Teori Keadilan Landasan Teori
sebagai pembanding. Perbandingan bisa berupa orang di perusahaan yang sama, berbeda atau bisa pula diri sendiri di masa lampau.
Para peneliti keadilan telah secara konsisten mengidentifikasi tiga persepsi keadilan yaitu distributif, prosedural dan interaksional
menurut Colquitt et al., 2001 dalam Intan Retno Edy 2014. Prinsip distribusi adalah ketetapan atau kaidah yang menjadi pedoman untuk
membagi atau mendistribusikan sumber daya atau kesempatan. Berkaitan dengan upaya pemerataan, pada umumnya yang menjadi
perhatian utama adalah distribusi yang adil. Diasumsikan bahwa terjadinya kesenjangan yang bersumber pada distribusi sumber daya
yang kurang adil. Oleh karena itu, untuk mengurangi kesenjangan perlu
ditetapkan prinsip-prinsip
keadilan distributif.
Permasalahannya, banyak prinsip keadilan distributif yang satu dengan lainnya tidak selalu selaras. Oleh karena itu, untuk
menerapkan prinsip-prinsip yang dimaksud harus didasarkan pada berbagai pertimbangan menurut Faturochman, 2002 dalam Intan
Retno Edy 2014. Keadilan distributif adalah keadilan yang berkaitan dengan
distribusi sumber daya dan kriteria yang digunakan adalah untuk memutuskan alokasi sumber daya Tjahjono, Palupi, Dirgahayu,
2015. Keadilan distributif mencerminkan keadilan yang dirasakan mengenai bagaimana sumber daya dan penghargaan didistribusikan
atau dialokasikan Kreitner Kinicki, 2000. Keadilan distributif yang didefinisikan oleh Homans 1948 dalam Intan Retno Edy
2014 adalah tentang bagaimana seseorang membandingkan antara masukan input dengan hasil outcome. Sedangkan keadilan
distributif adalah keadilan yang dirasakan melalui pemberian imbalan yang didistribusikan diantara para karyawan Greenberg Baron,
2003. Dalam konteks kompensasi, keadilan distributif kompensasi merupakan persepsi karyawan mengenai pendistribusian imbalan
dalam organisasi yang mencakup pembayaran atau kompensasi dalam sebuah organisasi Tjahjono, 2008. Simamora 2004 dalam
Intan Retno Edy 2014 menyatakan bahwa keadilan distributif kompensasi juga harus dihubungkan antara pengorbanan input
dengan penghasilan output. Misalnya, input dari suatu jabatan ditunjukkan dari persyaratan-persyaratan spesifikasi yang harus
dipenuhi oleh karyawan yang memangku jabatan tersebut. Semakin tinggi persyaratan yang diperlukan, maka semakin tinggi pula
penghasilan output yang diterima. Output ini ditunjukkan dari upah yang diterima. Untuk itu, kompensasi baik dalam bentuk upah, gaji,
bonus atau yang lainnya harus memperhatikan prinsip-prinsip
keadilan karena keadilan merupakan pusat dari sistem kompensasi. Keadilan cenderung berhubungan positif dengan outcomes yang
berkaitan dengan evaluasi personal sebagai contoh kepuasan terhadap outcomes berupa : pekerjaan tertentu, sistem penggajian, penilaian
kinerja, dan lain-lain Tjahjono, 2008. Prinsip proporsi equity yang diajukan oleh Adams dalam
Carrel Dittrich, 1978 dalam Tjahjono, 2010 mengungkapkan bahwa keadilan distributif dapat dicapai ketika penerimaan dan
masukan atau inputs dan outcomes sebanding dengan yang diperoleh oleh rekan kerja. Jika perbandingan atau proporsinya lebih besar atau
lebih kecil, maka karyawan menilai bahwa hal tersebut tidak adil. Namun, apabila proporsi yang diterima karyawan tersebut lebih
besar, ada kemungkinan bahwa hal tersebut dapat ditoleransi atau tidak dikatakan tidak adil dibandingkan jika proporsi yang diperoleh
karyawan tersebut lebih kecil dari yang seharusnya. Disamping prinsip proporsi, ada beberapa prinsip lainnya dalam teori keadilan
distributif, yaitu sebagai berikut : a. Prinsip pemerataan equality. Prinsip ini menekankan
pada menilai alokasi outcomes kepada semua karyawan
dalam organisasi. Prinsip ini digunakan maka variasi penerimaan antar karyawan dengan lainnya relatif kecil.
b. Prinsip yang mengutamakan pada kebutuhan needs. Prinsip ini mengutamakan pada kebutuhan sebagai bahan
pertimbangan untuk
distribusi. Interpretasinya
menunjukkan bahwa seorang karyawan akan memperoleh bagian yang sesuai dengan kebutuhannya, dalam konteks
hubungan kerja. Semakin banyak kebutuhannya maka upah yang diterima akan semakin besar.
Schminke et, al, 1997 dalam Tjahjono, 2010 menyatakan bahwa dalam penelitian mengenai keadilan distributif menunjukkan
bahwa persepsi individual mengenai keadilan terhadap distribusi yang diperolehnya mempengaruhi sikap dan perilaku mereka sebagai
karyawan.