dipersamakan dengan itu dapat diberikan status sebagai BPR setelah memenuhi persyaratan dan tata cara yang ditetapkan untuk menjadi BPR dalam tempo
sampai 31 Oktober 1997. Setelah itu diterbitkan Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 dimana menetapkan defenisi dan ketentuan baru tentang BPR Lubis,2010:87.
2.1.2. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat diatur dalam dua Undang- undang perbankan yaitu Undang- Undang Perbankan RI Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang -
Undang Perbankan RI Nomor Tahun 1998. Dimana pada Undang – Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992, dinyatakan bahwa Bank Perkreditan Rakyat
adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu Irmayanto dkk, 2004 : 103. Hal ini lah yang membedakan BPR dengan bank umum dan dalam Undang – Undang tersebut dengan jelas telah
memberikan batasan aktivitas dan ruang gerak BPR. Kemudian Undang – Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 mengalami perubahan menjadi
Undang – Undang Perbankan RI Nomor 10 Tahun 1998. Dimana dengan adanya Undang – Undang Perbankan yang baru ini, eksistensi diharapkan lebih baik
sesuai kondisi dan perkembangannya Lubis, 2010 : 86. Bank Perkreditan Rakyat didefenisikan oleh Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
Universitas Sumatera Utara
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran Triandaru dan Totok,2006 :86. Dengan ketentuan ini memungkinkan BPR untuk memilih asas kegiatan
usahanya apakah secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah Islam. BPR yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dikenal dengan
BPR dan tidak melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah. Dan sebaliknya, BPR yang melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah
dikenal dengan BPRS dan tidak melakukan kegiatan berdasarkan kegiatan berdasarkan prinsip konvensional Lubis, 2010 : 86.
Sebelum adanya BPR yang baru diatur dalam Undang – Undang RI Nomor 7 Tahun 1992, terlebih dahulu sudah ada lembaga-lembaga keuangan di pedesaan
yang mempunyai kegiatan seperti Bank Perkreditan Rakyat. Lembaga – lembaga tersebut antara lain Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa, Bank
Pegawai, Kredit Usaha Rakyat Kecil KURK. Lembaga Perkreditan Rakyat LPD, Lembaga Perkreditan Kecamatan LPK, Badan Kredit Desa BKD,
Badan Kredit Kecamatan BKK, Bank Karya Produksi Desa BKPD dan sebagainya Irmayanto dkk, 2004:103. Kemudian lembaga-lembaga keuangan
tersebut diberikan status sebaga BPR yang tata caranya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Triandaru dan Totok, 2006:87.
2.1.3. Asas, Tujuan Dan Sasaran BPR