memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran Triandaru dan Totok,2006 :86. Dengan ketentuan ini memungkinkan BPR untuk memilih asas kegiatan
usahanya apakah secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah Islam. BPR yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dikenal dengan
BPR dan tidak melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah. Dan sebaliknya, BPR yang melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah
dikenal dengan BPRS dan tidak melakukan kegiatan berdasarkan kegiatan berdasarkan prinsip konvensional Lubis, 2010 : 86.
Sebelum adanya BPR yang baru diatur dalam Undang – Undang RI Nomor 7 Tahun 1992, terlebih dahulu sudah ada lembaga-lembaga keuangan di pedesaan
yang mempunyai kegiatan seperti Bank Perkreditan Rakyat. Lembaga – lembaga tersebut antara lain Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa, Bank
Pegawai, Kredit Usaha Rakyat Kecil KURK. Lembaga Perkreditan Rakyat LPD, Lembaga Perkreditan Kecamatan LPK, Badan Kredit Desa BKD,
Badan Kredit Kecamatan BKK, Bank Karya Produksi Desa BKPD dan sebagainya Irmayanto dkk, 2004:103. Kemudian lembaga-lembaga keuangan
tersebut diberikan status sebaga BPR yang tata caranya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Triandaru dan Totok, 2006:87.
2.1.3. Asas, Tujuan Dan Sasaran BPR
Undang – Undang Dasar 1945 telah mengatur dan menetapkan ketentuan – ketentuan yang berkaitan dengan perekonomian. Aturan dan ketentuan ini
bertujuan agar hal – hal negatif dalam perekonomian seperti free light liberalism, etetisme dan monopoli tidak terjadi sehingga aktivitas perekonomian
Universitas Sumatera Utara
berjalan dengan baik dan sehat. Bank Perkreditan Rakyat berasaskan demokrasi ekonomi sesuai dengan aturan dan ketentuan UUD 1945. Dengan berasaskan
demokrasi ekonomi diharapkan BPR dapar berperan luas dan membantu masyarakat terutama dalam penyediaan dan penyaluran dana sehingga sejalan
dengan tujuan BPR untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional Lubis, 2010 : 89.
Dari segi tujuan, baik BPR maupun bank umum merupakan lembaga yang sama – sama menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan nasional.
Namun demikian kedua jenis lembaga keuangan ini mempunyai sasaran yang relatif berbeda karena BPR menghimpun dana dari kelompok masyarakat
berpendapatan rendah dan menyalurkannya kembali kepada kelompok pengusaha ekonomi lemah. Sasaran BPR ini lebih fokus untuk memenuhi
kebutuhan dana dikalangan petani, nelayan, peternak, pengusaha kecil, pegawai, pensiunan, peniaga dan lain – lain dimana golongan ini relatif belum sepenuhnya
terlayani oleh bank umum Lubis, 2010 : 89.
2.1.4. Kegiatan Usaha BPR
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat adalah Triandaru dan Totok, 2006 : 86 :
a Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka dan tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan simpanan tersebut.
b Memberikan kredit kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan.
Universitas Sumatera Utara
c Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI,
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank-bank lain.
d Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip
Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Di samping kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh BPR di atas,
kegiatan-kegiatan yang merupakan larangan bagi BPR sebagai berikut : a
Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
b Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
c Melakukan penyertaan modal.
d Melakukan usaha perasuransian.
e Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di
atas.
2.1.5. Izin Pendirian, Permodalan, Dan Kepemilikan BPR 2.1.5.1. Izin Pendirian