Perjanjian Pengangkutan dan Pengaturannya

BAB III KONTRAK YANG BERKAITAN DENGAN PENJUALAN PLYWOOD A. Sistem Pengangkutan Dalam Kontrak Penjulanan Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Siuitainable Timber Direct

1. Perjanjian Pengangkutan dan Pengaturannya

Pengertian “angkutan” berasal dari kata “angkut” yang berarti mengangkat atau membawa, memuat dan membawa atau mengirim. 34 Pengangkutan barang di dalam pelaksanaannya didahului dengan adanya kesepakatan antara pihak-pihak yang ingin mengadakan pengangkutan barang. Kesepakatan tersebut tertuang dalam bentuk perjanjian pengangkutan yang Dengan kata lain angkutan adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalam alat tempat pemuatan ke tempat tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang telah ditetapkan. Sedangkan pengertian pengangkutan menurut KUHD dalam Pasal 466 KUHD VA, Buku II tentang pengangkutan barang adalah : “orang yang baik karena penggunaan penyediaan kapal menurut waktu carter waktu atau penggunaan penyediaan kapal menurut perjalanan carter perjalanan, baik dengan suatu persetujuan lain, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang yang seluruhnya atau sebagian melalui lautan”. 34 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 19 Universitas Sumatera Utara akanmenimbulkan hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang berbeda dari masing-masing pihak. Mengenai pengertian perjanjian pengangkutan, tidak diberikan definisinya dalam Buku II KUHD.Perjanjian pengangkutan itu sendiri bersifat konsensuil, sehingga untuk terciptanya perjanjian pengangkutan tidak diperlukan adanya syarat tertulis. Di dalam Pasal 1320 KUH Perdata dinyatakan tentang syarat sahnya perjanjian diperlukan empat syarat : a. Sepakat mereka yang mengikat diri b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c. Suatu hal tertentu d. Suatu sebab halal Menurut H.M.N. Purwosutjipto, Perjanjian Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. 35 Sedangkan Perjanjian Pengangkutan menurut Subekti yaitu suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang 35 HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Hukum Pengangkutan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1981, hal. 2. Universitas Sumatera Utara dari suatu tempat ke tempat lain, sedangkan pihak lainnya menyanggupi akan membayar ongkos. 36 1 Asas Personalia Setiap ketentuan hukum mempunyai sistem tersendiri yang berlaku sebagai asas dalam hukum tersebut. Demikian pula halnya dalam hukum perjanjian pengangkutan, yang memiliki asas-asas sebagai berikut: ”Asas personalia atau asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat perjanjian adalah hanya untuk kepentingan perseorangan saja”. 37 36 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2010, hal. 69. 37 Salim HS, Op. Cit, 2005, hal. 13. Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 ayat 1 KUHPerdata, Pasal 1315 KUHPerdata berbunyi: “pada umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta diterapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri.” Sedangkan Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi: “persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.” Namun, ketentuan tersebut terdapat pengecualiannya, yaitu berdasarkan ketentuan Pasal 1317 KUHPerdata, yang berbunyi: “dapat pula diadakan perjanjian untuk kepentingan orang ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung syarat seperti itu.” Universitas Sumatera Utara 2 Asas konsensualisme ”Asas konsensualisme adalah bahwa perjanjian itu terjadi karena adanya kata sepakat atau kehendak mengenai isi atau pokok perjanjian”. 38 3 Asas Kebebasan Berkontrak Asas konsensualisme ini kemudian berpengaruh pada bentuk perjanjian, bahwa dengan adanya konsensualisme, perjanjian itu telah lahir atau terbentuk pada saat tercapainya kata sepakat antara para pihak sehingga tidak diperlukan formalitas lain. Asas kebebasan berkontrak Freedom of Contract diatur di dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan bahwa: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. 4 Asas Kepercayaan. ”Suatu perjanjian tidak ]]akan terwujud apabila tidak ada kepercayaan antara para pihak yang mengikatkan diri di dalamnya, karena suatu perjanjian menimbulkan suatu akibat hukum bagi para pihak yaitu pemenuhan prestasi dikemudian hari”. 5 Asas Kekuatan Mengikat. Berdasarkan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, bahwa dipenuhinya syarat sahnya perjanjian maka sejak saat itu pula perjanjian itu mengikat bagi para 38 Wiryono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur Bandung, Bandung, 1982, hal. 21. Universitas Sumatera Utara pihak.”Mengikat sebagai Undang-undang berarti pelanggaran terhadap perjanjian yang dibuat tersebut berakibat hukum melanggar undang-undang”. 6 Asas Itikad Baik Asas ini menghendaki agar suatu perjanjian dilaksanankan dengan itikad baik. Itikad baik dapat dibedakan menjadi 2 dua, yaitu: a Itikad baik pada waktu akan mengadakan hubungan hukum tidak lain adalah perkiraan dalam hati sanubari yang bersangkutan bahwa syarat- syarat yang diperlukan untuk mengadakan hubungan hukum secara sah menurut hukum sudah terpenuhi semuanya. b Itikad baik pada waktu melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari suatu hubungan hukum tidak lain maksudnya adalah itikad baik pada waktu melaksanakan perjanjian. 7 Asas Keseimbangan. Asas ini menghendaki kedua belah pihak dalam perjanjian memenuhi dan melaksanakan perjanjian itu.Salah satu pihak yang memiliki hak untuk menuntut prestasi kreditur berhak menuntut pelunasan atas prestasi dari pihak lainnya debitur, namun kreditur juga memiliki beban untuk melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik.”Jadi, kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajiban untuk memperhatikan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang”. 8 Asas Kepatutan dan Kebiasaan. Universitas Sumatera Utara Asas ini dituangkan di dalam Pasal 1339 KUHPerdata, yang menegaskan bahwa: “perjanjian tidak hanya mengikat terhadap hal-hal yang diatur di dalamnya tetapi juga terhadap hal-hal yang menurut sifatnya diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau Undang-undang”.

2. Pihak-pihak yang Terlibat di dalam Pengangkutan Barang