Jenis Penelitian Pengolahan dan Analisis Data Pembahasan

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat dan bidan tentang penanganan awal kegawatdaruratan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional yaitu pengamatan dilakukan sekali pada saat penelitian itu dilaksanakan. 4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli hingga November 2014.

4.2.2 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah RSUP Haji Adam Malik Medan. 4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat dan bidan yang bekerja di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Pengambilan sampel perawat sebagai responden dilakukan menggunakan metode consecutive sampling di mana semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Pengambilan sampel bidan sebagai responden dilakukan menggunakan metode total sampling dimana seluruh subjek dalam populasi yang Universitas Sumatera Utara memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian, yaitu sebanyak 30 orang. • Kriteria Inklusi o PerawatBidan yang merupakan pegawai di RSUP Haji Adam Malik Medan o PerawatBidan yang bekerja di ruang rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan o PerawatBidan yang bekerja di ruang rawat jalan RSUP Haji Adam Malik Medan • Kriteria Eksklusi o Perawat Anestesi o Perawat IGD atau yang pernah bekerja di IGD Untuk mendapatkan besar sampel perawat yang representatif, penarikan sampel dari populasi menggunakan Rumus Slovin : Dimana : n = Besar sampel minimal N = Besar populasi 629 α = Tingkat signifikansi 0.1 Universitas Sumatera Utara Dari rumus didapatkan : � = 629 1 + 629 0.1 2 n = 86,28 ≈ 90 orang Maka jumlah responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 30 orang bidan dan 90 orang perawat. 4.4 Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer Data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh melalui angket yang dibagikan kepada responden yang terpilih yang mana angket tersebut diuji validitas serta reabilitasnya terlebih dahulu sebagai instrumen penelitian. Setelah itu, angket tersebut diedarkan kepada sampel untuk menjawabnya. Beserta dengan angket tersebut, dilampirkan satu formulir yang terdiri dari: Bagian I yang merupakan lembaran inform consent yang memuatkan penjelasan tentang penelitian yang dilakukan dan permintaan persetujuan daripada responden untuk mengisi kuesioner yang dibagikan. Bagian II yang merupakan surat persetujuan dari responden yang menyatakan bahwa ia telah memahami dengan sepenuhnya tentang penjelasan yang telah diberikan tentang penelitian dan pernyataan persetujuan dari responden yang memuat tanda tangan responden.

4.4.2 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar benar mengukur apa yang diukur. Angket yang telah selesai disusun akan diuji validitasnya dengan menggunakan program SPSS. Universitas Sumatera Utara Angket penelitian telah disusun dengan jumlah pertanyaan sebanyak 21 buah. Telah dilakukan uji validitas pada 25 orang responden yang diambil dari beberapa rumah sakit umum di Medan pada bulan Agustus 2014. Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat dari pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk setiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden 25 orang adalah 0.396. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.

4.4.3 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu. Angket penelitian ini yang disusun sebelumnya telah diuji reliabilitasnya. Sampel untuk uji reliabilitas adalah 25 orang respoden dilakukan pada beberapa rumah sakit umum di Medan pada bulan Agustus 2014. Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien reliabilitas alpha pada program SPSS. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan dalam Angket Nomor Pertanyaan Total Pearson Correlation Status Alpha Status Pengetahuan 1 0.427 Valid 0.684 Reliabel 2 0.657 Valid Reliabel 3 0.495 Valid Reliabel 4 0.756 Valid Reliabel 5 0.793 Valid Reliabel 6 0.556 Valid Reliabel 7 0.530 Valid Reliabel 8 0.399 Valid Reliabel 9 0.422 Valid Reliabel 10 0.342 Valid Reliabel 11 0.685 Valid Reliabel 12 0.696 Valid Reliabel 13 0.586 Valid Reliabel 14 0.621 Valid Reliabel 15 0.494 Valid Reliabel

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Data dikumpul dan diolah secara manual dengan langkah-langkah editing, pengkodean data data coding, pemindahan data ke komputer data entering, dan pembersihan data data cleaning. Seterusnya data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisa dan pengolahan data dilakukan dengan bantuan statistical product and service solution SPSS. Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes No. 335MenkesSKVII1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang standar dengan tenaga kesehatan yang kompeten. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI pada 6 September 1991 No. 502MenkesSKIX199, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki Ruang Rawat Inap Terpadu yang dibagi menjadi dua yaitu Ruang Rawat Inap Terpadu-A Rindu-A dan Ruang Rawat Inap Terpadu B Rindu-B. Tenaga kesehatan seperti perawat dan bidan, yang merupakan responden dalam penelitian ini, bekerja tersebar di Rindu- A dan Rindu-B. Bagian tersebut merupakan lokasi pengambilan data pada penelitian ini.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perawat dan bidan di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan total responden 120 orang. Karakteristik responden yang diamati adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lamanya bekerja. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Karakteristik Perawat Bidan 90 100 30 100 Kelompok Usia 20-30 37 41.1 27 30 25 27.8 1 1.1 5 16.7 14 46.7 10 33.3 1 3.3 31-40 41-50 50 Jenis Kelamin Perempuan 90 100 0 0 30 100 0 0 Laki-laki Tingkat Pendidikan D1 0 0 57 63.3 0 0 33 36.7 2 6.7 19 63.3 7 23.3 2 6.7 D3 D4 S1 Lama Bekerja 5 tahun 29 32.2 19 21.1 38 42.2 4 4.4 3 10 9 30 12 40 6 20 5-10 tahun 11-20 tahun 20 tahun Total 90 orang 100 30 orang 100 Pada tabel 5.1. dapat dilihat dari segi usia, paling banyak perawat berada pada kelompok usia 20-30 tahun yaitu sebanyak 37 orang 41.1 dan bidan pada kelompok usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 14 orang 46.7. Sedangkan paling sedikit perawat dan bidan berada pada kelompok usia 51 tahun yaitu sebanyak 1 orang perawat 1.1 dan 1 orang bidan 3.3. Universitas Sumatera Utara Dari tabel 5.1. dapat dilihat dari segi jenis kelamin , seluruh perawat dan bidan adalah perempuan yaitu 90 orang perawat 100 dan 30 orang bidan 100. Pada tabel 5.1. dapat dilihat dari segi tingkat pendidikan, paling banyak perawat dan bidan berpendidikan D3 yaitu sebanyak 57 orang perawat 63.3 dan 19 orang bidan 31.7. Sedangkan paling sedikit perawat berpendidikan S1 yaitu sebanyak 33 orang 36.7 dan paling sedikit bidan berpendidikan D1 sebanyak 2 orang 3.3 dan S1 sebanyak 2 orang 3.3. Pada tabel 5.1. dapat dilihat dari segi lamanya bekerja, paling banyak perawat dan bidan bekerja selama 11-20 tahun yaitu sebanyak 38 orang perawat 42.2 dan 12 orang bidan 40, sedangkan paling sedikit perawat bekerja selama 20 tahun yaitu sebanyak 4 orang 4.4 dan paling sedikit bidan bekerja selama 5 tahun yaitu sebanyak 3 orang 10. 5.2. Hasil Analisis Data 5.2.1. Distribusi Jawaban Responden Menurut Pertanyaan Hasil penelitian yang diperoleh dari 15 butir pertanyaan pada kuesioner yang merupakan pertanyaan mengenai pengetahuan perawat dan bidan tentang penanganan awal kegawatdaruratan terlihat pada Tabel 5.2. Data lengkap distribusi jawaban responden untuk setiap pertanyaan dapat dilihat pada Tabel 5.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2. Distribusi Jawaban Responden Menurut Pertanyaan No Pertanyaan Perawat Bidan n n 1. Pengertian ABCDE a. Benar 81 90 29 96.7 b. Salah 9 10 1 3.3 2. Cara memastikan patensi airway a. Benar 85 94.4 29 96.7 b. Salah 5 5.6 1 3.3 3. 3 manuver tanpa alat bebaskan airway a. Benar 85 94.4 22 73.3 b. Salah 5 5.6 8 26.7 4. Kontraindikasi headtilt a. Benar 87 96.7 29 96.7 b. Salah 3 3.3 1 3.3 5. Tindakan awal sebelum periksa airway a. Benar 60 66.7 28 93.3 b. Salah 30 33.3 2 6.7 6. Penanganan awal massive haematothorax a. Benar 63 70 10 33.3 b. Salah 27 30 20 66.7 7. Cara menilai ventilasi adekuat a. Benar 73 81.1 25 83.3 b. Salah 17 18.9 5 16.7 8. Nilai saturasi oksigen yang baik a. Benar 55 61.1 18 60 b. Salah 35 38.9 12 40 9. Indikasi penggunaan plester tiga sisi a. Benar 45 50 13 43.3 b. Salah 45 50 17 56.7 10. Cairan pengganti untuk perdarahan kelas I a. Benar 44 48.9 17 56.7 b. Salah 46 51.1 13 43.3 11. Tindakan awal pasien perdarahan a. Benar 52 57.8 22 73.3 b. Salah 38 42.2 8 26.7 12. Skala Koma Glasgow paling minimal a. Benar 72 80 18 60 b. Salah 18 20 12 40 13. Cara melihat bagian punggung a. Benar 84 93.3 25 83.3 b. Salah 6 6.7 5 16.7 14. Tindakan mencegah hipotermi a. Benar 68 75.6 19 63.3 b. Salah 22 24.4 11 36.7 15. Nilai Skala Koma Glasgow sesuai kasus a. Benar 11 12.2 16 53.3 b. Salah 79 87.8 14 46.7 Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh perawat adalah pertanyaan “Kontraindikasi dalam melakukan manuver ekstensi kepala sebagai upaya pembebasan jalan napas Universitas Sumatera Utara adalah?”, yaitu sebanyak 87 orang 96.7, dan pertanyaan yang paling sedikit dijawab dengan benar oleh perawat adalah pertanyaan “KASUS-Skala Koma Glasgow berdasarkan kasus ialah?”, yaitu sebanyak 11 orang 12.2. Sedangkan untuk pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh bidan adalah pertanyaan “Primary Survey Penilaian Awal dalam penanganan keadaan gawat darurat secara berurutan meliputi?”, kemudian pertanyaan “Pada saat memeriksa apakah seseorang yang terlihat tidak sadarkan diri masih dapat bernapas atau tidak, kita dapat melakukan pemeriksaan Look, Listen and Feel. Pada saat pemeriksaan Look Melihat, salah satu yang dapat kita lihat adalah?”, kemudian pertanyaan “Kontraindikasi dalam melakukan manuver ekstensi kepala sebagai upaya pembebasan jalan napas adalah?”, yaitu sebanyak 29 orang 96.7, dan pertanyaan yang paling sedikit dijawab dengan benar oleh bidan adalah pertanyaan “Pada pasien trauma yang didiagnosa dengan hematotoraks masif, penanganan awal yang harus dilakukan adalah?”, yaitu sebanyak 10 orang 33.3. Berdasarkan hasil uji pengetahuan tersebut, maka tingkat pengetahuan diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Dari hasil penelitian, mayoritas perawat dan bidan memiliki pengetahuan tentang penanganan awal kegawatdaruratan dalam kategori cukup yaitu sebesar 43.3 perawat dan 33.3 bidan, sedangkan yang paling sedikit adalah yang berpengetahuan kurang yaitu sebesar 12.2 perawat dan 20 bidan. Sehingga, dari penelitian didapatkan tingkat pengetahuan perawat dan bidan RSUP Haji Adam Malik tentang penanganan awal kegawatdaruratan berada dalam kategori cukup. Untuk nilai mean didapati mayoritas perawat menjawab dengan skor 10.72 71.49 dan mayoritas bidan menjawab dengan skor 10.67 71.10, dan ini tergolong ke dalam tingkat pengetahuan yang cukup. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.3. Universitas Sumatera Utara

5.2.2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Penanganan Awal Kegawatdaruratan

Tabel 5.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Penanganan Awal Kegawatdaruratan Pengetahuan Perawat Bidan Frekuensi n Persentase Frekuesi n Persentase 9 Baik 39 43.3 10 33.3 Cukup 40 44.4 14 46.7 Kurang 11 12.2 6 20 Total 90 100 30 100

5.2.3. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Airway dan Cara-cara

Mempertahankan Airway Distribusi pengetahuan responden tentang airway dan cara-cara mempertahankan airway dinilai pada pertanyaan kuesioner nomor 1, 2, 3, 4 dan 5. Distribusi pengetahuan responden tentang airway dan cara-cara mempertahankan airway dapat dilihat pada Tabel 5.2 Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, terdapat sebanyak 81 orang perawat 90 dan 29 orang bidan 96.7 yang memahami dengan baik pengertian dari Primary Survey yaitu ABCDE. Dalam menilai seseorang yang tidak sadarkan diri masih dapat bernapas atau tidak, dapat dilakukan pemeriksaan Look, Listen and Feel dimana pada bagian Look, hal yang diperhatikan adalah melihat ada tidaknya gerakan naik turun dada yang simetris, dan sebanyak 85 orang perawat 94.4 serta 29 orang bidan 96.7 berhasil menjawabnya dengan benar. Selanjutnya, terdapat sebanyak 85 orang perawat 94.4 dan 22 orang bidan 73.3 yang mengetahui bahwa salah satu manuver tanpa alat bantu yang dapat digunakan dalam membebaskan jalan napas pada pasien tidak sadarkan diri adalah manuver jaw-thrust. Disamping itu, sebanyak 87 orang Universitas Sumatera Utara perawat 96.7 dan 29 orang bidan 96.7 mengetahui kontraindikasi dalam melakukan manuver ekstensi kepala yaitu risiko terjadinya cedera tulang leher. Pemahaman mengenai tindakan yang harus dilakukan sebelum menangani jalan napas ini sangatlah penting dalam rangka mencegah terjadinya cedera saraf spinal pada daerah tulang leher yang mungkin dialami pasien. Tindakan tersebut adalah imobilisasi satu garis lurus pada leher ATLS, 2009, dan sebanyak 60 orang perawat 66.7 serta 28 orang bidan 93.3 mengetahui dengan benar hal tersebut.

5.2.4. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Breathing dan Ventilasi

Distribusi pengetahuan responden tentang breathing dan ventilasi dinilai pada pertanyaan kuesioner nomor 6, 7, 8 dan 9. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang breathing dan ventilasi dapat dilihat pada Tabel 5.2. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, sebanyak 63 orang perawat 70 dan 10 orang bidan 33.3 menjawab dengan benar pertanyaan mengenai pemasangan chest-tube sebagai tindakan yang harus dilakukan dalam menangani pasien diagnosa hematotoraks masif. Penilaian ventilasi yang adekuat dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya gerakan naik turun dada pasien yang simetris saat bernapas, dan terdapat sebanyak 73 orang perawat 81.1 dan 25 orang bidan 83.3 yang mengetahui hal ini dengan benar. Dalam penatalaksanaan keadaaan open pneumothorax yang mengganggu adekuasi pasien dalam bernapas, tindakan utama yang perlu dilakukan adalah pemasangan plester tiga sisi, dan sebanyak 45 orang perawat 50 serta 13 orang bidan 43.3 berhasil menjawab dengan benar. Sebanyak 55 orang perawat 61.1 dan 18 orang bidan 60 menjawab dengan benar pertanyaan tentang nilai saturasi oksigen yang baik yaitu 95. 5.2.5. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Circulation Distribusi pengetahuan responden tentang circulation dinilai pada pertanyaan kuesioner nomor 10 dan 11. Distribusi pengetahuan responden tentang circulation dapat dilihat pada Tabel 5.2. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, terdapat sebanyak 44 orang perawat 48.9 dan 17 orang bidan 56.7 yang mengetahui dengan baik pilihan cairan yang harus digunakan ketika menghadapi pasien perdarahan kelas I. Selain mengetahui cairan pengganti yang harus dipakai, sebanyak 52 orang perawat 57.8 dan 22 orang perawat juga menjawab dengan benar tindakan utama dalam menghadapi pasien-pasien dengan keadaan perdarahan yakni menghentikan perdarahan segera dengan bebat tekan manual sambil segera mencari akses intravena untuk segera diberikan cairan.

5.2.6. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Disability

Distribusi pengetahuan responden tentang disability dinilai pada pertanyaan kuesioner nomor 12 dan 15. Distribusi pengetahuan responden tentang disability dapat dilihat pada Tabel 5.2. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, pada bagian pertanyaan mengenai Skala Koma Glasgow, terdapat 72 orang perawat 80 dan 18 orang bidan 60 yang mengetahui skala yang menunjukkan trauma paling minimal yaitu berkisar antara 13-15, sedangkan pada suatu soal kasus yang ditanyakan nilai Skala Koma Glasgow pasiennya, hanya sebanyak 11 orang perawat 12.2 dan 16 orang bidan 53.3 yang menjawab dengan benar.

5.2.7. Distribusi Pengetahuan Responden tentang ExposureEnvironment

Distribusi pengetahuan responden tentang exposureenvironmental dinilai pada pertanyaan kuesioner nomor 13 dan 14. Distribusi pengetahuan responden tentang exposureenvironment dapat dilihat pada Tabel 5.2. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, pada bagian pertanyaan tentang tindakan yang dilakukan menjelang akhir dari suatu primary survey, terdapat sebanyak 84 orang perawat 93.3 dan 25 orang bidan 83.3 yang menjawab dengan benar cara melihat bagian belakang pasien gawat darurat yaitu menggunakan metode log roll. Untuk mencegah terjadinya hipotermi, terdapat 68 Universitas Sumatera Utara orang perawat 75.6 dan 19 orang bidan 63.3 yang mengetahui bahwa pasien perlu diselimuti dengan selimut yang kering dan hangat

5.2.8. Distribusi Tingkat Pengetahuan berdasarkan Karakteristik

Responden Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden berdasarkan Karakteristik Responden Perawat 20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 50 tahun Jumlah n n n n n Baik 15 16.7 12 13.3 12 13.3 39 43.3 Cukup 18 20 13 14.4 9 10 40 44.4 Kurang 4 4.4 2 2.2 4 4.4 1 1.1 11 12.2 Bidan 20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 50 tahun Jumlah n n n n n Baik 2 6.7 8 26.7 10 33.3 Cukup 2 6.7 9 30 2 6.7 1 3.3 14 46.7 Kurang 3 10 2 3 6 20 Perawat D1 D3 D4 S1 Jumlah n n n n n Baik 28 31.1 11 12.2 39 43.3 Cukup 23 25.6 17 18.9 40 44.4 Kurang 6 6.7 5 5.6 11 12.2 Bidan D1 D3 D4 S1 Jumlah n n n n n Baik 4 13.3 5 16.7 1 3.3 10 33.3 Cukup 2 6.7 9 30 2 6.7 1 3.3 14 46.7 Kurang 6 20 5 5.6 6 20 Perawat 5 tahun 5-10 tahun 11-20 tahun 20 tahun Jumlah n n n n n Baik 13 14.4 7 7.8 18 20 1 1.1 39 43.3 Cukup 13 14.4 10 11.1 15 16.7 2 2.2 40 44.4 Kurang 3 3.3 2 2.2 5 5.6 1 1.1 11 12.2 Bidan 5 tahun 5-10 tahun 11-20 tahun 20 tahun Jumlah n n n n n Baik 1 3.3 4 13.3 5 16.7 10 33.3 Cukup 8 26.7 5 16.7 1 3.3 14 46.7 Kurang 3 10 3 10 6 20 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 5.4. dapat kita lihat bahwa mayoritas kelompok perawat yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik terdapat pada kelompok umur 20-30 tahun yaitu sebanyak 15 orang 16.7 sedangkan mayoritas kelompok bidan yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik terdapat pada kelompok umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 8 orang 26.7. Untuk karakteristik usia, belum ada penelitian yang dapat dikaitkan dengan temuan pada penelitian ini. Berdasarkan pendidikan, mayoritas perawat dengan tingkat pengetahuan yang baik berpendidikan D3 yaitu sebanyak 28 orang 31.1 sedangkan mayoritas bidan dengan tingkat pengetahuan yang baik berpendidikan D4 yaitu sebanyak 5 orang 16.7. Berdasarkan lamanya bekerja, dapat kita lihat bahwa mayoritas perawat yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik telah bekerja selama 11-20 tahun yaitu sebanyak 18 orang 20 sedangkan mayoritas bidan yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik telah bekerja selama 20 tahun yaitu sebanyak 5 orang 16.7.

5.3. Pembahasan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini adalah setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan ini dapat terjadi melalui panca indera manusia yakni melalui indra penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan Notoadmojo, 2007. Dari hasil penelitian ini, sebanyak 120 responden yang terdiri dari 90 orang perawat dan 30 orang bidan mengisi kuesioner yang menilai tentang tingkat pengetahuan dalam penanganan awal kegawatdaruratan. Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan perawat dan bidan tentang penanganan awal kegawatdaruratan berada pada kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa dari 15 pertanyaan yang diberikan, mayoritas menjawab benar sebanyak 10 pertanyaan saja. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan responden telah mendapatkan informasi yang benar baik itu dari materi kuliah di masa pendidikannya dahulu, pelatihan, seminar, informasi dari berbagai media massa seperti media elektronik, media cetak, maupun berbagai informasi dari internet, akan tetapi belum cukup mendalaminya Universitas Sumatera Utara sehingga tidak mampu menjawab dengan benar seluruh pertanyaan yang diberikan. Menurut Notoadmodjo 2011, pengetahuan dapat dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas perawat yang berpengetahuan baik berada pada kelompok usia 21-30 tahun, berpendidikan D3 dan telah bekerja selama 11-20 tahun. Sedangkan mayoritas bidan yang berpengetahuan baik berada pada kelompok usia 41-50 tahun, berpendidikan D4 dan telah bekerja selama 20 tahun. Ditinjau dari segi usia, belum ada penelitian yang dapat mendukung adanya hubungan usia dengan tingkat pengetahuan yang baik, baik pada kelompok perawat maupun bidan. Ditinjau dari tingkat pendidikan, hasil yang didapat mendukung fakta bahwa kurikulum dalam pendidikan D3 maupun D4 lebih banyak berbasis keterampilan dibandingkan materi. Keterampilan yang lebih terasah sejak dari bangku pendidikan tentu akan memberikan retensi ilmu pengetahuan yang lebih baik, sehingga tenaga kesehatan yang lulus dari pendidikan D3 dan D4 memiliki retensi ilmu pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Ditinjau dari lamanya bekerja, dalam penelitian ini, paling banyak responden yang memiliki tingkat pengetahuan kategori baik telah bekerja selama lebih dari 10 tahun untuk kelompok perawat, dan lebih dari 20 tahun untuk kelompok bidan. Keduanya melebihi jumlah responden dengan kategori tingkat pengetahuan baik yang hanya bekerja selama 5-10 tahun ataupun kurang dari 5 tahun. Menurut Ilyas et al 2014, salah satu faktor yang berperan penting dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah sedikit banyaknya frekuensi seorang tenaga kesehatan diperhadapkan dalam keadaan-keadaan gawat darurat. Dikatakan bahwa seseorang yang lebih sering menghadapi keadaan-keadaan gawat darurat di rumah sakit, tentunya akan memiliki pengetahuan yang lebih baik terlepas dari ada tidaknya riwayat mengikuti program pelatihan dalam waktu dekat. Sering tidaknya seorang tenaga kesehatan terpapar keadaan gawat darurat, salah satunya dipengaruhi oleh lamanya bekerja di rumah sakit. Namun demikian, belum ada penelitian yang juga meninjau secara pasti hubungan lamanya bekerja seorang Universitas Sumatera Utara tenaga kesehatan dengan tingkat pengetahuan yang baik dalam menangani masalah-masalah gawat darurat. Adapun Ilyas et al 2014 juga menyatakan bahwa tingkat pengetahuan responden sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya riwayat responden mengikuti kegiatan pelatihan ataupun seminar berkenaan dengan penanganan awal kegawatdaruratan. Sayangnya, di dalam penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik ini, peneliti tidak memiiki data tentang riwayat responden mengikuti kegiatan pelatihan ataupun seminar yang berkenaan dengan penanganan awal kegawatdaruratan. Sebaliknya, To 2011 dalam penelitiannya yang dilakukan di Hong Kong, menyatakan bahwa pelatihan-pelatihan standard dalam penanganan keadaan gawat darurat belum dapat dikatakan secara pasti mendukung ke arah tingkat pengetahuan yang lebih baik, disebabkan sejumlah variasi hasil dari banyaknya responden yang dibekali dengan pelatihan-pelatihan demikian menunjukkan hasil yang inkonsisten. Ada yang menunjukkan peningkatan tingkat pengetahuan, ada yang tidak menunjukkan perbedaan berarti dalam tingkat pengetahuan namun ada perubahan positif dalam sikap dan tindakan. Namun demikian, To menyatakan bahwa selalu ada keuntungan dari suatu program pelatihan dalam penanganan masalah-masalah kegawatdaruratan dan kedepannya program pelatihan seperti ini akan selalu dibutuhkan di banyak rumah sakit, sama halnya bagi rumah sakit seperti RSUP Haji Adam Malik Medan. Di dalam suatu penelitian di Pakistan, dilakukan penilaian tingkat pengetahuan tentang bantuan dasar hidup kepada 106 orang responden yang terdiri dari dokter, perawat, dan asisten-asisten tenaga kesehatan suatu rumah sakit dan hasilnya menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden berada pada tingkat pengetahuan yang cukup Ilyas et al, 2014. Pada penelitian lain yang dilakukan di suatu rumah sakit umum di Nepal, didapati bahwa rata-rata tingkat pengetahuan tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut tentang resusitasi jantung paru dan bantuan dasar hidup masih tergolong kurang. Roshana et al, 2012. Pengetahuan mengenai resusitasi jantung paru pada tenaga kesehatan yang dilakukan di suatu rumah sakit anak di Poznan, termasuk diantaranya adalah Universitas Sumatera Utara dokter umum dan perawat, dinilai cukup baik, namun terdapat kekurangan yaitu pengetahuan mereka tentang algoritma penanganan keadaan gawat darurat tidak adekuat Grzeskowiak, 2009. Perbedaan hasil berbagai penelitian tersebut bila dibandingkan dengan yang didapat pada penelitian ini, dapat disebabkan oleh perbedaan metode penelitian, perbedaan kuesioner yang digunakan dan juga perbedaan sampel yang mengikutsertakan berbagai tenaga kesehatan. Selain itu, perbedaan sistem pendidikan di berbagai tempat yang diikuti oleh berbagai tenaga kesehatan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka tentang penanganan awal kegawatdaruratan. Hal ini menjadi alasan pentingnya untuk di masa yang datang dalam menilai dan mengevaluasi tingkat pengetahuan berbagai tenaga kesehatan tentang penanganan awal kegawatdaruratan, mengingat bahwa pengetahuan yang baik akan sesuatu hal tentunya akan sangat berguna pada saat praktik secara langsung Chandrasekaran, 2010. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, mayoritas perawat maupun bidan memiliki tingkat pengetahuan pada kategori cukup. Hal ini menujukkan bahwa mayoritas responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar tidak lebih dari 75 total seluruh pertanyaan. Akan tetapi, secara persentase, jumlah responden perawat dengan tingkat pengetahuan kategori baik tidak begitu berbeda dari jumlah responden yang tingkat pengetahuannya berada pada kategori cukup, yaitu selisih sekitar 1.1 atau sebanyak 1 orang saja. Sedangkan pada kelompok responden bidan, terdapat selisih sekitar 3.4 atau sebanyak 4 orang lebih banyak yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori cukup dibandingkan dengan kategori baik. Responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang ada sebanyak 11 orang 12.2 dari kelompok perawat dan 6 orang 20 dari kelompok bidan. Hasil keseluruhan dari penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan perawat dan bidan di RSUP Haji Adam Malik tentang penanganan awal kegawatdaruratan berada pada kategori cukup. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan