkumpulan yang mengadakan suatu perjanjian atau akad untuk dilaksanakan, agar tercapai kepada satu tujuan yang diharapkan. Perjanjian itu terjadi dalam rangka untuk mewujudkan keadilan bersama sehingga dengan adanya perjanjian tersebut berarti sudah memulai suatu hubungan dalam suatu kegiatan yang didalamnya akan menimbulkan suatu hak-hak dan kewajiban antara para peserta arisan.

Islam telah mewajibkan dikuatkannya akad-akad demi terjaminnya hak-hak dan kewajiban diantara sekian manusia. Maka Islam juga memperhatikan agar akad-akad itu dapat dikuatkan dengan tulisan dan saksi agar masing-masing orang dapat terjamin, serta dapat terhidar dari perbuatan dan kehilafan manakala terjadi perselisihan faham dan pertentangan.22

7. Istitha’ahdalam Ibadah Haji

1. PengertianIstitha’ah dalam Ibadah Haji

Istitha‟ah dalam pengertian kebahasaan berasal dari akar kata thâ‟a, yaitu

tau‟an, berarti taat patuh dan tunduk. Istithâ‟ah berarti keadaan seseorang untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan syara‘ sesuai dengan kondisinya.

22

Abu Ahmadi dan Ansari Umar Sitanggal, Sistem Ekonomi Islam, Prinsip-prinsip dan


(32)

Semakin besar kemampuan seseorang semakin besar tuntutan untuk mengerjakan suatu perbuatan.

Bisa dikatakan Istitha‟ah artinya mampu, yaitu mampu melaksanakan ibadah haji ditinjau dari segi jasmani yaitu, sehat dan kuat, rohani yaitu, memahami manasik haji dan berakal sehat, ekonomi yaitu, mampu membayar penyelenggaraan ibadah haji dan memiliki biaya hidup bagi keluarga yang ditinggalkan. keamanan yaitu, Aman dalam perjalanan dan aman bagi keluarga yang ditinggalkan.23

Mengenai dalil istitha‟ah yang menjadi dasar hukum kewajiban ibadah haji adalah surat Ali- Imran ayat 97 :











































Artinya:“Dan (diantara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan

perjalanan kesana.” (Q.S Ali Imran: 97)

1. Istitha’ahMenurut Pendapat Para Ulama Fikih

Menurut para ulama, ada tiga kemampuan yang harus dipenuhi dalam rangka meliputi ibadah haji, yaitu: kemampuan kesehatan (badan), kemampuan material/finansial (keuangan), kemampuan keamanan (keselamatan).24

23

Departemen Agama RI, Bimbingan Manasik Haji, (Jakarta: 2003), h, 29.

24

Ahmad Thib Raya dan Siti Mushdah Mulia, Menyelami Seluk- Beluk Ibadah dalam Islam,


(33)

a. Menurut Mazhab Hanafi25

Kesanggupan meliputi tiga hal yakni fisik, finansial, dan keamanan. Kesanggupan fisik artinya kesehatan badan. Adapun menurut golongan Hanafiyah, yang termasuk orang yang sakit, lumpuh, orang buta (meskipun memiliki penuntutan), orang yang sangat tua dan tidak dapat duduk sendiri di atas kendaraan, jika dia mampu untuk membayar ongkos kepada orang yang akan menggantikan hajinya, maka ia wajib haji, sebab ia terhitung orang kuasa dengan jalan mengongkosi orang.

Kesanggupan finansial adalah memiliki bekal dan kendaraan. Yakni, mampu menanggung biaya pulang pergi serta punya kendaraan, yang merupakan kelebihan dari biaya tempat tinggal, serta keperluan lain. Harus lebih dari nafkah keluarga yang dinafkahinya sampai waktu kepulangannya.

Adapun keamanan adalah jalan biasanya aman, meskipun dengan membayar uang suap jika perlu. Dan Bagi keamanan wanita sebaiknya menurut pendapat Abu Hanifah wanita harus diiringi oleh mahramnya yang balig dan berakal atau remaja yang terpercaya, punya hubungan darah atau perkawinan.

25

Wahbah Al- Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy waadillatuh, Juz III, (Suriah : Dar‘ al-Fikr, t.t.), h,


(34)

b. Kemampuan menurut Mazhab Maliki26

Kemampuan adalah bisa tiba di Mekah menurut kebiasaan, dengan berjalan kaki atau berkendaraan. Artinya, kesanggupan berangkat saja, Adapun kesanggupan untuk pulang itu tidak termasuk hitungan. Kesanggupan itu meliputi tiga hal :

Pertama, kekuatan badan. Artinya, dapat tiba di Mekah menurut kebiasaan, dengan berjalan ataupun dengan berkendaraan.

Kedua, adanya bekal yang cukup sesuai dengan kondisi orang dan sesuai pula dengan kebiasaan mereka, Madzhab Maliki tidak mensyaratkan adanya bekal dan kendaraan itu sendri, jalan kaki bisa menggantikan kendaraan, bagi orang yang mampu, dan keterampilan kerja yang mendatangkan pemasukan yang cukup bisa membuat seseorang tidak perlu membawa bekal atau uang dan bisa dikatakan cukup sebagai ganti bekal.

Tidak wajib haji dengan cara berhutang, meskipun utang kepada anaknya sendiri, jika tidak punya harapan untuk dapat melunasi utangnya. Juga, tidak wajib haji dengan harta pemberian orang lain, (hibah atau sedekah) yang tanpa diminta. Dan tidak wajib bagi orang yang meminta-minta baik itu suatu kebiasaan ataupun tidak.

26


(35)

Ketiga, tersedianya jalan, yaitu jalan yang dilalui (darat atau laut) dan biasanya jalan ini aman. Dan jika biasanya tidak aman maka itu tidak wajib haji.

c. Kemampuan menurut Mazhab Syafi‘i27

Mampu menunaikan ibadah haji harus menempuh dua kemampuan yaitu kemampuan fisik dan kemampuan finansial.

Pertama, kemampuan fisik, artinya, orang yang dipandang sehat ialah orang yang mempunyai kekuatan fisik yang memungkinkan ia sampai di Mekkah untuk melakukan ibadah haji, tanpa mengalami kesulitan yang berarti, bahkan, menurutnya, orang buta pun diwajibkan untuk menunaikan ibadah haji apabila ia mempunyai penuntun yang akan menuntunnya selama dalam perjalanan dan ibadah haji.

Kedua, kemampuan finansial, dengan adanya bekal beserta wadahnya, serta ongkos keberangkatan ke Mekah dan kepulangan ke kampung halaman. Pendapat imam Syafi‘i berbeda dengan pendapat imam Maliki, Imam Syafi‘i memandang bahwa pekerjaan di tengah perjalanan itu tidak dibebani haji, alasannya, ada kemungkinan dia tidak mendapatkan pekerjaan karena sesuatu hal. dan Sekalipun tetap mendapatkan pekerjaan, maka itu akan banyak kesukaran.

Ketiga, adanya kendaraan (sarana transportasi) yang sesuai dengan status seseorang dengan cara membelinya dengan harga rata-rata, bekal

27


(36)

dan kendaraan ini disyariatkan harus lebih dari utangnya (yang sudah jatuh temponya maupun yang belum), baik utang itu kepada manusia maupun kepada Allah Ta‟ala (seperti nadzar dan kafarat), maupun menafkahi kepada orang-orang yang harus dinafkahinya selama kepergian dan kepulangannya agar mereka tidak terbengkalai.

Keempat, kesanggupan dari sisi keamanan, yakni keamanan jalan (meskipun sekedar praduga) bagi jiwa dan hartanya disemua tempat sesuai kondisi yang layak baginya.

Kelima, wanita harus disertai oleh suaminya, atau oleh mahram (dari hubungan nasab / darah atau lainya),

d. Kemampuan menurut Mazhab Hambali28

Kesanggupan atau kemampuan yang disyariatkan adalah kemampuan atas bekal dan kendaraan. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

Artinya : “Anas Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, apakah sabil (jalan) itu? beliau bersabda: "Bekal dan kendaraan." Riwayat Daruquthni. Hadits shahih menurut Hakim. Hadits mursal menuru pendapat yang kuat30

28

Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, h. 420.

29

Ali ibni ‗Umar Abu al-Husaini al-Dâru Quthni al-Baghdadi, Sunan al-Daru Quthni, juz 2

(Beirut, Dar al-Ma‘rifah, 1996), h. 215.

30


(37)

Walaupun Hadis-hadis yang menafsirkan sabil dengan pembelanjaan dan kendaraan, dha‟if ditinjau dari segi sanadnya, namun kebanyakan ulama mensyariatkan yang demikian untuk mewajibkan haji. Adanya pembelanjaan dan kendaraan adalah bagi orang yang tidak memperoleh perbelanjaan dan kendaraan, tidaklah wajib haji atasnya.

Mazhab Hambali sepakat dengan madzhab Syafi‘i

2. PraktekIstitha’ah pada Zaman Terdahulu

Kata istitha‟ah berdasarkan pengertian di atas yaitu, suatu kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan yang diperintahkan oleh Allah SWT dan RasulNya. Namun demikian, Allah tidak memberatkan dan tidak menuntut seseorang untuk mengerjakan, maka dalam kondisi demikian, sangat diperhatikan i‟tikad baik seseorang dalam melaksanakan perintah Allah Swt sesuai kadar ketaqwaannya. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al- Baqarah : 197









































































Artinya :(muslim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah- bantahan di dalam masa mengerjakan haji, dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya, berbekallah, dan sesungguhnya sebaik- baiknya bekal adalah taqwa.


(38)

Dari arti ayat di atas “Dan ambillah bekal olehmu” menurut keterangan yang disampaikan oleh Ibnu Jarir, Bukhari, dan lain-lain dari Ibnu Abbas

yaitu, “ adalah penduduk Yaman pergi mengerjakan haji dengan tidak

membawa bekal dan mereka berkata, “ kami bertawakal” kemudian mereka datang di Mekkah meminta- minta. Berdasarkan peristiwa tersebut turunlah ayat ini.31

Dari ayat dan tafsiran bahwa Allah tidak memaksakan seseorang pergi haji tanpa berbekalan, Akan tetapi jika seseorang pergi haji tanpa berbekalan dan pada akhirnya harus meminta-minta kepada orang lain, yang akan merugikan orang lain tersebut maka tidaklah menjadi taqwa, karena sebagaimana dalam hadis dari Ibnu Abbas :

Artinya :“Dari Ibnu Abbas RA. Dia berkata “dulu penduduk yaman mengerjakan haji tanpa membawa perbekalan,dan mereka berkata kami adalah orang-orang yang bertaqwa,” ketika mereka datang ke Mekah, mereka meminta-minta kepada orang lain, maka Allah Menurunkan firmannya, “berbekalah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa”.

Selain itu haji merupakan ibadah yang memerlukan penempuhan jarak sehingga tidak mungkin diwajibkan tanpa adanya harta dan kendaraan seperti jihad.

31

Syekh Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir Al- Ahkam, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2006), h. 67-70.

32


(39)

Dalam kitab Al-Muhabzab karangan Abu Ishaq disebutkan jika seseorang memiliki uang untuk membeli bekal dan kendaraan tetapi, uang itu dibutuhkannya untuk membayar hutang, maka tidaklah wajib ia haji, baik utang itu berjangka pendek maupun berjangka panjang. Hutang harus didahulukan daripada haji yang memiliki waktu yang luas.33

Dalam kitab Al-Mughni karangan Ibnu Qudamah seseorang yang memiliki piutang terhadap seseorang yang lalai dalam membayar hutangnnya tetapi mampu membayarnya, sedangkan piutang itu cukup untuk biaya haji, maka ia wajib naik haji karena termasuk orang yang mampu. Akan tetapi, bila orang yang dipiutangnya itu orang yang tidak mampu atau sulit untuk membayar, maka tidaklah wajib haji34.

Menurut Syafi‘iyah apabila seseorang diberi oleh orang lain kebutuhan (kendaraan) secara cuma-cuma, ia tidak wajib menerimanya karena dalam menerima itu ia terpaksa memikul tanggung jawab. Sedangkan baginya sulit untuk melaksanakannya. Kecuali, jika disamping pemberian tadi ia memiliki harta untuk membiayai haji. Maka pemberian itu hendaklah diterimanya. Karena pemberian yang mengikat itu ia masih mampu menunaikannya.35

33

Abu Ishaq, al-Muhadzab, Juz.1. (Dar al-Kutub.t.t), h.358.

34

Ibnu Qudamah, al-Mughni, Juz 3, (Beirut : Dar al-Fikr.t.t), h, 167.

35

Muhammad Najmuddin Zuhdi, 125 Masalah Haji, ( Solo : Tiga Serangkai, 2008), cet 1, h,


(40)

Menurut pendapat Hanabilah, seseorang tidak wajib haji karena pemberian orang lain. Karena dengan itu ia belum bisa dikatakan mampu, baik si pemberi itu merupakan keluarga dekat maupun orang lain, baik berupa bekal ataupun kendaraan.36

Kajian tentang istitha‟ah dibahas hampir ke semua furu‟ (cabang) ibadah, pada masalah shalat, puasa, kifarat, nikah dan lain-lain. Akan tetapi yang lebih rinci dibicarakan adalah istatha‟ah dalam ibadah haji. Hal itu disebabkan karena dalam persoalan haji menghimpun dua kemampuan, kemampuan fisik dan materi sekaligus.

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan batasan-batasan istatha‟ah. Secara umum mereka memahami istatha‟ah di dalam surat Ali Imran ayat 97, kemampuan seseorang untuk dapat sampai ke Mekah dan menunaikan haji seperti kemampuan jasmani, biaya dan keamanan.

Orang dikatakan mampu (mustathi‟) ialah orang yang mampu melakukan ibadah haji dengan bekalnya pulang pergi, upah sopir yang aman baginya, dan ongkos sewa atau harga kendaraan jika jarak dari tempatnya sampai Makkah mencapai 2 marhalah, atau kurang waktu dari itu tetapi tidak kuat berjalan kaki, Selain itu ada juga biaya belanja orang yang ditinggalkan olehnya sampai dia pulang37 maka Jika seseorang yang pergi haji tidak memiliki harta yang cukup, maka itu tidak bisa dikatakan mampu, walaupun

36

Muhammad Najmuddin Zuhdi, 125 Masalah Haji, h, 60-64.

37


(41)

seseorang rela melakukan berhutang demi melaksanakan ibadah haji, karena dalam sebuah hadis Nabi menjelaskan yaitu:

(

38

Artinya :“jiwa orang mukmin itu bergantung pada hutangnya sampai hutang tersebut terbayar.”

Istitha‟ah ibadah haji tidak hanya dengan bekalnya saja akan tetapi berdasarkan jasmaninya berdasarkan riwayat ‗Abdullah Ibnu ‗Abbas

ٔ

.

Artinya:“ dari abdullah bin abbas RA, dia berkata, “Al Fadhl bin Abbas pernah pergi bersama Rasulullah. tiba- tiba ada seseorang

perempuan dari khats‟am mendatangi beliau untuk meminta fatwa.

Al- Fadhl memandang perempuan itu dan perempuan itupun memandangnya.lalu rasulullah memalingkan wajahnya Al Fadhl kea

rah yang lain. Perempuan itu bertanya,“wahai Rasulullah!

Istitha‟ah menurut kesehatan bagi seorang lansia (lanjut usia) yang tidak mempunyai kemampuan untuk duduk lama di dalam kendaraan atau di

38

Muhammad ibnu Isa Ibnu Sauroh Ibnu al dhahak al julami al Buqhni al-Tirmidzi, Al-jami‟u

shahih Sunan Al-Tirmidzi, Juz, 4, (Beirut : Dar Ihya al Tarath al-Arabi.t.t) h, 352.

39


(42)

perjalanan, boleh mewakilkan hajinya kepada orang lain.40 Diriwayatkan dalam hadis shahih :

ٔ

.

Artinya :“dari abdullah bin abbas RA, dia berkata, “Al Fadhl bin Abbas pernah pergi bersama Rasulullah. Tiba-tiba ada seseorang

perempuan dari khats‟am mendatangi beliau untuk meminta fatwa. Al- Fadhl memandang perempuan itu dan perempuan itupun memandangnya. Lalu rasulullah memalingkan wajahnya Al Fadhl kea rah yang lain. Perempuan itu bertanya“wahai Rasulullah! sesungguhnya ibadah haji yang diwajibkan oleh Allah kepada hamba-hambanya telah berlaku atas ayahku yang sudah tua, namun dia tidak kuat berada di atas kendaraan, apakah aku boleh menunaikan haji untuk menggantikannya? Rasulullah menjawab“Ya Boleh” peristiwa itu pun pada waktu haji wada”. Istitha‟ah bagi perempuan, hendaknya ia berjalan bersama dengan mahramnya, bersama-sama dengan suaminya, atau bersama-sama dengan perempuan yang dipercayai. Sebagaimana dalam hadis yang telah diriwayatkan ibnu abbas :

41

Al-Hafiz ibin Hajar Al- Asqolani, Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam, No, 732, h. 143.

42


(43)

Artinya : “Dari ibnu abbas, nabi Muhammad Saw, berkata,“tidak boleh bagi perempuan berpergian selain beserta mahramnya, dan tidak pula boleh bagi laki- laki mendatangi perempuan itu selama apabila ia

beserta mahramnya,“bertanya seseorang laki-laki,” ya rasulullah, sesungguhnya saya bermaksud akan pergi berperang, sedangkan

istriku bermaksud akan pergi haji,” jawab Rasulullah saw, “

pergilah bersama- sama dengan istrimu )naik haji (. )riwayat bukhari(

Istitha‟ah bagi orang yang berkuasa mengerjakan haji yang bukan dikerjakan oleh yang bersangkutan, tetapi dengan jalan menggantinya dengan orang lain, Misalnya haji orang yang sudah meningal, pada masa hidupnya telah memenuhi syarat wajib haji (bernadzar) maka hajinya wajib dikerjakan oleh orang lain. Tentunya semua ongkos pergi haji diambil dari harta peninggalannya sebelum dibagi.43

Sebagaimana sabda Rasulullah :

Artinya : “Dari ibnu Abbas, “sesungguhnya perempuan dari kabilah jubainah telah datang kepada Nabi Saw. Katanya,“ sesungguhnya ibuku telah bernadzar akan pergi haji, tetapi dia tidak pergi sampai dia mati,

apakah saya boleh kerjakan haji untuk dia, ? jawab Nabi, “ ya boleh “ kerjakanlah olehmu hajinya, bagaimana pendapatmu kalau ibimu sewaktu mati meninggalkan utang, bukankah engkau yang membayarnya? Hendaklah kamu bayar hak Allah, sebab hak Allah

itu lebih utama untuk dipenuhi.”

43

Sulaiman rajid, fiqih Islam, cet, 41, (Bandung : sinar baru Algensindo,1994), h. 250.

44


(44)

35

CIAMPEA BOGOR A. Sejarah Arisan Haji

Bagi setiap orang Islam yang sudah mampu, beribadah haji hukumnya wajib. Berhaji berarti berupaya menyempurnakan posisi kehambaan di hadapan Allah SWT. Maka siapa pun yang ingin berhaji hendaklah ia mempersiapkan dirinya untuk memenuhi kebutuhannya untuk berhaji, baik dari segi material mau pun spiritual. Ketika membicarakan haji sebagai salah satu rukun Islam yang kelima bagi orang yang sudah mampu melaksanakannya. Mampu atau

istitha‟ah merupakan salah satu syarat melaksanakan ibadah haji. Maka kata mampu inilah yang menjadi permasalahan yang masih diperdebatkan. Kemudian ketika biaya ibadah haji menjadi permasalahan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, dikarenakan ONH (Ongkos Naik Haji) dari tahun ke tahun bertambah mahal, maka disuatu masyarakat, munculah suatu sistem, yakni haji dengan sistem arisan.45

Haji sudah menjadi cita-cita umat Islam pada umumnya. Maka, akhirnya banyak yang ingin menjalankan ibadah haji meski dengan segala resiko dan dengan menempuh cara apapun. Karena ibadah yang dilakukan di tanah suci

45

http://digilib.uin-suka.ac.id/ -uinsuka--wahyurinau-3793, diakses pada tanggal 27


(45)

sangat utama dibanding di tempat-tempat lainnya. Kerinduan untuk datang kesana tidak tergantikan oleh apapun. karena ibadah haji mempunyai nilai spiritual dan kemanusiaan yang luar biasa.

Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan sistem arisan. Dengan memperhatikan hal tersebut di Desa Kideung Ilir Ciampea Bogor terdapat segolongan masyarakat yang mengadakan Arisan Haji yang diberi nama Ikatan Arisan Haji (IKAH), yang bertujuan untuk mempermudah pemberangkatan haji.

Arisan haji telah berdiri selama kurang lebih 16 tahun, yaitu tepatnya pada Tahun 1998 yang mana pada saat itu dipimpin oleh Dedeh. dan telah beberapa kali angkatan. Awal mulanya terbentuk arisan haji ini karena banyaknya ibu– ibu pengajian yang sering mengikuti pengajian mingguan kemudian terbentuklah sebuah ide untuk mengadakan arisan, akan tetapi karena forum ini Islami, jika arisan sehari-hari itu sudah banyak di kalangan rumahan, maka terbentuklah arisan, tetapi hanya untuk biaya pergi haji, karena banyaknya ibu-ibu yang berusia lanjut yang berminat pergi haji, dan kebanyakan ibu-ibu–ibu ini ingin secara mencicil uang tersebut dengan secara menabung lewat arisan, karena dengan melalui cicilan tersebut semuanya bisa mempermudah bagi orang yang akan pergi haji.

Dengan demikian itu setelah beberapa bulan maka disepakatilah ide tersebut dan kemudian berdasarkan kesepakatan bersama dibentuklah sebuah organisasi guna untuk mengelolah atau mengurus uang arisan dalam praktek arisan haji tersebut, agar arisan haji itu berjalan sebagaimana mestinya, semua


(46)

dilakukan berdasarkan kesepakatan anggota arisan, baik dari bembentukan oreganisasi, cara pelaksanaannya, waktu yang ditentukan, biaya yang disepakati, dan waktu kapan arisan akan tutup buku, semua dibicarakan bersama-sama antara anggota arisan haji dan pengurus arisan.46

B. StrukturOrganisasi

Di dalam sebuah ikatan arisan tentu membutuhkannya pengurus yang bertanggung jawab terhadap peserta anggota yang mengikuti arisan tersebut, dalam praktek arisan yang terletak di Desa Kideung Ilir ini tidak banyak menggunakan pengurus hanya cukup dengan Pembina, Ketua, Sekertaris, dan Bendahara saja. Sebagaimana yang penulis gambarkan sebagai berikut.

Tabel I. StrukturKepengurusanArisan Haji :

46

Wawancara dengan Dewi Ketua Arisan Haji ( IKAH ), Sabtu, 17, Mei 2014, di Pondok Pesantren Darussolihin, ciampea, Bogor

PEMBINA H.DEDE

KETUA H. DEWI SEKERTARIS

IBU ENDAH

BENDAHARA IBU IYOS


(47)

Tabel II. Tabel Anggota-anggota arisan Haji :

NO

NAMA

ALAMAT

PEKERJAAN

1. Gunawan Ciampea Karyawan

2. Fiqri Ciampea Wiraswasta

3. Roni Ciampea Guru

4. Asep Saefudin Ciampea PNS

5. Jajat Bojong, Ciampea PNS

6. Aminah Bojong, Ciampea Guru

7. Jajang Bojong, Ciampea Wiraswasta

8. Maemunah Ciampea Ibu Rumah Tangga

9. Yanwar Bojong Ciampea Wiraswasta

10. Maesaroh Ciampea Ibu Rumah Tangga

11. Sakinah Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

12. Yuni Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

13. Emi Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

14. Nuraini Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

15. Siti Masitoh Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

16. Nur Khafifah Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

17. Hanifah Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

18. Nenti Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

19. Sanih Bojong, Ciampea Guru

20. Mutmainah Bojong, Ciampea Karyawan swasta

21. Gufron Bojong, Ciampea Karyawan swasta

22. Nur Ahmad Bojong, Ciampea Guru

23. Adnan Bojong, Ciampea Wiraswasta

24. Asep Saifullah Bojong, Ciampea PNS

25. Deni Ciampea PNS

26. Rifqi Ciampea PNS

27. Arini Ciampea Pedagang

28. Indah Lestari Ciampea Pedagang

29. Dira Ciampea PNS

30. Dwi Khoiriyah Ciampea PNS

31. Eka Jayanti Ciampea Guru

32. Abdul Ghani Ciampea Guru

33. Siti Maesaroh Ciampea Karyawan Swasta

34. Muinah Ciampea Karyawan Swasta

35. Siti Bareroh Ciampea Karyawan Swasta

36. Amih Ciampea Karyawan Swasta


(48)

38. Cicih Ilir Ciampea Pedagang

39. Zaenuddin Ilir Ciampea Buruh

40. Zainal Ciampea Buruh Harian Lepas

41. Dimyati Ciampea PNS

42. Siti Barkah Ciampea PNS

43. Mustaqim Ciampea Petani

44. Siti Aisyah Bojong, Ciampea Petani

45. Siti Sa‘adah Bojong, Ciampea Pedagang

46. Ridwan Bojong, Ciampea Pedagang

47. Mahmudah Ilir Ciampea Buruh

48. Maulidah Ilir Ciampea Guru

49. Siti Hanna Ilir Ciampea Petani

50. Yusuf Ilir Ciampea Wiraswasta

51. Dodi Ahmad Ilir Ciampea Wiraswasta

52. Mansyur Ciampea Wiraswasta

53. Yayan Ciampea Pedagang

54. Yayah R Ciampea Pedagang

55. Muhamad Arifin Ciampea Buruh

56. Nurul Bojong, Ciampea Karyawan

57. Asnah Ilir Ciampea Petani

58. Dewi Ciampea Ibu Rumah Tangga

59. Kurnia Bojong, Ciampea Ibu Rumah Tangga

60. Kurniawan Bojong, Ciampea Karyawan

61. Afandi Ciampea Karyawan

62. Ruhayati Ciampea Ibu Rumah Tangga

63. Robby Ciampea Karyawan swasta

64. Sarah Marhamah Ilir Ciampea Pedagang

65. Uswatun. H Ciampea Ibu Rumah Tangga

66. Mona Ciampea Karyawan

67. Sarifah Ciampea Ibu Rumah Tangga

68. Sari‘ah Ciampea Petani

69. Marpuah Ilir Ciampea Petani

70. Unih Bojong, Ciampea Ibu Rumah Tangga

C. Tata Cara Pelaksanaan Arisan Haji

Arisan Haji yang diadakan oleh para anggota (IKAH) ini, dilaksanakan seperti arisan–arisan pada umumnya dengan menyetorkan sejumlah uang yang


(49)

telah ditentukan, dalam setiap waktu yang telah ditentukan pula47 Setiap bulannya para anggota Arisan berkumpul guna menghitung jumlah uang yang berhasil dikumpulkan. Setelah diketahui, bahwa uang yang berhasil dikumpulkan sudah terkumpul dengan jumlah yang ditentukan maka dilakukan undian untuk mengetahui siapa saja anggota Arisan yang berhak mendaftarkan ibadah haji. Anggota Arisan yang berhasil memenangkan undian yang dilakukan secara terbuka sesuai dengan cara-cara yang lazim dilakukan dalam undian arisan yang telah disepakati bersama, berhak mendaftarkan ibadah haji kepada pihak yayasan dengan biaya yang telah dikumpulkan dari Arisan tersebut, sekalipun pada hakikatnya uang simpanan pemenang undian tersebut belum mencapai BPIH yang ditetapkan pemerintah.

Akan tetapi arisan haji ini tidak hanya diperuntukan pergi haji saja melainkan keperluan lainnya diantaranya, membuat rumah bagi yang belum memiliki rumah dan lain sebagainya, semua itu diserahkan kepada peserta arisan masing-masing.48 Karena pendapatan uang dari arisan haji tersebut terbilang tinggi dengan berjumlah Rp. 70.000.000,00.- maka tentu peserta arisan sangat luas untuk memakai uang tersebut, jika belum memiliki rumah bisa dibayarkan untuk membuat rumah dan sisanya bisa digunakan untuk biaya haji karena masing-masing anggota arisan mendapatkan biaya yang lebih dari

47

Wawancara dengan Dewi selaku Ketua Arisan Haji ( IKAH ).

48

Wawancara pribadi dengan Asnah selaku peserta arisan haji (IKAH), Sabtu, 17, Mei 2014, di Pondok Pesantren Darussolihin, Ciampea, Bogor.


(50)

Ongkos Biaya Perjalanan Haji.

Jumlah uang yang diterima oleh pemenang undian untuk membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dengan jumlah uang tabungan yang disimpannya pada arisan, merupakan hutang (pinjaman) kepada para anggota arisan yang harus dibayarnya secara berangsur-angsur melalui tabungan tiap bulan sampai jumlah hutangnya terlunasi.

Apabila salah seorang peserta arisan tidak menyetorkan setoran tepat waktu perbulannya maka dari pihak penyelenggara menggantikan atau menghendel peserta yang tidak menyetorkan bulanannya tersebut.

Apabila seseorang yang telah memenangkan giliran arisan tersebut telah meninggal sebelum setorannya itu terlunasi, maka pihak ahli warislah yang melanjutkan cicilan tersebut.49 Hal ini sering terjadi di dalam praktek arisan haji di Desa Kideung Ilir Ciampea ini. Akan tetapi selama ini hal itu dapat diatasi bersama oleh para anggota arisan haji. Begitu juga para setiap anggota arisan dan pengurus berada di Daerah dan lingkungan dekat, Maka dengan begitu jika terjadi peristiwa yang tidak di inginkan terjadi, sangat kecil peluang untuk tidak bertanggung jawab dengan tugasnya tersebut, karena semua pihak anggota maupun pengurus sudah mengetahui latar belakang keluarganya masing-masing, sehingga menjadi kemungkinan kecil jika salah seorang peserta atau pengurus arisan akan melarikan diri.

49

Wawancara dengan ibu Asmanah Anggota Arisan Haji (IKAH), Sabtu, 17, Mei 2014, di Pondok Pesantren Darussolihin, Ciampea, Bogor.


(51)

Selanjutnya pada tiap bulan dilakukan pengundian arisan haji secara berangsur-angsur, sehingga seluruh anggota mendapatkan giliran arisan tersebut. dan Tiap bulan juga dilakukan pula pendaftaran anggota pemberangkatan haji bagi yang telah mendapatkan giliran arisan tersebut, tentu, hal ini terus berajalan sampai semua anggota arisan haji mendapatkan giliran sehingga di daftarkan untuk pergi melaksanakan ibadah haji ke tanah suci.

Selain itu seluruh anggota harus mengikuti perkumpulan arisan haji perbulannya berdasarkan kesepakatan yang telah ditentukan untuk menyetorkan setoran perbulan dan membayar konsumsi sebesar Rp. 20.000.00-./ bulannya. Biasanya perkumpulan ini tidak hanya dilakukan untuk kepentingan arisan saja tetapi, semua anggota arisan disamping untuk membayar iuran atau setoran perbulan tapi diajak untuk mengikuti pengajian yang diadakan dari yayasan tersebut guna disamping bersilaturahmi dan juga dapat menuntut ilmu dengan medengarkan tausiah atau ceramah agama dari para ustadz setempat.

Begitu juga apabila salah seorang peserta arisan meminta ingin mendapatkan giliran karena waktu perberangkatan sudah tiba, maka para pihak pengurus mengumpulkan para peserta untuk membicarakan atau untuk bermusyawarah apakah setuju atau tidak. Tentu hal itu berdasarkan kesepakatan bersama.50

50

Wawancara dengan Asmanah selaku Anggota Arisan Haji (IKAH). Sabtu, 17, Mei 2014, di Pondok Pesantren Darussolihin, Ciampea, Bogor.


(52)

D. Manfaat Arisan Haji

Banyak sekali manfaat yang diperoleh dari kalangan anggota arisan haji tersebut, yang mana masing-masing berpendapat tidak jauh berbeda mengungkapkan manfaat-manfaat yang diperoleh mereka dari pelaksanaan arisan haji, Yaitu diantaranya sebagai berikut51:

a. Mempermudah untuk mencapai ibadah haji

b. Mempererat tali silaturahmi dengan orang-orang yang tadinya tidak kenal menjadi kenal dengan orang-orang yang beda daerah

c. Ingin menyambung tali silaturahmi yang luas d. Menabung untuk biaya ibadah haji

e. Karena setiap pertemuan arisan diadakannya pengajian rutin maka bagi peserta arisan manfaatnya yaitu untuk Menyambung tali silaturahmi dengan guru-guru ngaji.

E. Pelaksanaan Arisan Haji

1. Pertemuan Rutin dan Pengajian

Agar pelaksanaan Arisan Haji berjalan lancar dan tidak ada kendala para pihak pelaksana dan anggota mengadakan suatu pertemuan khusus untuk penyetoran setoran perbulannya demi mencegah adanya tunggakan, biasanya pertemuan ini bersifat keagamaan karena di samping dengan penyetoran uang arisan dan juga sekaligus menyambung tali siraturahmi dengan mengadakan

51


(53)

pengajian-pengajian ibu–ibu baik itu anggota ataupun ibu-ibu lainnya yang tidak termasuk anggota arisan haji.

Pertemuan ini merupakan suatu upaya agar terkumpulnya jumlah setoran perorang beserta pengumpulan buku tabungan peranggota masing-masing. Ada pun waktu pertemuan rutin yang diadakan oleh IKAH yaitu sebulan 1 kali pertemuan dan biasanya itu terletak pada minggu kedua. Akan tetapi, jika salah seorang anggota berhalangan hadir, maka diwajibkan menitipkan kepada salah seorang tetangga atau pun mengantarkan kepada salah satu pengurus Arisan tersebut.52

Di samping pertemuan ini untuk kebutuhan arisan sekaligus untuk memperdalam ilmu agama karena arisan haji ini dibangun di dalam pengurus pondok pesantren, Jadi sangat erat pertalian siraturahmi yang dijalin oleh para anggota arisan tersebut.

2. Proses Pengundian Nama

Dalam pelaksanaan arisan haji ini adanya pengundian nama– nama bagi para anggota yang belum mendapatkan giliran, Adapun cara pengundian di sini ada dua macam yaitu :

a) Secara dikocok, pengundian secara dikocok ini pada umumnya tidak jauh berbeda dengan arisan– arisan lainnya, Para anggota yang belum mendapatkan giliran dikocok pada waktu perkumpulan itu

52

Wawancara dengan Dewi ketua Arisan Haji (IKAH), Sabtu, 17, Mei 2014, di Pondok Pesantren Darussolihin, Ciampea, Bogor.


(54)

berlangsung dan jika setelah hasil kocokan itu keluar dan terdaftar nama–nama orang tersebut telah muncul, maka dialah yang berhak mendapatkan giliran. Hal ini berdasarkan kesepakatan bersama pada awalnya jadi sistem dikocok ini tidak ada paksaan sebelumnya.

b) Secara meminta, yang dimaksud pengundian meminta ini adalah, pengundian secara diminta lebih dulu oleh salah satu anggota arisan yang ingin lebih dulu mendapatkan giliran, biasanya pengundian ini dibicarakan dari jauh– jauh hari sebelum waktu pengocokan tiba, dan biasanya pengocokan ini biasa terjadi berdasarkan persetujuan seluruh anggota, yang mana persetujuan ini diperoleh dari hasil rapat atau musyawarah perkumpulan arisan sebelumnya. Jika hasilnya setuju maka pengundian dikabulkan, jika tidak setuju maka pengundian akan tetap diundi secara dikocok.53

3. Pendaftaran sebagai Calon Jamaah Haji

Anggota arisan haji ini melakukan pendaftaran haji melalui lembaga yang bekerja sama dengan arisan yaitu lembaga Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIH), peserta yang telah mendapatkan giliran arisan, maka langsung mendaftarkan diri untuk menjadi calon haji dengan mendaftarkan ke lembaga KBIH tersebut sesuai biaya yang telah ditentukan oleh pihak yayasan. Adapun

53

Wawancara dengan Dewi ketua Arisan Haji (IKAH). Sabtu, 17, Mei 2014, di Pondok Pesantren Darussolihin, Ciampea, Bogor.


(55)

persyaratan untuk pendaftaran biaya haji dari lembaga KBIH ini adalah sebagai berikut :

a. Photo copy KTP b. Surat Kartu Keluarga c. Surat Pernyataan d. Surat Kesehatan e. Buku Nikah

f. Rekening Haji Saldo >< 30 juta54 4. Tutup Buku atau Pengajian Pamitan Haji

Arisan haji biasanya mengadakan pengajian pamitan, guna untuk saling mempererat tali silaturahmi, dan untuk memberikan kesempatan saling maaf memaafkan antara anggota arisan dan pengurus arisan. Karena, dengan pengajian pamitan ini, berarti bahwa arisan haji telah selesai, maka segala kegiatan arisan telah selesai, tentu hal ini terjadi apabila telah selesai seluruh anggota arisan mendapatkan giliran,55dan sekaligus membicarakan rencana pembukaan buku baru untuk arisan haji berikutnya.

54

Wawancara dengan Milah kariawan (KBIH) Sabtu, 17, Mei 2014, di Pondok Pesantren Darussolihin, Ciampea, Bogor.

55

Wawancara dengan Dewi Ketua Arisan Haji (IKAH), Sabtu, 17, Mei 2014, di Pondok Pesantren Darussolihin, Ciampea, Bogor.


(56)

47

DI DESA KIDEUNG ILIR, CIAMPEA BOGOR

A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Arisan Haji

Bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat ibadah haji dari segi fisik dan materil, maka wajib baginya untuk menunaikan ibadah haji. Berhaji berarti berupaya menyempurnakan posisi kehambaan di hadapan Allah Swt. Syarat wajib haji adalah sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh seseorang sehingga dia diwajibkan untuk melaksanakan haji, dan barang siapa yang tidak memenuhi salah satu dari syarat-syarat tersebut, maka dia belum wajib menunaikan haji. Syarat-syarat tersebut ada lima56. Yaitu : Islam, Berakal, Balig, Merdeka, dan Mampu.57

Mampu disini yaitu memiliki arti sebagai berikut :

1. Mampu fisik, kondisi badan sehat, dan bebas dari berbagai penyakit yang dapat menghalangi tatacara ibadah haji, Tidaklah wajib bagi seseorang yang sudah tua dan sakit yang berat untuk melaksanakan ibadah haji. Tetapi bisa dikatakan wajib apabila dengan jalan menggantikannya, tentu harus dengan harta yang cukup serta mampu

56

Quraish Shihab, Haji dan Umroh, (Jakarta: Lentera Hati, 2012), h, 218

57


(57)

membayar ongkos terhadap orang yang akan menggantikan ibadah haji tersebut,58

2. Memiliki perbekalan yang cukup dalam perjalanan, baik untuk masa

mukim (menginap) dan saat kembali kepada keluarganya, tentu biaya tersebut diluar kebutuhan-kebutuhan pokok, seperti tanggungan utang dan nafkah untuk keluarga dan orang-orang yang berada dalam tanggungannya.

3. Kemampuan yang lain adalah berkaitan dengan keamana dalam perjalanan, tempat yang dituju, serta tempat dan waktu pelaksanaan ibadah hingga kembali menemui keluarga. Keamanan keluarga yang ditinggal pun, menjadi pertimbangan, jangan sampai karena anda tinggalkan mereka menderita

Mampu atau istitha'ah merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan ibadah haji. Di antara makna istitha‟ah bagi orang yang hendak pergi haji adalah kemampuan dalam hal harta, baik harta sebagai biaya keberangkatan dan keperluan pada saat haji, juga untuk keluarga yang ditinggal. Tidak dibenarkan seseorang pergi haji, tetapi meninggalkan keluarganya dalam keadaan kelaparan dan melarat. Hingga dikemudian hari menjadi beban hidup baginya dan keluarganya.

58


(1)

Bagaimana struktur organisasi arisan Haji ?

Responden : “saya tidak banyak-banyak hanya terdiri dari pembinaa ibu Hj. Dedeh, ketua saya, ibu Hj. Dewi, sekertaris ibu Endah, bendahara ibu Iyos.

Apa saja tugas-tugas pengurus ?

Responden : “tidak ada yang terstruktur, hanya saja tugasnya mengumpulkan buku tabungan, memegang uang, dan menentukan kocokan siapa yang akan mendapatkan giliran, serta mendaftarkan pemberangkatan Haji ke pada Yayasan.

Berapa banyak jumlah peserta yang ikut Arisan Haji ? Responden : “semua berjumlah 70 orang”

Siapa saja dan dari mana sajakah pesertra arisan haji ?

Responden : “dari Bogor Ciampea. Semua peserta arisan haji berasal dari kecamatan Ciampea, dan walaupun itu dari jauh tapi tetep sodaranya di Ciampea”.

Kapan diadakan pertemuan arisan haji ?

Responden : “1 bulan sekali dan itu biasanya pada minggu ke dua”.

Berapa jumlah setoran yang harus dikeluarkan dalam pelaksanaan arisan haji ini?

Responden :“semua peserta menyetorkan dengan jumlah Rp.1.000.000,00-/orang.” Sejauhmana ibu mengetahui arisan haji menurut hukum islam ?

Responden :“saya sudah menanyakan sama ustadz sebelumnya, dan itu hukumnya boleh, karena bertujuan untuk mempermudah pergi haji.”

Sejauhmana ibu mengetahui arti istitha’ah ?


(2)

anggota arisan tidak akan sanggup membayar perbulan sebesar 1.000.000.00” Bagaimana penentuan terhadap siapa yang akan mendapatkan giliran arisan haji ?

Responden :“secara dikocok apabila ada yang meminta dan niatnya untuk berangkat haji tahun ini maka langsung dikasihkan tetapi dengan hasil musyawarah dengan anggota dan pengurus arisan”.

Kebijakan apa jika salah satu peserta arisan itu mogok dalam pembayaran setoran?

Responden :“Alhamdulilah tidak ada yang terjadi seperti itu sampai sekarang, tetapi jika terjadi seperti itu, maka itu akan dihendel dahulu oleh ketua.”

Bagaimana jika peserta yang telah mendapatkan arisan tetapi meninggal dunia? Responden : “hal itu pernah terjadi tapi berdasarkan kesepakatan bersama bahwa yang harus menggantikan itu adalah ahli waris atau pihak keluarga maka masalah seperti ini bisa teratasi sampe sekarang.”

Ketentuan-ketentuan apa sajakah yang harus dipatuhi oleh peserta dan pengurus ?

Responden :“ didalam arisan haji ini tidak ada perjanjian tertulis hanya saja harus membayar tepat waktu perbulannya dan bertanggung jawab.”

Bagaimana system kerja arisan haji ini ?

Responden : “pada dasarnya seperti arisan biasa kita perbulan menyetorkan uang dengan jumlah yang ditentukan kemudian setelah pengumpulan uang maka pengocokan arisan siapa yang menapatkan giliran, setelah itu jika sudah ditentukan


(3)

siapa yang mendapatkan giliran kemudian uang tersebut bisa dipergunakan untuk pendaftaran arisan haji oleh peserta yang mendapatkan giliran tersebut. Didaftarkannya ke yayasan disini sesuai biaya pendaftaran tahun ini”.

Apakah ketika pengocokan arisan jika seseorang yang ingin pergi terlebih dahulu ada dana tambahan ?

Responden : “tidak ada karena itu berdasarkan kesepakatan bersama”

Biaya haji biasanya tiap tahunnya naik, nah apakah biaya arisan ini tiap tahunbnya berbeda ?

Responden : “ tidak. Karena kami mendpatkan uang tidak hanya untuk pergi haji saja tapi bisa digunakan untuk yang lainnya jika tiap tahunnya biaya haji naik 2.000.000,- itu masih terdapat sisa karena satu orang peserta menapatkan 70.000.000,- / peserta. Jadi, uang tersebut tidak kurang dari ongkos haji bahkan ada sisa buat yang lainnya.”

Bagaimana jika pelaksanaan tutup buku ?

Responden : “jika semua peserta arisan haji ini sudah mendapatkan arisan maka semua kita tutup buku dengan cara biasanya dikumpulkan buku tabungannya dan ada pengajian penutupan disertai dengan ceramah agama dan saling maaf memaafkan.”


(4)

Nama :Asnah Tempat, tanggal, lahir : Bogor, 06 april 1953 Jabatan : sebagai peserta arisan haji

Alamat : Desa Kideung Ilir RT.003 RW.02. Ciampea, Bogor

Apa alasan ibu mengikuti arisan haji ?

Responden :“ingin menabung biar bisa berangkat haji”. Apa manfaat buat ibu telah mengikuti arisan haji ?

Responden : “silaturahmi, banyak temen, kenal sama guru-guru,” Apakah ibu tau, bagaimana arisan haji dalam islam ?


(5)

Nama :Asmanah Tempat, tanggal, lahir : Bogor, 18 mei 1965

Jabatan : sebagai peserta arisan haji

Alamat : Desa Kideung Ilir RT.003 RW.02. Ciampea, Bogor.

Apa alasan ibu mengikuti arisan haji ?

Responden :“ nabung biar bisa berangkat terus biar bisa bangun rumah” Apa manfaat buat ibu telah mengikuti arisan haji ?

Responden : “silaturahmi, banyak temen yang tadinya tidak kenal jadi kenal, terus kenal sama guru-guru ngaji.

Apakah ibu tau, bagaimana arisan haji dalam islam ? Responden :“boleh saja kan niatnya buat pergi haji”.


(6)

Nama :Milah Tempat, tangal, lahir : Bogor, 28 Desember 1980 Jabatan : sebagai kariawan Yayasan (KBIH)

Alamat : Desa Kideung Ilir RT.003 RW.01. Ciampea, Bogor.

Bagaimana prosedur pendaftaran arisan haji?

Responden :“pendaftaran haji disini tidak jauh seperti pendaftaran pada umumnya yayasan-yayasan lain pun sama, yaitu dengan menyetorkan jumlah uang seharga ongkos naik haji secara kontan.

Apa peran yayasan dalam arisan haji ini ?

Responden :“sebenarnya yayasan sendiri tidak ada ikut serta dalam arisan haji tersebut, hanya saja sebagai pelantara untuk membantu pendaftaran ke Departemen Agama, adapun untuk kaitannya, tidak ada kaitan jabatan atau pengelola arisan.” Apakah ibu tau, bagaimana arisan haji dalam islam ?

Responden : “ya boleh se, kan kita tujuannya buat ibadah pergi haji ke mekah”. Apa persyaratan pendaftaran untuk anggota arisan haji ?

Responden : “pada dasarnya sama saja dengan orang-orang yang berdaftar haji dengan tidak melakukan sistem arisan, yaitu dengan cara menyerahkan, poto copy KTP, Surat Kartu keluarga, Surat Pernyataan, Surat Kesehatan, Buku Nikah, Rekening Haji saldo minimal 30 juta”.