Tinjauan Yuridis Kontrak Penjualan Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber Direct (Studi Pada PT. Mujur Timber)

(1)

DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku.

Asyhadie, Zaeni, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia,

Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006

Badrulzaman, Mariam Darus, Perjanjian Baku (Standar) Perkembangannya di Indonesia, Alumni Bandung, 1990

Darmawan, Indra, Pengantar Uang dan Perbankan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1992

Halim, Ridwan, Hukum Perdata Dalam Tanya Jawab, Ghalia Indonesia, Jakarta. 1982

Harahap, Yahya,M, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung. 1986

Hernoko, Agus Yudha, Hukum Perjanjian: Asas Proposionalitas dalam Kontrak Komersial, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2010

HS., Salim, Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Cet. II. Sinar Grafika, Jakarta. 2004,

Kamus Hukum Belanda-Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2005

Kusumphamidjojo, Budiono, Panduan Untuk Merancang Kontrak ,Jakarta: Gramedia Widiasarana,2001


(2)

Mertokusumo, Sudikno,Penemuan Hukum (Suatu Pengantar) Liberty, Yogyakarta

1987

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991.

Nieuwenhuis, Pokok-Pokok Hukum Perikatan terjemahan Djasadin Saragih, Surabaya : Universitas Airlangga, 1985

Prodjodikoro, Wiryono,Asas-Asas Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur Bandung, Bandung, 1982

Purba, Hasim, Hukum Pengangkutan Di Laut Perspektif Teori Dan Praktek, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005

Purba, Radiks, Angkutan Muatan Laut, Rineka Cipta, Jakarta, 1997

Purwosutjipto, HMN, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Hukum Pengangkutan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1981

Rahman, Hasanuddin, Legal Drafting. Seri Keterampilan Mahasiswa Fakultas Hukum Dalam Merancang Kontrak Perorangan/BisnisBandung: Citra Aditya Bakti, 2000,

Soekanto, Soerjono, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Rajawali 1985


(3)

Subekti, Hukum Perjanjian Intermasa, Jakarta, 1996

Subekti, R, Aneka Perjanjian, Cetakan kesebelas, Citra Aditya Bakti, Bandung. 1995

Sunggono ,Bambang, Hukum dan Kebijakan Publik, Jakarta:Sinar Grafika, 1994

Syahrani, Ridwan, ,Seluk Beluk dan Azas-Azas Hukum Perdata , Alumni, Bandung.1992

Thorn , Jeremy G., Terampil Bernegosiasi, alih bahasa Edi Nugroho, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika, 2008

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta, 2004

Internet.

blogspot.com,”Alat Pembayaran Non Tunai” http://mamatumorang.blogspot.com/2014/03/alat-pembayaran-nontunai_19.html,


(4)

BAB III

KONTRAK YANG BERKAITAN DENGAN PENJUALAN PLYWOOD A. Sistem Pengangkutan Dalam Kontrak Penjulanan Plywood Antara PT.

Mujur Timber Sibolga Dengan Siuitainable Timber Direct 1. Perjanjian Pengangkutan dan Pengaturannya

Pengertian “angkutan” berasal dari kata “angkut” yang berarti mengangkat atau membawa, memuat dan membawa atau mengirim.34

Pengangkutan barang di dalam pelaksanaannya didahului dengan adanya kesepakatan antara pihak-pihak yang ingin mengadakan pengangkutan barang. Kesepakatan tersebut tertuang dalam bentuk perjanjian pengangkutan yang

Dengan kata lain angkutan adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalam alat tempat pemuatan ke tempat tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang telah ditetapkan. Sedangkan pengertian pengangkutan menurut KUHD dalam Pasal 466 KUHD VA, Buku II tentang pengangkutan barang adalah : “orang yang baik karena penggunaan penyediaan kapal menurut waktu (carter waktu) atau penggunaan penyediaan kapal menurut perjalanan (carter perjalanan), baik dengan suatu persetujuan lain, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang yang seluruhnya atau sebagian melalui lautan”.

34


(5)

akanmenimbulkan hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang berbeda dari masing-masing pihak. Mengenai pengertian perjanjian pengangkutan, tidak diberikan definisinya dalam Buku II KUHD.Perjanjian pengangkutan itu sendiri bersifat konsensuil, sehingga untuk terciptanya perjanjian pengangkutan tidak diperlukan adanya syarat tertulis. Di dalam Pasal 1320 KUH Perdata dinyatakan tentang syarat sahnya perjanjian diperlukan empat syarat :

a. Sepakat mereka yang mengikat diri

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab halal

Menurut H.M.N. Purwosutjipto, Perjanjian Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orangdari suatu tempat ke tempat tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.35

Sedangkan Perjanjian Pengangkutan menurut Subekti yaitu suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang

35

HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Hukum Pengangkutan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1981, hal. 2.


(6)

dari suatu tempat ke tempat lain, sedangkan pihak lainnya menyanggupi akan membayar ongkos.36

1) Asas Personalia

Setiap ketentuan hukum mempunyai sistem tersendiri yang berlaku sebagai asas dalam hukum tersebut. Demikian pula halnya dalam hukum perjanjian pengangkutan, yang memiliki asas-asas sebagai berikut:

”Asas personalia atau asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat perjanjian adalah hanya untuk kepentingan perseorangan saja”.37

36

Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2010, hal. 69. 37

Salim HS, Op. Cit, 2005, hal. 13.

Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 ayat (1) KUHPerdata, Pasal 1315 KUHPerdata berbunyi: “pada umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta diterapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri.” Sedangkan Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi: “persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.” Namun, ketentuan tersebut terdapat pengecualiannya, yaitu berdasarkan ketentuan Pasal 1317 KUHPerdata, yang berbunyi: “dapat pula diadakan perjanjian untuk kepentingan orang ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung syarat seperti itu.”


(7)

2) Asas konsensualisme

”Asas konsensualisme adalah bahwa perjanjian itu terjadi karena adanya kata sepakat atau kehendak mengenai isi atau pokok perjanjian”.38

3) Asas Kebebasan Berkontrak

Asas konsensualisme ini kemudian berpengaruh pada bentuk perjanjian, bahwa dengan adanya konsensualisme, perjanjian itu telah lahir atau terbentuk pada saat tercapainya kata sepakat antara para pihak sehingga tidak diperlukan formalitas lain.

Asas kebebasan berkontrak (Freedom of Contract) diatur di dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan bahwa: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. 4) Asas Kepercayaan.

”Suatu perjanjian tidak ]]akan terwujud apabila tidak ada kepercayaan antara para pihak yang mengikatkan diri di dalamnya, karena suatu perjanjian menimbulkan suatu akibat hukum bagi para pihak yaitu pemenuhan prestasi dikemudian hari”.

5) Asas Kekuatan Mengikat.

Berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, bahwa dipenuhinya syarat sahnya perjanjian maka sejak saat itu pula perjanjian itu mengikat bagi para

38

Wiryono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur Bandung, Bandung, 1982, hal. 21.


(8)

pihak.”Mengikat sebagai Undang-undang berarti pelanggaran terhadap perjanjian yang dibuat tersebut berakibat hukum melanggar undang-undang”. 6) Asas Itikad Baik

Asas ini menghendaki agar suatu perjanjian dilaksanankan dengan itikad baik. Itikad baik dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

a) Itikad baik pada waktu akan mengadakan hubungan hukum tidak lain adalah perkiraan dalam hati sanubari yang bersangkutan bahwa syarat-syarat yang diperlukan untuk mengadakan hubungan hukum secara sah menurut hukum sudah terpenuhi semuanya.

b) Itikad baik pada waktu melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari suatu hubungan hukum tidak lain maksudnya adalah itikad baik pada waktu melaksanakan perjanjian.

7) Asas Keseimbangan.

Asas ini menghendaki kedua belah pihak dalam perjanjian memenuhi dan melaksanakan perjanjian itu.Salah satu pihak yang memiliki hak untuk menuntut prestasi (kreditur) berhak menuntut pelunasan atas prestasi dari pihak lainnya (debitur), namun kreditur juga memiliki beban untuk melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik.”Jadi, kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajiban untuk memperhatikan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang”.


(9)

Asas ini dituangkan di dalam Pasal 1339 KUHPerdata, yang menegaskan bahwa: “perjanjian tidak hanya mengikat terhadap hal-hal yang diatur di dalamnya tetapi juga terhadap hal-hal yang menurut sifatnya diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau Undang-undang”.

2. Pihak-pihak yang Terlibat di dalam Pengangkutan Barang

Yang dimaksud dengan pihak-pihak dalam pengangkutan adalah merupakan para subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum pengangkutan.39

a. Pengangkutan Udara

Dikenal beberapa jenis pengangkutan barang, dibagi menjadi 5 jenis yaitu :

Pengangkutan udara adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang yang dijalankan di udara. Pasal 1 butir 13 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan menjelaskan Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.

39

Hasim Purba, Hukum Pengangkutan Di Laut Perspektif Teori Dan Praktek, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal. 11.


(10)

b. Pengangkutan Laut

Pengangkutan laut yaitu kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk penangngkutan orang atau barang yang dijalankan di laut. Yang diatur di dalam :

1) KUHD, Buku II, Bab V, tentang “Perjanjian Carter kapal”.

2) KUHD, Buku II, Bab V-A, tentang “Pengangkutan barang-barang”. 3) Pengangkutan barang-barang ini adalah merupakan suatu bentuk

pengangkutan dengan objek yang diangkut berupa barang-barang. Muatan barang lazim disebut dengan barang saja. Barang yang dimaksud adalah yang sah menurut undang-undang. Dalam pengertian barang termasuk juga hewan.

4) KUHD, Buku II, Bab V-B, tentang “Pengangkutan orang”.

5) Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menjelaskan angkutan laut merupakan angkutan di perairan. Pasal 1 butir 3 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, menjelaskan angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan atau barang dengan menggunakan kapal.

c. Pengangkutan Darat yaitu :

Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang di jalan selain daripada kendaraan yang berjalan di atas rel. Yang dapat dibagi :


(11)

1) Pengangkutan kereta api yaitu kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang yang dijalankan di atas rel.

Pasal 1 butir 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian dijelaskan Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api.

2) Pengangkutan jalan raya yaitu kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang yang dijalankan di setiap jalan dalam bentuk apapun yang terbuka untuk lalu lintas umum.

Undang-Undang yang mengatur tentang pengangkutan di jalan raya adalah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

d. Pengangkutan Perairan darat atau perairan pedalaman

Yaitu kendaraan yang biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang yang dijalankan di atas perairan seperti sungai, danau ataupun terusan-terusan. Yang diatur di dalam

1) KUHD, Buku II, Bab XIII, pasal 748 sampai dengan 754, mengenai kapal-kapal yang melalui perairan darat.


(12)

2) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di Perairan. Adapun yang menjadi pihak-pihak dalam pengangkutan menurut pendapat yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :

a) Wiwoho Soedjono menjelaskan bahwa dalam pengangkutan di laut terutama mengenai pengangkutan barang, maka perlu diperhatikan adanya tiga unsur, yaitu pengirim barang, pihak penerima barang, dan barang itu sendiri.

b) HMN Purwosutjipto mengemukakan bahwa pihak-pihak dalam pengangkutan yaitu pengangkut dan pengirim. Pengangkut adalah orang yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang lain dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Lawan dari pihak pengangkut ialah pengirim yaitu pihak yang mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan, dimaksudkan juga ia memberikan muatan.

c) Abdulkadir Muhammad menjelaskan bahwa pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan niaga adalah mereka yang langsung terkait memenuhi kewajiban dan memperoleh hak dalam perjanjian pengangkutan niaga. Mereka adalah pengangkut yang berkewajiban pokok menyelenggarakan pengangkutan dan berhak atas biaya angkutan, pengirim yang berkewajiban pokok membayar biaya angkutan dan berhak atas penyelenggaraan pengangkutan barangnya dan penumpang yang berkewajiban pokok membayar biaya angkut dan berhak atas penyelenggaraan pengangkutan. Dari


(13)

berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pengangkutan barang, akan melibatkan pihak-pihak sebagai berikut :

(1). Pengirim Barang

Mengenai pengirim barang, tidak ada ditemukan definisinya di dalam KUHD.Namun, secara ringkas dapat dikemukakan bahwa pengirim adalah orang yang mengikatkan diri untuk mengirim sesuatu barang dengan membayar uang angkutan.40

Di dalam pengangkutan barang, pengangkut mempunyai peranan penting sebagai pihak yang menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.Sebagai pihak yang

(2). Pengangkut

Menurut Pasal 466 KUHD, pengangkut adalah barangsiapa yang baik dengan perjanjian carter menurut waktu atau carter menurut perjalanan, maupun dengan perjanjian jenis lain, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang (Pasal 521 KUHD), yang seluruhnya atau sebagian melalui lautan.

3. Peran dan Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Barang Secara Umum

40

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal.147.


(14)

mengusahakan pengangkutan, pengangkut dibebani tanggung jawab tertentu terhadap barang-barang muatan yang diserahkan dari pengirim untuk diangkut.

Adapun tanggung jawab pengangkut menurut KUHD diatur dalam :

a. Pasal 468 Ayat (1) :

“Persetujuan pengangkutan untuk menjaga keselamatan barang-barang yang diangkutnya sejak dia terima dari pengirim sampai dia serahkan ke penerima” Ayat (2) :

“Si pengangkut diwajibkan mengganti segala kerugian yang disebabkan karena barang tersebut seluruhnya atau sebagian tidak dapat diserahkannya, atau karena terjadi kerusakan pada barang itu, kecuali apabila dibuktikannya bahwa tidak diserahkannya barang atau kerusakan tadi disebabkan oleh suatu malapetaka yang selayaknya tidak dapat dicegah maupun dihindarkannya atau cacat daripada barang tersebut atau oleh kesalahan dari si yang mengirimkannya”

Ayat (3) :

“Ia bertanggungjawab untuk perbuatan dari segala mereka yang dipekerjakannya dan untuk segala benda yang dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut”


(15)

Dalam ayat (1) ditetapkan kewajiban pengangkut untuk menjaga keselamatan barang-barang selama dalam perwalian pengangkut.

Dalam ayat (2) ditetapkan keharusan pengangkut mengganti kerugian atas kehilangan dan kerusakan barang-barang seluruhnya atau sebagian, kecuali jika kehilangan dan kerusakan itu disebabkan oleh force majeure (tidak dapat dihindarkan).Tapi adanya force majeure tersebut harus dibuktikan oleh pengangkut.Jadi, pengangkut tidak mengganti kerugian jika kehilangan dan kerusakan barang-barang disebabkan oleh force majeure.Demikian juga pengangkut tidak mengganti kerugian atas kerusakan barang-barang yang disebabkan oleh sifat dan cacat barang itu sendiri dan karena kesalahan si pengirim.

Dalam ayat (3) ditetapkan bahwa pengangkut bertanggungjawab atas perbuatan orang-orang yang dipekerjakannya karena orang-orang tersebut bekerja untuk pengangkut dan bukan untuk orang lain. Pengangkut bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan barang-barang yang disebabkan oleh perbuatan dari para karyawannya atau karena alat-alat yang digunakan dalam pengangkutan tidak memenuhi syarat, misalnya kapal tidak layak laut dan atau ruangan-ruangan tempat pemadatan barang-barang di dalam kapal tidak memenuhi


(16)

syarat untuk barang-barang, kecuali kalau pengangkut dapat membuktikan adanya force majeure.41

b. Pasal 477 “Si pengangkut adalah bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena terlambat diserahkannya barang yang diangkutnya, kecuali apabila dibuktikannya bahwa kelambatan itu disebabkan karena suatu malapetaka yang selayaknya tidak dapat dicegah atau dihindarkannya” Dalam pasal ini ditetapkan bahwa pengangkut bertanggungjawab atas kerugian yang dialami oleh pemilik barang jika pengangkut terlambat menyerahkan barang-barang kepada penerima, kecuali pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh oleh force majeure.

Dalam Pasal 3 ayat (2) ditetapkan bahwa pengangkut berkewajiban agar barang-barang yang diangkutnya dimuat, dirawat, dipadatkan, diangkut, dijaga, dipelihara, dan dibongkar dengan sewajarnya. Pengangkut bertanggungjawab atas keselamatan dan keutuhan barang-barang yaitu :

1) Pada waktu pemuatan sejak barang-barang dikaitkan pada derek (end of tackle) di pelabuhan pemuatan

2) Dalam pemadatannya di dalam palka-palka kapal

3) Selama pengangkutan mulai dari pelabuhan pemuatan hingga tiba di pelabuhan pembongkaran

41


(17)

4) Pada waktu pembongkaran sampai barang-barang berada di atas dermaga atau perahu-perahu dalam posisi masih terkait pada derek (end of tackle) di pelabuhan pembongkaran. 42

Jika pengangkut lalai atau salah dalam melakukan kewajibannya seperti yang telah disebutkan di atas, maka pengangkut wajib mengganti kerugian jika pemilik barang menuntut kerugian atas kerusakan barang-barangnya.Namun, pengangkut dapat dibebaskan dari keajiban mengganti kerugian apabila terjadi force majeure.

Di dalam Pasal 4 ayat (1) The Hamburg rules 1978, pengangkut bertanggungjawab atas barang sejak barang diserahkan dalam penguasaan pengangkut dan sampai saat penyerahan di pelabuhan tujuan kepada Consignee.43

42

Ibid, 43

Tuti T. Gondhokusumo, Pengangkutan Melalui Laut Jilid II, UNDIP, Semarang, 1986, hal. 71.

Menurut pasal ini, tanggung jawab pengangkut pada saat penguasaannya yaitu di pelabuhan pemberangkatan, selama berlangsungnya pengangkutan hingga sampai di pelabuhan pembongkaran atau sampai barang diserahkan kepada Consignee (pihak yang mempunyai hak untuk menerima barang).Apabila barang terlambat diserahkan maka pengangkut juga bertanggungjawab untuk memberikan penggantian kerugian atas keterlambatan barang tersebut.


(18)

Di dalam menyelenggarakan pengangkutan pada umumnya meliputi lima tahap kegiatan yaitu :

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, penumpang atau pengirim mengurus penyelesaian biaya pengangkutan dan dokumen pengangkutan serta dokumen-dokumen lain yang diperlukan.Pengangkut menyediakan alat pengangkutan pada hari, tanggal dan waktu yang telah disepakati berdasarkan dokumen pengangkutan yang diterbitkan.

b. Tahap Muatan

Pada tahap ini, penumpang yang sudah memiliki tiket dapat naik dan masuk ke alat pengangkut yang telah disediakan atau pengirim menyerahkan barang kepada perusahaan bongkar muat untuk dimuat ke dalam alat pengangkut.

c. Tahap Pengangkutan

Pada tahap ini pengangkut menyelenggarakan pengangkutan, yaitu kegiatan memindahkan penumpang atau barang dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan dengan menggunakan alat pengangkut yaitu sesuai dengan perjanjian pengangkutan.

d. Tahap Penurunan/Pembongkaran

Pada tahap penurunan/pembongkaran ini, para penumpang diturunkan dari alat pengangkutan pada pengangkutan orang dan pada pengangkutan barang pengangkut menyerahkan barang kepada penerima dan kemudian penerima menyerahkan


(19)

pembongkaran barangnya kepada perusahaan bongkar muat dan meletakkan barang pada tempat yang telah disepakati sebelumnya.

e. Tahap Penyelesaian

Pada tahap ini, pihak-pihak yang bersangkutan menyelesaikan persoalan yang terjadi selama pengangkutan atau sebagai akibat dari pengangkutan yang telah dilaksanakan.Pengangkut menerima biaya pengangkutan dan biaya-biaya lainnya dari penerima barang apabila belum dibayar oleh pengirim sebelumnya.Pengangkut menyelesaikan semua klaim ganti kerugian yang menjadi tanggung jawabnya sebagai akibat dari pengangkutan barang kepada penerima barang yang bersangkutan.44

5. Sistem Pengangkutan Dalam Kontrak Penjualan Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Suistainable Timber Direct

Terjadinya suatu perjanjian pengangkutan barang diawali dengan adanya kesepakatan oleh kedua belah pihak.Kemudian kesepakatan tersebut dicantumkan dalam kontrak yang dibuat para pihak sebagaimana hasil yang telah disetujui dari masing-masing pihak, sesuai dengan aturan hukum dan kebiasaan yang berlaku sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Dari hasil kesepakatan kedua belah pihak memilih sistem pengangkutan plywood yang telah di pesan oleh pihak Suistainable Timber Direct sebagaimana tercantum dalam kontrak dengan No Kontrak :

44


(20)

13102MUJMLM adalah dengan menggunakan sistem pengangkutan melalui laut. Sebagaimana dalm kontrak sebagai berikut :

a. Pengepakan : volume (muatan) disesuaikan untuk memaksimalkan pemuatan kontainer, peti baja diikat sesuai standar untuk mematuhi undang-undang EEC.

Muatan dalam pengiriman yang dilakukan dengan container, peti baja harus dilakukan semaksimal mungkin, agar ruang dalam peti baja menjadi efisien, serta diikat dengan ketentuan undang – undang EEC agar tidak terjadi hal yang merugikan.

b. Peti : semua peti untuk ditandai dikeempat sisinya sebagi berikut Grade (kelas)

Jenis Lem ( Glue Type )

Size and Thickness (ukuran dan ketebalan) Country OF origin( Negara Asal)

Manufacturer’s Name ( Nama Pabrik) CE Mark and Certificate Number SPECIES:

SVLK NO:

Shipping marks as Advised FOR EXAMPLE


(21)

Made inIndonesia

Product: Marine PLYWOOD-TO BS1088-2003 Glue: EN 314-2 Class 3

Size : 2440mm x 1220mm Species:

SVLK NO: CE Cert No: Crate NO Mark:

CE. Mark berada di cadangan atau tepi semua papan

CE Mark berada di keempat sisi peti dengan rapid an ditandai secara merata

Menandai harus dengan rapi dan jelas warna biru seperti diatas selebihnya berwarna hitam.

c. Pihak yang bertanggung jawab untuk menyediakan transportasi pengangkutan laut adalah pihak PT. Mujur Timber Sibolga. PT Mujur Timber Sibolga bekerjasama dengan jasa pengangkutan laut sebagaimana biasa. Dalam hal ini pihak PT. Mujur Timber yang berwenang memilih Pihak Pengangkutan laut yang telah bekerjasama dengan pihak PT. Mujur Timber Sibolga.

B. Sistem Pembayaran Dalam Kontrak Penjualam Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber Direct


(22)

sistem pembayaran menurut Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Pasal 1 angka 6: “Sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi”.

Sistem Pembayaran adalah tata-cara atau prosedur yang saling berkaitan dalam pemindahan sejumlah nilai uang (alat pembayaran) dari satu pihak ke pihak lain yang terjadi karena adanya transaksi ekonomi. 9 Adapun tata-cara atau prosedur yang digunakan dalam pemindahan dana ini bermacam-macam dari cara-cara yang paling sederhana sampai dengan sistem pemindahan nilai uang secara elektronik seperti saat ini. Tentu saja dalam sistem pembayaran ini akan melibatkan berbagai lembaga sebagai perantara yang memberikan jasa dalam hal penyelesaian pembayaran tersebut.

Alat pembayaran boleh dibilang berkembang sangat pesat dan maju. Kalau kita menengok kebelakang yakni awal mula alat pembayaran itu dikenal, sistem barter antar barang yang diperjualbelikan adalah kelaziman di era pra modern. Dalam perkembangannya, mulai dikenal satuan tertentu yang memiliki nilai pembayaran yang lebih dikenal dengan uang.Hingga saat ini uang masih menjadi salah satu alat pembayaran utama yang berlaku di masyarakat. Selanjutnya alat pembayaran terus berkembang dari alat pembayaran tunai (cash based) ke alat pembayaran nontunai (non cash) seperti alat pembayaran berbasis kertas (paper based), misalnya, cek dan bilyet giro. Selain itu dikenal juga alat pembayaran paperless seperti transfer


(23)

danaelektronik dan alat pembayaran memakai kartu (card-based) (ATM, Kartu Kredit, Kartu Debit dan Kartu Prabayar).45

Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan yang panjang. Pada mulanya, masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang berusaha memenuhi kebutuhannnya dengan usaha sendiri. Manusia berburu jika ia lapar, membuat pakaian sendiri dari bahan-bahan yang sederhana, mencari buah-buahan untuk konsumsi sendiri; singkatnya, apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya. Perkembangan selanjutnya mengahadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa yang diproduksi sendiri ternyata tidak cukup untuk memenuhui seluruh kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri, mereka mencari orang yang mau menukarkan barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan olehnya. Akibatnya muncullah sistem'barter'yaitu barang yang ditukar dengan barang Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum mempunyai pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan pengangkutan (transportation) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan akibat kurangnya daya tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau tidak tahan lama. Kemudian muncul apa yang dinamakan dengan uang logam. Penggunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar sehingga diciptakanlah uang kertas Mula-mula uang kertas yang beredar merupakan

45


(24)

bukti pemilikan emas dan perak sebagai alat/perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan emas (secara langsung) sebagai alat pertukaran.Sebagai gantinya, mereka menjadikan 'kertas-bukti' tersebut sebagai alat tukar.

Uang sebagai alat pembayaran sudah dikenal berabad-abad yang lampau.Pada awalnya uang hanya berfungsi sebagai alat tukar.Pada masa itu masyarakat menggunakan benda-benda produk alam sebagai uang atau disebut sebagai uang komoditas.Penggunaan benda sebagai uang sangat bervariasi dan berbeda diantara kelompok masyarakat di dunia.Penggunaan logam seperti emas, perak dan logam lainnya kemudian menggantikan benda-benda produk alam sebagai bahan membuat uang karena lebih praktis dan nilainya berumur lebih panjang dan lebih luas serta menjadi tempat penyimpan nilai yang bagus.Uang logam pada masanya sangat popular dan sampai saat ini masih digunakan walaupun sudah muncul uang kertas yang lebih praktis digunakan untuk transaksi dalam jumlah besar dan e-money yang mengunakan kartu kredit.46

Dalam Pasal 1319 KUHPerdata menentukan bahwa semua persetujuan, baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama

46

Boediono, Ekonomi Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5, BPFE, Yogyakarta, 1994, hal 36.


(25)

tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, dari ketentuan pasal tersebut, jelaslah apabila tidak terdapat suatu ketentuan yang mengatur tentang perjanjian yang mempunyai nama khusus, maka terhadap perjanjian tersebut berlaku ketentuan mengenai perjanjian pada umumnya yang diatur dalam ketentuan umum.

Oleh karena pengiriman uang yang merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang terdapat dalam KUHPerdata, perjanjian pengiriman uang ini juga berlaku ketentuan mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian pada umumnya, karena tidak terdapat suatu ketentuan yang mengatur syarat-syarat sahnya perjanjian pengiriman uang.

Selain uang dalam bentuk nominal maka jenis alat pembayaran lainnya digolongkan sebagai alat pembayaran non tunai. Adapun jenis-jenis pembayaran nontunai

1. Berbasis warkat (paper based).

Instrumen Pembayaran Berbasis Warkat

Warkat adalah surat berharga yang dikeluakan oleh suatu bank sebagai instrumen penarikan dana nasabah yang memiliki fasilitas Rekening Giro/Rekening Koran. Instrumen berbasis warkat yang umum digunakan perbankan antara lain:

a. Cek

b. Cek adalah surat perintah pembayaran tidak bersyarat untuk membayarkan sejumlah uang yang tertulis pada cek kepada orang yang namanya tertera pada cek.


(26)

c. Bilyet Giro Bilyet Giro adalah surat perintah pembayaran bersyarat kepada bank penerbit agar memindahbukukan sejumlah dana kepada pihak penerima yang nama dan nomor rekeningnya disebutkan, pada bank penerima dana. d. Nota Kredit Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk membayar

sejumlah dana pada bank lain atau nasabah yang menerima warkat tersebut. Nota Kredit merupakan dokumen yang dihantar untuk mengurangkan hutang pembeli. Dokumen ini akan dihantar apabila pembeli memulangkan bekas kosong, pembeli memulangkan barang kerana rosak atau silap jenama dan jika ada kesilapan dalam pengiraan invois. Nota Kredit disediakan oleh penjual dan dihantar kepada pembeli. Penjual menyimpan dokumen salinan dan pembeli menyimpan dokumen asal.

e. Nota Debit Nota Debit adalah warkat yang dipergunakan untuk menagih sejumlah dana pada bank lain untuk dimasukkan ke rekening nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut.

2. Berbasis kartu (card based) dan elektronik (electronic based).47 Instrumen pembayaran menggunakan kartu (APMK) dan elektronik a. Kartu Kredit

Kartu yang dikeluarkan oleh pihak bank dan sejenisnya untuk memungkinkan pembawanya membeli barang-barang yang dibutuhkannya secara hutang. Atau sejenis kartu khusus yang dikeluarkan oleh pihak bank-sebagai

47

blogspot.com, "Alat Pembayaran Non Tunai", Melalui http://mamatumorang.blogspot. com/2014/03/alat-pembayaran-nontunai_19.html, Diakses tanggal 10 April 2016


(27)

pengeluar kartu, lalu jumlahnya akan dibayar kemudian. Pihak bank akan memberikan kepada nasabahnya itu rekening bulanan secara global untuk dibayar, atau untuk langsung didebet dari rekeningnya yang masih berfungsi b. Kartu ATM/Debit

Pengertian ATM dikenal dengan Anjungan Tunai Mandiri.ATM merukan alat elektronik yang diberikan oleh bank yang kepada pemilik rekening yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara elektronis seperti mengecek saldo, mentransfer uang dan juga mengambil uang dari mesin ATM tanpa perlu dilayani seorang teller. Setiap pemegang kartu diberikan PIN (personal identification number), atau nomor pribadi yang bersifat rahasia untuk keamanan dalam penggunaan ATM. Apabila digunakan untuk bertransksi di mesin ATM, maka kartu tersebut dikenal sebagai kartu ATM. Namun apabila digunakan untuk bertransaksi pembayaran dan pembelanjaan non-tunai dengan menggunakan mesin EDC (Electronic Data Capture), maka kartu tersebut dikenal sebagai Kartu Debit.

c. Kartu Prabayar

Layaknya kartu debit dan kredit, kartu prabayar memungkinkan Anda untuk melakukan pembelian tanpa uang tunai atau cek. Tidak seperti kartu kredit, Anda tidak dapat berhutang dengan kartu prabayar, dan tidak seperti kartu debit, kartu prabayar tidak terkait dengan rekening bank.Kartu prabayar memiliki saldo nol sampai Anda menambah uang ke dalamnya.


(28)

Pada saat Anda melakukan pembelian dengan kartu prabayar, jumlah pembayaran akan dikurangin dari saldo yang tersedia di kartu tersebut. Pada saat saldo mencapai angka nol, kartu tersebut kosong. Kartu kemudian dapat dibuang, kecuali kartu tersebut dapat diisi ulang, dimana Anda dapat menambahkan dana dan melanjutkan penggunaan kartu tersebut.

d. Uang elektronik

Uang elektronik (atau uang digital) adalah uang yang digunakan dalam transaksi Internet dengan cara elektronik. Biasanya, transaksi ini melibatkan penggunaan jaringan komputer (seperti internet dan sistem penyimpanan harga digital).Electronic Funds Transfer (EFT) adalah sebuah contoh uang elektronik.

Sepakat mereka yang mengikatkan diri dalam perjanjian pengiriman uang dimaksudkan adalah kesepakatan antara pengirim dengan bank dimana pengirim akan menikmati uang sampai tujuan. Bank menerima provisi dari pengiriman, kesepakatan antara para pihak merupakan syarat penting sebagai sumber perjanjian.

R. Subekti memberikan pengertian tentang kesepakatan yaitu sebagai berikut : Kesepakatan berarti persesuaian kehendak, kehendak itu harus dinyatakan, kehendak dan keinginan yang disampaikan dalam hati tidak mungkin diketahui pihak lain, dan karenanya tidak mungkin melahirkan suatu perjanjian

Oleh karena itu Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yaitu tentang kebebasan berkontrak dapat dijadikan patokan, perjanjian pengiriman uang sah sebagai undang-undang dan asas kebebasan berkontrak.


(29)

Pengiriman uang sifatnya bebas tanpa paksa, menurut Pasal 1321 KUHPerdata yaitu tentang syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian bila pengiriman ini bersifat paksaan, tipuan, khilaf maka pengiriman ini akan batal. Bila karena tipu muslihat, paksaan, khilaf, dan merugikan pihak lain, menurut Pasal 1328 KUHPerdata akan membatalkan pengiriman ini.48

1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau

Dalam hal sistem pembayaran, pihak PT. Mujur Timber Sibolga dan pihak Suistainable Timber Direct sepakat memilih transaksi pembayaran melalui transfer melalui lembaga keuangan (Bank). Setelah barang sampai kepada pihak kedua, lalu pihak kedua melalukan pengecekan barang. Jika barang yang dikirim sudah sesuai dengan yang diinginkan pihak kedua, maka selanjutnya pihak kedua melakukan pembayaran dengan melakukan transfer uang melalui bank yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

C. Asuransi Dalam Kontrak Penjualan Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Suistainable Timber Direct.

Di Indonesia pengertian asuransi menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian adalah sebagai berikut :

Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yangmenjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

48


(30)

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau

2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Asuransi adalah suatu lembaga atau suatu instansi yang pada hakikatnya berada ditengah-tengah masyarakat.Berbagai jenis lembaga ada dan dikenal dalam masyarakat yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri, sesuai dengan maskud dan tujuan dari tiap lembaga yang bersangkutan.Lembaga yang merupakan organ masyarakat merupakan sesuatu yang keberadaanya adalah untuk memenuhi tugas sosial dan kebutuhan khusus masyarakat.Jadi keberadaan suatu lembaga itu sebenarnya tidak untuk memenuhi kepentingan dari lembaga itu sendiri atau kelompok orang tertentu dan apalagi untuk kepentingan perorangan.Karena pada hakikatnya lembaga itu bukan merupakan tujuan akhir, melainkan hanyalah suatu sarana belaka untuk suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai. Perbedaan antara lembaga yang satu dengan yang lain, terletak pada tujuan dan tugas-tugas khusus serta fungsi-fungsi yang khas yang melekat pada lembaga itu sendiri masing-masing.49

49

Sri Rejeki Hartono,,Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta , 1992 hlm. 4.


(31)

Asuransi sangat diperlukan disetiap perusahaan karena sebagaimana tujuan dari asuransi tersebut ialah untuk mengurangi resiko, resiko itu berwujud beban kerugian atas benda pertanggungan terhadap bahaya yang mungkin timbul, untuk itu apabila terjadi hal yang tidak diinginkan maka pihak pihak penanggung mengambil alih resiko pertanggungan, yang berarti bahwa pihak penanggungan mengikatkan diri untuk mengganti kerugian.

Asuransi digolongkan dalam bentuk sebagai berikut : a. Menurut sifat pelaksanaannya50

MenurutPasal 2 sampai Pasal 5 Undang-UndangNomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, jenis usaha perasuransian dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

1). Asuransi sukarela

Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan semata-mata dilakukan atas kesadaran seseorang akan kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas sesuatu yang dipertanggungkan tersebut, misalnya : asuransi kebakaran, asuransi kecelakaan, asuransi kendaraan bermotor, dan sebagainya. 2). Asuransi wajib

Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang pelaksanaanya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah, misalnya : asurasni tenaga kerja.

b. Menurut jenis usaha perasuransian

50


(32)

1). Usaha asuransi

a). Usaha Asuransi Umum

Usaha Asuransi Umum adalah usaha jasa pertanggungan risiko yang memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. Perusahaan asuransi umum hanya dapat menyelenggarakan. b). Usaha Asuransi Umum, termasuk lini usaha asuransi kesehatan dan lini

usaha asuransi kecelakaan diri; dan

c). Usaha Reasuransi untuk risiko Perusahaan Asuransi Umum lain. d) Asuransi umum syariah

Menurut pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 disebutkan bahwa, Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asurans isyariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para pemegang polis, dalam rangka pengelolaankontribusi berdasarkan prinsip syariah51

(1) Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biayayang timbul, kehilangan keuntungan, atau

guna saling menolong dan melindungi dengan cara:

51

Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perasuransian berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.


(33)

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yangmungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti;atau

(2) Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau pembayaran yangdidasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/ataudidasarkan pada hasil pengelolaan dana.

3. Asuransi jiwa

Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seorang yang dipertanggungkan. Pada prinsipnya manusia menghadapi risiko berkurang atau hilangnya produktivitas ekonomi yang diakibatkan oleh : kematian, mengalami cacat, pemutusan hubungan kerja, dan pengangguran.

4. Asuransi jiwa syariah

Usaha Asuransi Jiwa Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah guna saling menolong dan melindungi dengan memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggal atau hidupnya peserta, atau pembayaran lain kepada peserta atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.Perusahaan asuransi jiwa syariah hanya dapat menyelenggarakan Usaha Asuransi Jiwa Syariahtermasuk lini usaha anuitas


(34)

berdasarkan Prinsip Syariah, lini usaha asuransi kesehatan berdasarkanPrinsip Syariah, dan lini usaha asuransi kecelakaan diri berdasarkan Prinsip Syariah.

5. Reasuransi

Reasuransi adalah pertanggngan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau asuransi dari asuransi. Reasuransi adalah suatu sistem penyebaran risiko dimana penanggung meyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung lain. Pihak tertanggung biasa disebut ceding company dan yang menjadi penanggung adalah reasuradur.

PT. Mujur Timber Sibolga melakukan perjanjian dengan pihak pengangkutan laut container.Bentuk perjanjian pengangkutan laut dengan container yang dilaksanakan adalah berdasarkan kebiasaan yang dipakai dalam perjanjian pengangkutan laut pada umumnya. Hal ini juga berarti bahwa tidak ada penuangan perjanjian pengangkutan laut dengan container di laut yang dilakukan PT. Mujur Timber Sibolga dalam bentuk suatu perjanjian hitam di atas putih, atau tidak ada klausula-klausula yang secara teratur terdiri dari apa Pasal yang secara jelas mengatur hubungan antara para pihak dalam perjanjian pengangkutan laut dengan container di laut. Bahwa pada dasarnya bentuk perjanjian pengangkutan laut dengan Container di laut ini pada dasarnya dilakukan berdasarkan suatu kebiasaan.Perjanjian pengangkutan dengan container di laut yang mereka buat hanya menciptakan hubungan kewajiban dan hak sebagaimana ditentukan oleh kebiasaan, ini sejalan


(35)

dengan sifat asas konsensual yang mendasari perjanjian pengangkutan khususnya pengangkutan dengan container di laut.

Bentuk perjanjian pengangkutan dengan menggunakan Container di laut yang didasarkan pada kebiasaan pengangkutan di laut itu sendiri hanya dilandasi oleh surat muatan atau dikenal dalam istilah hukum dengan sebutan konosemen. Surat muatan angkutan laut atau disebut juga dengan konosemen ini di dalam Pasal 506 KUH Dagang dinyatakan bahwa konosemen adalah surat bertanggal dalam mana pengangkut menerangkan bahwa ia telah menerima barang tertentu untuk diangkut ke suatu tempat tujuan yang ditunjuk dan disana menyerahkannya kepada orang yang ditunjuk (penerima) disertai dengan janji-janji apa penyerahan akan terjadi. Berdasarkan ketentuan Pasal 504 KUHD konosemen diterbitkan oleh pengangkut atas permintaan pengirim.Tetapi menurut ketentuan Pasal 505 KUH Dagang, nakhoda dibolehkan menerbitkan konosemen apabila ada barang yang harus diterima untuk diangkut, sedangkan pengangkut atau perwakilannya tidak ada di tempat itu. Dalam prakteknya di PT. Mujur Timber Sibolga dan Pihak Pengangkut dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan laut dengan container ini juga dikenal istilah pemakaian surat muatan angkutan. Surat muatan yang dikeluarkan oleh PT. Mujur Timber Sibolga mempunyai arti penting dalam pelaksanaan pengangkutan yang dibuatnya sebab surat muatan tersebut memiliki fungsi sebagai:52

52

Wawancara dengan Ir. Bigar Atioso, selaku Manager Produksi Mujur Timber Sibolga tanggal 8 Maret 2016


(36)

a. Pelindung barang yang diangkut dengan kapal yang bersangkutan. Surat muatan merupakan persetujuan yang mengikat pihak PT. Mujur Timber Sibolga, pengangkut dan penerima, sehingga barang dilindungi dari perbuatan sewenang-wenang dan tidak bertanggung-jawab dari pihak pengangkut.

b. Surat bukti tanda terima barang di atas kapal. Dengan adanya surat muatan pihak maka Pihak Pengangkut mengakui bahwa ia telah menerima barang dari pengirim untuk diangkut dengan kapal yang bersangkutan.

c. Tanda bukti milik atas barang. Dengan memiliki surat muatan berarti sekaligus memiliki barang yang tersebut di dalamnya.

d. Kuitansi pembayaran biaya pengangkutan. Dalam surat muatan dinyatakan bahwa biaya pengangkutan dibayar lebih dahulu di pelabuhan pemuatan oleh pengirim atau dibayar kemudian di pelabuhan tujuan.

e. Kontrak atau persyaratan pengangkutan.Surat muatan adalah bukti perjanjian pengangkutan yang memuat syarat-syarat perjanjian.

Perjanjian pengangkutan laut dengan container, ada kalanya tidak dapat terlaksana dengan baik sebagaimana yang dikehendaki oleh para pihak, sehingga menimbulkan kerugian.Timbulnya kerugian tersebut dapat terjadi karena suatu keadaan atau kejadian sehingga menghalangi pengangkut untuk melaksanakan kewajibannya.Dalam hal ini kewajiban untuk memikul kerugian akibat dari keadaan atau kejadian yang menyimpan barang muatan dinamakan risiko.Di samping itu kerugian dapat juga terjadi karena cacat pada barang itu sendiri dan juga akibat dari kesalahan atau


(37)

kealpaan pihak pengirim, sebagaimana diuraikan sebelumnya.Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kewajiban pengangkut adalah melaksanakan pengangkutan barang mulai dari tempat pemuatan sampai ketempat tujuan dengan selamat dan tepat pada waktunya. Jika barang yang diangkut itu tidak selamat, maka akan timbul dua hal yaitu barangnya sampai ketempat tujuan, tetapi rusak sebagian atau seluruhnya dan mungkin barangnya tidak sampai di tempat (musnah), mungkin disebabkan karena terbakar, dicuri orang dan lain sebagainya.

Menurut uraian di atas dapat dilihat bahwa kerugian itu dapat timbul karena adanya keadaan memaksa (force majeure), karena cacat pada barang muatan itu sendiri, karena kesalahan atau kealpaan pengirim atau karena tidak sempurnanya pelaksanaan pengangkutan yang dilakukan oleh pihak pengangkut.Dalam hal ini siapa yang bertanggung atau yang harus memikul kerugian akibat dari pada keadaan atau kejadian tersebut, inilah yang disebut dengan risiko dan tanggung-jawab di dalam perjanjian pengangkutan laut dengan container.

Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan PT. Mujur Timber Sibolga, pada saat barang yang dikirim telah diserahkan kepada pihak pengangkutan laut container, setalah adanya perjanjian antara PT. Mujur Timber Sibolga dan Pihak pengangkutan laut

container maka segala tanggung jawab diserahkan kepada pihak pengangkutan laut

container sehingga segala resiko yang terjadi saat pengiriman barang di tanggung oleh pihak pengiriman laut container segala kerusakan barang pengiriman menjadi tanggung jawab dari pihak pengiriman laut container.


(38)

BAB IV

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK ANTARA PT. MUJUR TIMBER SIBOLGA DENGAN SUSTAINABLE TIMBER DIRECT

A. Mekanisme Pelaksanaan Kontrak Kerja Antara PT. Mujur Timber Sibolga dengan Suistainable Timber Direct.

1. Profil PT. Mujur Timber Sibolga a. Sejarah Singkat

PT. Mujur Timber merupakan suatu perusahaan swasta nasional dalam bidang pengolahan kayu (plywood) dengan status perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).Perusahaan ini didirikan pada tahun 1980 di atas areal seluas kurang 42 Ha dan diresmikan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 September 1990. PT. Mujur Timber memiliki izin industri yakni surat persetujuan BKPM No.144/I/PMDN/1978 dan surat keputusan BKPM No. 229/T/Kehutanan/Industri/1989 tepatnya pada tanggal 15 November 1989.

Dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP) tahun 1990 No. 196/KPB/V/80 tentang pelarangan ekspor kayu dalam bentuk gelondongan (log), tentu hal tersebu sangan memberikan prospek yang baik bagi perkembangan perusahaan ini untuk masa yang akan datang.


(39)

PT. Mujur Timber juga menyadari mereka memiliki pesaing dengan pasar yang sama menyikapi hal tersebut PT. Mujur Timber juga berkomitmen untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan cara melakukan peningkatan kualitas produk yang berkelanjutan. Agar peningakatan kualitas tersebut dapat tercapai perusahaan menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang diyakini dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk yang bermuara kepada kepuasan pelanggan.

Disamping itu juga perusahaan menyadari dampak bahwa kegiatan proses produksi yang dilakukan memberikan dampak terhadap lingkungan baik posiif maupun negatif. Dalam hal ini PT. Mujur Timber memiliki komitmen pencegahan pencemaran terhadap lingkungan serta berupaya untuk menekan angka kecelakaan kerja yang dialami kayrawan. Dan untuk dapat mencapai hal ini maka perusahaan menerapkan Sistem manajemen lingkungan 14001 : 2004 yang digunakan sebagai pedomen dalam pengelolaan lingkungan dan kesehatan keselamatan kerja karyawan. Penerapan standar internasional tentang sistem manajemen tersebut meruapakan komitmen bagi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yang dituangkan dalam kebijakan mutu dan lingkungan perusahaan yang langsung dideklarasikan oleh pimpinan perusahaan.Dan komitmen tersebut telah diwujudkan dalam penerpan kedua sistim tersebut dan perusahaan sudah mendapatkan sertifikasi pada penerapan sistem tersebut dan telah dilakukan audit oleh pihak ketiga guna menjamin bahwa sistem tersebut terus dipelihara dan diterapkan di PT. Mujur Timber.


(40)

Perusahaan ini juga berupaya mematuhi peraturan yang berlaku jadi penerapan manajemen lingkungan itu salah satu tujuannya untuk mematuhi peraturan perundang - undangan yang berlaku.

b. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pada tahun 1981 PT. Mujur Timber melakukan percobaan dalam operasi proses produksi dan sekaligus memasarkan hasil produksinya tepat pada tanggal 24 Maret 1981 dengan omset kecil dan sekarang telah meluas ke berbagai negara seperti Singapura, Jepang, Belanda, Arab Saudi, Korea dan lain – lain, disamping itu sebagian kecil dipasarkan untuk kebutuhan dalam negeri.

Dari plywood kemudian berkembang menjadi kayu olahan lainnya sawmill(kayu gergajian), PT. Mujur Timber juga memproduksi kayu gergajian yang bahan bakunya diperoleh dari hasil sortiran bahan baku untuk plywood. Jadi bahan – bahan yang tidak terpakai untuk plywood dimanfaatkan utnuk sawmill. Kemudian untuk lebih mengefektifkan pemanfaatan bahan baku kayu perusahaan mujur timber juga memproduksi moulding (block board). Jadi dalam upaya untuk mengeefektifkan pemanfaatan bahan baku kayu maka perusahaan mengembangkan lingkup usahanya dengan memproduksi block board yang memanfaatkan sisa – sisa pembuatan plywood untuk menjadi block board tersebut.

Diharapkan dari pengembangan lingkup usahan ini PT. Mujur Timber dapat meningkatkan recovery (amandemen atau perbandingan antara hasil produksi dengan


(41)

bahan baku, jadi semakin tinggi nilai recovery ini menunjukkan semakin efektifnya proses produksi dalam suatu pabrik dalam bentuk persentase ) dari bahan baku kayu tersebut.

c. Lokasi Perusahaan

PT. Mujur Timber berkantor pusat di Medan tepatnya di Jl. Kol.Sugiono No. 10 D-E Medan, Sumatera Utara PT. Mujur Timber Sibolga berada di lokasi yang cukup strategis, di tepi jalan raya, tepatnya di Desa Tapian Nauli I (Pargadungan) Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah, Propinsi Sumatera Utara.

Unsur Lingkungan di sekitar kegiatan yang berpotensi terkena dampak:

Sebelah Utara : Hutan Sebelah Timur : Desa Pargadungan Sebelah Selatan : Laut Sebelah Barat : Desa Poriaha d. Daerah Pemasaran

Aspek pasar dan pemsaran merupakan salah satu dari beberapa aspek yang penting (aspek teknis, ekonomis, manajemen dan organisasi, aspek sosial dan lingkungan) dalam menjalankan dan mempertahankan kelangsungan tujuan usaha perusahaan.Pasar merupakan tempat dimana produsen dan konsumen melangsungkan transaksi atas suatu produk barang atau jasa.

Pemasaran adalah fungsi aktivitas untuk menyediakan atau memindahkan produk atau jasa dari produsen ke konsumen.Sementara manajemen pemasaran


(42)

berarti analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengwasan program – program yang dirancang untuk menciptakan, membuat dan menangani pertukaran dengan para pembeli dengan maksud mencapai tujuan perusahaan.

e. Dampak Sosisal Ekonomi pada Lingkungan

PT Mujur Timber dibangun selain untuk memenuhi kebutuhan akan plywood, juga dari segi sosial PT. Mujur Timber telah memberikan lapangan kerja bagi masyarakat luas khususnya bagi masyarakat sekitarnya dan telah menciptakan suatu lingkungan ekonomi baru bagi masyarakat. PT. Mujur Timber juga memberikan tempat tinggal bagi karyawan pabrik yang tidak memiliki tempat tinggal para karyawan juga diberikan kenyamanan dengan menyediakan fasilitas – fasilitas bagi karyawan seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), Tunjangan Hari Raya (THR), transportasi antar jemput, dll.

f. Struktur Organisasi Perusahaan

Pengorgansiasian (Organizy) merupakan proses penyusunan struktur organsasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber – sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang dimilikinya. Dua aspek utama penyusunan struktur organisasi adalah depertementalisasi dan pembagian kerja.Depermentalisasi merupakan pengelompokan kegiatan – kegiatan sejenis dan saling berhubungan.Hal ini tercermin pada struktur formal suatu organisasi dan tampak atau ditunjukkan oleh suatu bagan organisasi.Pembagian pekerjaan adalam pemerincian tugas pekerjaan


(43)

agar setiap individu dalam organisasi bertanggungjawab untuk melaksanakan suatu kegiatan yang terbatas. Kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.

Beberapa struktur organisasi yang sering digunakan ada empat jenis, yaitu :

1) Hubungan garis (lini atau komando), yaitu pembagian tugas dilakukan dalam bidang atau area pekerjaan. Dalam hubungan ini, bawahan hanya mengenal seorang atasan.

2) Hubungan fungsional, yaitu pembagian tugas dilakukan menurut fungsi – fungsi maka terbentuk hubungan fungsional dengan tugas masing – masing. 3) Hubungan staf (penasehat, advisor), yaitu seorang atau sekelompok ahli

tugasnya hanya memberi saran atau nasehat kepada seorang atasan. 4) Hubungan campuran, yaitu hubungan lini – fungsional-staf.

Struktur organisasi PT. Mujur Timber berbentuk garis dan fungsional, dimana wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan – satuan organisasi di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu dan terdapat staf yang fungsinya memberikan masukan berupa ide atau konsultasi dan memberikan pertanggungjawaban kepada pimpinan perusahaan.


(44)

1) Visi Perusahaan

a) Mampu bersaing di pangsa pasar global.

b) Meningkatkan pengolahan hasil hutan kayu/perusahaan industri primer hasil hutan.

c) Tujuan utama meningkatkan hasil produksi plywood dan veneer yang berkualitas tinggi guna menjamin kepuasan pelanggan.

2) Misi Perusahaan

a) Menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 dan Sistem Manajemen Mutu Lingkungan ISO 14001.

b) Menciptakan sasaran mutu, pencegahan pencemaran lingkungan, efesiensi sumber daya serta melakukan perbaikan mutu dan lingkungan kerja secara berkelanjutan.

c) Menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, asri dan segar, menekan tingkat kecelakaan kerja dan meningkatkan kualitas kesehatan kerja.

d) Menciptakan sumber daya manusia yang sehat, kreatif, produktif edukatif serta menjalin kerjasama diseluruh jajaran struktur organisasi.

h. Data Organisasi 1) Lokasi Perusahaan


(45)

PT. Mujur Timber berkantor pusat di Medan tepatnya di Jl. Kol. Sugiono No. 10 D-E Medan, Sumatera Utara. PT. Mujur Timber Sibolga berada di lokasi yang cukup strategis, di tepi jalan raya, tepatnya di Desa Tapian Nauli I (Pargadungan) Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara.

Unsur lingkungan di sekitar kegiatan yang berpotensi terkena dampak : Sebelah Utara : Hutan Sebelah Timur : Desa Pargadungan Sebelah Selatan : Laut Sebelah Barat : Desa Poriaha 2) Teknologi

Dalam melakukan kegiatan produksinya, PT. Mujur Timber secara keseluruhan menggunakan mesin – mesin yang diimpor dari Taiwan dan ada beberapa dari Jepang.Mesin – mesing tersebut umurnya bervariasi antara 3 tahun sampai 25 tahun.Dan secara keselurahan mesin – mesin tersebut bekerja secara otomatis dan hanya beberapa diantaranya yang digerakkan secara semi otomatis.Perawatan yang dilakukan terhadap mesin – mesin bervariasi, tergantung jenis dan kebutuhan mesin – mesin tersebut.Ada perawatan yang dilakukan harian, mingguan, triwulan dan ada yang 6 bulan sekali. Secara umum perawatan yang dilakukan terhadap mesin – mesin tersebut terdiri dari 2 jenis, yaitu perawatan preventif (preventive maintence), dan perawatan break down (break down maintence) yang dilakukan oleh karyawan PT. Mujur Timber yang bekerjasama dengan bagian pabrik dibawah bagian produksi. Pelaksanaan perawatan preventive sesuai dengan jadwal perawatan


(46)

sedangkan perawatan break down dilakukan sesuai dengan kondisi – kondisi mesin. Perawatan preventif ini juga bertujuan untuk menekan tingkat perawatan break down dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

Dan untuk limbah padat yang berupa balok sisa dari bagian rotary, diproduksi kembali untuk menghasilkan swamill, pallet dan sebagainya yang bergunan bagi perusahaan.Terbukti dengan adanya perancangan ulang sistem pengolahan pada IPAL Rotary.Untuk sampah sisa venir langsung dibawa ke bagian boiler untuk akhirnya dijadikan sebagai bahan bakar di bagian dapur boiler, sehingga wajarlah jika kawasan pabrik PT. Mujur Timber kelihatan bersih dan rapi.

3) Tata Letak Pabrik

Tata Letak Pabrik yang terdapat di PT. Mujur Timber berfokus kepada produk. Adapun pengangkutan bahan baku yang akan diolah terlaksana dengan baik dengan menggunakan alat angkut yang telah disediakan sebelumnya oleh perusahaan seperti lorry. Pola aliran yang digunakan di PT. Mujur Timber adalah bentuk zig zag karena proses produksi relatif lebih panjang dari ruangan yang dapat digunakan atau ditempatinya.

4) Organisasi dan Manajemen

Struktur Organisasi di PT. Mujur Timber berbentuk garis dan fungsional, dimana wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada


(47)

satuan – satuan organsiasi dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu dan terdapat staf yang fungsinya memberikan masukan berupa ide ataupun konsultasi dan memberikan pertanggungjawaban kepada pimpinan perusahaan.Semua pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan dapat terjalin dengan baik.PT. Mujur Timber menyelenggarakan training bagi karyawan – karyawannya untuk meningkatkan keterampilan dalam bekerja baik dalam hal sistem maanjemen mutu dan manajemen lingkungan.

PT. Mujur Timber melaksanakan pertemuan pimpinan bagian quality control di setiap departemen 1 x dalam seminggu. Dalam hal pengaturan jam kerja karyawan sudah cukup baik ditemukan oleh pihak perusahaan dan sistem pengupahan telah memenuhi syarat upah minimum karyawan.

5) Daerah Pemasaran

Aspek pasar dan pemsaran merupakan salah satu dari beberapa aspek yang penting (aspek teknis, ekonomis, manajemen dan organisasi, aspek sosial dan lingkungan) dalam menjalankan dan mempertahankan kelangsungan tujuan usaha perusahaan.Pasar merupakan tempat dimana produsen dan konsumen melangsungkan transaksi atas suatu produk barang atau jasa.

Pemasaran adalah fungsi aktivitas untuk menyediakan atau memindahkan produk atau jasa dari produsen ke konsumen.Sementara manajemen pemasaran berarti analisis, perencanaan, pelaksanaan dan


(48)

pengwasan program – program yang dirancang untuk menciptakan, membuat dan menangani pertukaran dengan para pembeli dengan maksud mencapai tujuan perusahaan.

6) Dampak Sosisal Ekonomi pada Lingkungan

PT Mujur Timber dibangun selain untuk memenuhi kebutuhan akan plywood, juga dari segi sosial PT. Mujur Timber telah memberikan lapangan kerja bagi masyarakat luas khususnya bagi masyarakat sekitarnya dan telah menciptakan suatu lingkungan ekonomi baru bagi masyarakat. PT. Mujur Timber juga memberikan tempat tinggal bagi karyawan pabrik yang tidak memiliki tempat tinggal para karyawan juga diberikan kenyamanan dengan menyediakan fasilitas – fasilitas bagi karyawan seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), Tunjangan Hari Raya (THR), transportasi antar jemput, dll.

i. Tenaga Kerja

Menurut spesifikasi secara umum, tenaga kerja PT. Mujur Timber diklasifikasikan atas 3 bagian, yaitu :

1) Tenaga Kerja Bulanan

Tenaga kerja bulanan biasanya terdiri dari Kepala Bagian, karyawan bagian administrasi dan supervisor pabrik.


(49)

Tenaga kerja harian tetap merupakan tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan dan keahlian dibidangnya masing – masing , misalnya tenaga kerja di bagian mekanik pabrik.

3) Tenaga Kerja Harian Lepas

Tenaga kerja harian lepas adalah tenaga kerja langsung di bagian produksi.

2. Mekanisme Pelaksanaan Kontrak Yang Dilakukan Oleh PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber Direct.

Suatu perikatan lazimnya bertujuan untuk menghapus dirinya sendiri, artinya dengan pemenuhan prestasi yang diwajibkan maka telah berakhir apa yang menjadi tujuan para pihak. Dalam hukum kontrak, prestasi diartikan sebagai “apa yang wajib dilakukan oleh para pihak berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat.”

Masing-masing pihak dalam perjanjian mempunyai hak dan kewajiban.Hak dan Kewajiban para pihak merupakan akibat hukum dari perbuatan mengadakan perjanjian.Kewajiban pihak pertama merupakan hak pihak kedua, dan sebaliknya hak pihak pertama merupakan kewajiban bagi pihak kedua.

Menurut Riduan Syahrani, perjanjian kalau dilihat dari wujudnya adalah : “Rangkaian kata-kata yang mengandung janji-janji atau kesanggupan-kesanggupan yang diucapkan atau dituangkan dalam bentuk tulisan oleh pihak-pihak yang


(50)

membuat perjanjian. Dalam perjanjian, tercantum hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pihak yang membuatnya.”53

a. Pelaksanaan dan penafsiran

Kewajiban maksudnya ialah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh pihak-pihak yang satu kepada pihak-pihak yang lain dengan pembebanan sanksi jika lalai atau dilalaikan. Jika kewajiban itu ditentukan oleh undang-undang, disebut kewajiban undang-undang.Jika kewajiban itu ditentukan oleh perjanjian, disebut kewajiban perjanjian.Berdasarkan asas pelengkap dalam hukum perjanjian yang mereka buat, maka kewajiban undang-undang dikesampingkan.Sebaliknya, jika pihak-pihak tidak menentukan apa-apa maka berlakulah kewajiban undang-undang.

Apabila kontrak telah dibuat dan ditandatangani oleh para pihak, maka ada dua hal yang harus diperhatikan oleh para pihak, yaitu sebagai berikut.

Setelah suatu kontrak disusun barulah dapat dilaksanakan.Kadang-kadang kontrak yang telah disusun tidak jelas/tidak lengkap sehingga masih diperlukan adanya penafsiran. Berkaitan dengan hal tersebut, undang-undang telah menentukan sejauh mana penafsiran dapat dilaksanakan dengan memperhatikan hal berikut ini: 1) Kata-kata yang dipergunakandalam kontrak,

2) Keadaan dan tempat dibuatnya kontrak, 3) Maksud para pihak,

4) Sifat kontrak yang bersangkutan, dan 5) Kebiasaan setempat

53


(51)

Mekanisme pelaksanaan kontrak yang dilakukan oleh PT. Mujur Timber Sibolga dengan Sustainable Timber Direct adalah melaksanakan setiap kewajiban-kewajiban berdasarkan kesepakatan yang telah tercantum dalam kontrak. Pihak PT. Mujur Timber Sibolga sebagaimana mana yang tercantum dalam kontrak di wajibkan melaksanakan setiap kewajiban yang ada di dalam kontrak, sebagaimana dengan isi kontrak tersebut dengan nomor kontrak 13102MUJMLM adalah sebagai berikut:

a) Deskripsi : MARINE INDONESIA HARDWOOD KERUING PREFERREG Manufactured to BS1088-2003- CE2+ - CE2+ - EN 314-2Class3 2440MM X 1220MM

b) Spesifikisasi :

58008-13102-18 18

KetebalanNo.peti pengepakanPcs/CrtTotalPcs m3 16 47

TOTAL 16 752 40.2940

75240.2940

c) Kargo : kargo perusahaan kepada TILBURY

d) Penilaian : penilaian standar kayu laut sebagai rincin tambahan dari pembeli

e) Sertifikasi : kontrak ini akan memproduksi dan mengirim sesuai dengan kesepakatan

f) Pengiriman : pertengahan September pengiriman kepada TILBURY U.K tunduk tujuan pengiriman yang tersedia untuk dikirim dalam 40FT atau 20FT TEU, rincian akan dikonfirmasi.


(52)

g) Pengepakan : volume (muatan) disesuaikan untuk memaksimalkan pemuatan container, peti baja diikat sesuai standar untuk mematuhi undang-undang EEC

h) Syarat & kondisi : meskipun Suistainable Timber Direct Lip Terms sebagai agen untuk kondisi dan jaminan akan tetap berlaku.

i) Penilaian(standar) kelautan : semua penilaian standar pengiriman laut dilakukan sesuai dengan peraturan B51088 dan U.K dan Undang-undang EEC standar penilaian akan menjadi jelas dan menerapkan kalimat yang profesinal (baku) sebagai garis lurus dan spasi yang merata.

k) Papan : semua papan harus ditandai ditepi dengan ukuran dan ketebalan keadaan terbalik dengan memberi cap ( pemberian nama) sebagai berikut:

Kelas - MARINE to BS1088-2003 Jenis Lem - EN 314-2 class 3

Negara Asal - MADE IN INDONESIA Nama Pabrik - MUJUR TIMBER CE Mark

Jenis

Papan untuk distemprl tanpa transparansi apapun untuk ke papan sbelumnya. l) Peti : semua peti untuk ditandai dikeempat sisinya sebagi berikut

Grade (kelas)


(53)

Size and Thickness (ukuran dan ketebalan) Country OF origin( Negara Asal)

Manufacturer’s Name ( Nama Pabrik) CE Mark and Certificate Number SPECIES:

SVLK NO:

Shipping marks as Advised FOR EXAMPLE

MUJUR MARINE Made inIndonesia

Product: Marine PLYWOOD-TO BS1088-2003 Glue: EN 314-2 Class 3

Size : 2440mm x 1220mm Species:

SVLK NO: CE Cert No: Crate NO Mark:

CE. Mark berada di cadangan atau tepi semua papan


(54)

Menandai harus dengan rapi dan jelas warna biru seperti diatas selebihnya berwarna hitam.

Mekanisme Pelaksanaan Kontrak Antara PT.Mujur Timber Dengan Sustainable Timber Direct adalah sebagai berikut:

(1) Setelah kedua belah pihak menyepakati hal-hal yang tercantum di dalam kontrak, selanjutnya kedua belah pihak harus menandatangani dan membubuhi stempel di kontrak tersebut.

(2) Kemudian pihak PT.Mujur Timber Sibolga atau disebut dengan Pihak Pertama melakukan pemenuhan pemesanan sesuai dengan apa yang telah disepakati di dalam kontrak.

(3) Setelah pemenuhan pemesanan sesuai dengan apa yang di inginkan oleh Sustainable Timber Direct disebut juga Pihak Kedua dilakukan, maka pesanan di kirim melalui kapal laut sebagaimana degan telah terpenuhinya syarat-syarat yang diberikan Pihak Kedua kepada Pihak Pertama.

(4) Barang pesanan yang dikirim kepada Pihak Kedua sesuai dengan Standar permintaan dari Pihak Kedua (Buyer), meskipun dari Pihak Pertama telah ada standar tersendiri.

(5) Pengiriman dilakukan sesuai dengan permintaan dari Pihak Kedua, apakah pesanan dikirim langsung atau Pihak Kedua mengambil pesanan secara personal ke Pihak Pertama atau Kepalabuhan. Dalam hal ini sebagaimana tercantum


(55)

dalam kontrak maka Pihak Pertama diwajibkan mengirimkan ke alamat yang telah tercantum di dalam kontrak.

(6) Setalah sampainya barang pesanan ke alamat tujuan, Pihak Kedua melakukan pengecekan barang, apabila barang pesanan sesuai dengan apa yang diperjanjiakan dalam kontrak maka Pihak Kedua wajib melakukan transaksi pembayaran kepada Pihak Pertama.

(7) Apabila barang yang di kirim tidak sesuai dengan kontrak atau mengalami kerusakan maka Pihak Kedua melakukan Klaim kepada Pihak Pertama.

(8) Dalam hal ini sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan, PT.Mujur Timber Sibolga memberikan keterangan selama ini pihak PT.Mujur Timber Sibolga sangat jarang bahkan hamper tidak pernah menerima klaim dari pihak Buyer, dikarenakan barang yang dihasilkan PT.Mujur Timber Sibolga memiliki kualitas yang tinggi. Jika ada barang yang rusak/cacat saat sampai di Pihak Kedua itu sering disebabkan saat pengiriman barang melalui kapal laut dan yang bertanggung jawab adalah pihak pengirim nya (biasanya sudah diasuransikan).54

Berdasarkan kontrak tersebut maka telah tercantum apa yang menjadi kewajiban-kewajiban yang harus dipenihi oleh masing-masing pihak, pelaksaan kontrak sesuai dengan tanggal yang telah ditetapkan di dalam kontrak. Sifat mengikat dari kontrak merupakan peraturan umum, yaitu bila suatu pihak mengalami kerugian

54

Hasil wawancara dengan bapak Ir Bigar Atioso selaku Manager Produksi pada PT. Mujur Timber Sibolga tanggal 4 Maret 2012


(56)

yang berat dan bukan keuntungan yang diharapkan, atau pelaksanaan menjadi tidak berarti bagi pihak-pihak trsebut, persyaratan kontrak harus tetap dihormati.

Di dalam hukum perjanjian, dikenal asas Pacta Servanda yang berarti bahwa setiap perjanjian berlaku sebagai undang-undang.Artinya, hal-hal yang telah dituang didalam kontrak tersebut sudah menjadi kesepakatan yang mengikat bagi kedua belah pihak.

B. Kewajiban-Kewajiban Para Pihak Dalam Kontrak.

Akibat hukum suatu kontrak/perjanjian pada dasarnya lahir dari adanya hubungan hukum dari suatu perikatan, yaitu dalam bentuk hak dan kewajiban.Pemenuhan hak dan kewajiban inilah yang merupakan salah satu bentuk dari pada akibat hukum suatu kontrak/perjanjian. Kemudian hak dan kewajiban ini tidak lain adalah hubungan timbal balik dari para pihak.

1. Perjanjian ini mengandung arti bahwa PT. Mujur Timber Sibolga ( Pihak Pertama) wajib memenuhi segala permintaan dan ketentuan dari pihak Sustainable Timber Direct ( Pihak Kedua) sebagaimana yang telah tertuang dalam kontrak pembelian. Pihak pertama dituntut untuk memnuhi pesanan sesuai dengan tanggal yang diminta oleh pihak kedua.

2. Pihak pertama wajib mengirim pesanan dengan menggunakan transportasi pengangkutan lautcountanersesuai kesepakatan,sehingga barang yang dikirim dapat terlindungi dan sampai di tangan pihak kedua dengan keadaan utuh.


(57)

3. Pihak pertama wajib mengirimkan pesanan ke alamat tujuan yang tertera dalam kontrak. Seperti dalam kontrak pihak kedua meminta pengiriman dengan tujuan Tilbury U.K ( United Kingdom)

4. Pihak pertama wajib melakukan pengepakan sebagaimana telah disebutkan dalam kontrak yaitu pengepakan dengan menggunakan peti baja serta penyusunannya disesuaikan dengan keadaan dalam peti tersebut, dengan cara disusun dengan memaksimalkan isi dari muatan agar terjadinya efisien tempat. 5. Pihak pertama di wajibkan memastikan barang yang dikirim dengan standar

mutu dan kualitas terbaik, dengan menggunakan kelas ( golongan ), ukuran, ketebalan, jenis lem dan jenis kayu yang telah tertera di dalam kontrak.

6. Pihak pertama wajib memberikan tanda di keempat sisi dari peti baja tersebut dengan menuliskan sebagai berikut :

Grade (kelas)

Jenis Lem ( Glue Type )

Size and Thickness (ukuran dan ketebalan) Country OF origin( Negara Asal)

Manufacturer’s Name ( Nama Pabrik) CE Mark and Certificate Number SPECIES:


(58)

7. Setelah barang yang dikirim sampai kepada pihak kedua, maka pihak kedua melakukan pengecekan terhadap barang tersebut apakah telah memenuhi pesanan seperti yang tertera dalam kontrak. Apabila barang pesanan tersebut sesuai dengan isi kontrak maka pihak kedua wajib melakukan pengiriman pembayaran melalui rekening bank yang telah disepati. Apabila ada terjadi kerusakan meupun cacat pada barang tersebut maka pihak kedua dapat menuntut kepada pihak pengangkutan laut countainer. Hal ini dikarenakan tanggung jawab atas barang pengiriman dilimpahkan kepada pihak pengangkutan laut

countainerpada saat penyerahan antara pihak PT. Mujur Timber Sibolga dengan Pihak pengangkutan laut countainer.

a. Kelamahan Dari Kontrak Antara PT.Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber Direct Jika Ditinjau Dari Isi Kontrak

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, masih banyak hal yang menjadi kekurangan di dalam kontrak antara PT. Mujur Timber Sibolga dengan Sustainable Timber Direct antara lain yaitu:

1) Pembayaran.

Sebaiknya di dalam kontrak dicantumkan hal mengenai pembayaran agar dibelakangan hari tidak ada pihak yang dirugikan mulai dari uang muka, transaksi pembayaran maupun mata uang yang dipakai.

Dalam Pasal 1393 KUH Perdata menyebutkan :

a) Pembayaran harus dilakukan di tempat yang ditetapkan dalam persetujuan; jika dalam suatu tenpat, maka pembayaran yang mengenai suatu barang yang


(59)

sudah ditentukan, harus terjadi di tempat dimana barang itu berada sewaktu persetujuannya dibuat.

b) Diluar kedua hal tersebut, pembayaran harus dilakukan ditempat tinggal si berpiutang, selama orang ini terus menerus diam dalam keresidenan, dimana ia berdiam sewaktu persetujuan dibuat, dan dalam hal-hal lainnya ditempat tinggal si berutang.

c) Dari pasal-pasal diatas, tampak bahwa pengaturan mengenai hal tersebut berbeda, namun terdapat kesamaan dalam hal tidak ditentukan dalam kontrak, maka pembayaran dilakukan di tempat penerima kewajiban.

(1) Pembayaran uang muka

Nilai pembayaran uang muka dicantumkan di dalam kontrak sesuai dengan kesepakatan para pihak.Dilakukan pembayaran uang muka untuk mengurasi resiko wanprestasi atau cidera janji.

(2) Transaksi pembayaran.

Transaksi pembayaran hanya dapat dilaksanakan setelah barang dinyatakan diterima oleh pihak kedua. Perlu dicantumkan alat pembayaran, apakah melalui transaksi tunai, cek, atau melalui transfer dari bank.

Menurut Pasal 6.1.7 UNIDROIT:

(a) Pembayaran dapat dilakukan dalam bentuk apapun yang digunakan dalam transaksi usaha biasa ditempat pembayaran.


(60)

(b) Akan tetapi, seorang pihak yang dikenakan kewajibanyang menerima, baik berdasarkan ayat (1) atau secara sukarela, sebuah cek, setiap perintah lainnya untuk membayar atau janji untuk membayar dianggap bertindak demikian hanya dengan syarat bahwa pembayaran tersebut diakui keabsahannya.

Pembayaran seringkali dilakukan dengancek atau instrument serupa, atau dengan transfer antara lembaga-lembaga keuangan.Mengenai bentuk pembayaran, pihak yang dikenakan kewajiban harus puas menerima pembayaran di dalam bentuk yang biasaditempat usahanya.

Dalam Pasal 1389 KUH Perdata dinyatakan bahwa“ tiada seorang berpiutang dapat dipaksa menerima sebagai pembayaran suatu barang lain daripada barang yang terutang, meskipun barang yang ditawarkan itu sama, bahkan lebih berharga”.

Dari kedua ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa alat pembayaran yang digunakan oleh debitur harus disetujui oleh kreditur.Apabila kreditur tidak menerima alat pembayaran yang diberikan oleh debitur, maka pembayaran yang dilakukan oleh debitur dapat dianggap tidak sah.

Apabila pembayaran dilakukan dengan transfer keuangan berdasarkan ketentuan dalam pasal 6.1.8 UNIDROID dinyatakan bahwa:

1] Kecuali si penerima kewajiban telah menunjukkan suatu rekening khusus, maka pembayaran dapat dialkukan melalui transfer kepada


(61)

lembaga-lembaga keuangan, dimana penerima kewajiban memberitahukan bahwa ia memiliki rekening.

2] Dalam hal pembayaran dengan transfer, makapemberi kewajiban akan dianggap dibebaskan dari kewajibannya, bilamana transfer kepada lembaga keuangan dari penerima kewajibantersebuttelah diterima dengan baik.

Dari pernyataan diatas dapat bahwa pihak yang dikenakan kewajiban juga dapat memberitahukan bahwa ia tidak menginginkan pembayaran dilakukan dengan transfer. Dalam KUH Perdata, ketentuan yang dapat digunakan adalah Pasal 1389 KUH Perdata, yaitu harus berdasarkan kesempatan penerima kewajiban.

(3) Mata uang.

Perlu di tuliskan dalam kontrak pembayaran dengan menggunakan mata uang apa, harus dengan kesepakatan antar pihak. Pasal 6.1.9 UNIDROIT menyatakan bahwa

(a) apabila kewajiban keuangan dinyatakan dalam mata uang pembayaran lain daripada mata uang pembayaran di tempat pembayaran, maka pembayaran tersebut dapat dibayarkan oleh pemberi kewajiban dalam mata uang dar tempat pembayaran, kecuali mata uang pembayaran tersebut tidak dapat secara bebas ditukarkan, atau para pihak tersebut telah sepakat bahwa


(62)

pembayaran harus dibuat dengan mata uang sebagaimana dinyatakan dalam kewajiban keuangan.

(b) Apabila tidak memungkinkan, maka pemberi kewajiban untuk membuat pembayaran dalam mata uang sebagimana dinyatakan dalam kewajiban keuangan si penerima kewajiban dapat mensyaratkan pembayaran dalam mata uang dari tempat pembayaran, juga dalam hal sebagaimanadisebutkan dalam ayat 1 (b)

(c) Pembayaran dalam mata uang dari tempat pembayaran harus dibuat sesuai dengan kurs penukaran yang berlaku setempat bilamana pembayaran jatuh tempo.

(d) Namun apabila pemberi kewajiban belum membayar pada saat pembayaran jatuh waktu, si penerima kewajiban dapat meminta pembayaran sesuai dengan kurs penukaran yang berlaku atau pada saat pembayaran jatuh tempo atau pada saat pembayaran sesungguhnya dilaksanakan.

Dalam KUH Perdata tidak diatur mengenai mata uang ini.Dalam perjanjian, para pihak bebas untuk menentukan mata uang pembayaran yang digunakan, dan disesuaikan dengan kursa yang berlaku.

2) Tanggal pengiriman.

Di dalam kontrak antara PT. Mujur Timber Sibolga dengan Sustainable Timber Direct tidak menyebutkan tanggal pengiriman yang jelas hanya menyebutkan “mid September (pertengahan September)”.Hal ini sangat penting dilakukan agar


(63)

kedua belah pihak saling menguntungkan dan agar tidak menjadi terselisihan dikemudian hari.

3) Perihal pengklaiman.

Menurut penulis hal ini sangat perlu dituliskan dalam kontrak, agar kontrak menjadi jelas dan agar tidak terjadi perselisihan dikemudian hari. Perihal asuransi juga perlu dicantumkan dalam kontrak, hal-hal apa saja yang diasuransikan serta kedua belah pihak harus dijelaskan tentang manfaat dari asuransi tersebut.

4) Metode penyelesaian sengketa

pada dasarnya setiap kontrak (perjanjian) yang dibuat para pihak harus dapat dilaksanakan dengan sukarela atau itikad baik, namun dalam kenyataannya kontrak yang dibuat sering terjadi perselisihan maupun cidera janji, perlu dicantumkan dalam kontrak metode penyelesaian sengktenya sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak dengan memilih metode yang diinginkan.

Pola penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu (1) melalui pengadilan, dan (2) alternative penyelesaian sengketa.Penyelesaian sengketa melalui pengadila adalah suatu pola penyelesaian sengketa yang terjadi anatara para pihak yang diselesaikan oleh pengadilan.Putusannya bersifat mengikat. Sedangkan penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa (ADR) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat memalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli ( Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa). Apabila


(64)

mengacu ketentuan Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 maka cara penyelesaian sengketea melalui ADR dibagi menjadi lima cara, yaitu

a) Konsultasi; b) Negosiasi; c) Mediasi; d) Konsiliasi,dan e) Penilaian ahli

Di dalam literature juga disebutkan dua pola penyelesaian sengketa, yaitu

the binding adjudicative procedure the nonbinding dan adjudicative procedure.Sengketa yang di dalam memutuskan perkara hakim mengikat para pihak. Bentuk penyelesaian sengketa ini dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu

(1) Litigasi; (2) Arbitrase;

(3) Mediasi-Arbitrase, dan (4) Hakim partikelir.

The nonbinding adjudicative procedure, yaitu suatu proses penyelesaian sengketa yang di dalam memutuskan perkara hakim atau orang yang ditunjuk tidak mengikat para pihak. Penyelesaian sengketa dengan cara ini dibagi menjadi enam macam, yaitu:


(65)

(b) Mediasi; (c) Mini-trial;

(d) Summary Jury Trial;

(e) Neutral Expert fact-Finding, dan (f) Early Expert Neural Evaluation

C. Penyelesaian Sengketa Dalam Kontrak PT. Mujur Timber dan Sustainable Timber Direct.

Ada baiknya bila kedua belah pihak menyepakati metode penyelesaian sengketa yang mana yang di pilih bila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Setelah adanya kesepakatan, metode penyelesaian sengketa tersebut dicantumkan ke dalam kontrak agar di kemudian hari jika ada diantara pihak yang cidera janji maupun wanprestasi, maka akan mudah melakukan penyelesaiannya sehingga tidak ada yang dirugikan diantara kedua belah pihak.

Penyelesaian sengketa di dalam kontrak dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu penyelesaian sengkteta di pengadilan dan penyelesaian sengketa di luar pengadilan.Dalam pembuatan kontrak perlu mempertimbangakan kedua macam penyelesaian sengketa ini sebagai antisipasi ketika terjadi sengketa diantara pihak.Kontrak yang baik pada umumnya adalah kontrak yang telah mengatur sistem penyelesaian sengketa di dalam kontrak.


(66)

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan merupakan pilihan terakhir dalam menyelesaikan suatu sengketa setelah sebelumnya dilakukan perundingan di antara para pihak yang bersengketa, baik secara langsung maupun dengan menunjuk kuasa hukumnya guna menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. Jika proses perundingan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan, barulah para pihak akan menyerahkan penyelesaian sengketa kepada arbitrase atau pengadilan untuk mendapat keputusan.

2. Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan

Cara yang paling efektif, mudah dan sederhana adalah penyelesaian yang dilakukan sendiri oleh para pihak yang bersengketa tersebut. Cara lain yang dapat ditempuh adalah penyelesaian melalui forum atau lembaga yang tugasnya menyelesaikan sengketa dalam masyarakat. Forum atau lembaga resmi yang disediakan oleh negara adalah pengadilan, sedangkan sedangkan yang disediakan oleh lembaga swasta adalah lembaga yang disebut “arbitrase”.Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sering disebut dengan Alternative Dispute Resolution (ADR) atau dalam istilah Indonesia disebut Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS).

Proses di luar pengadilan menghasilkan kesepakatan yang bersifat “win-win solution”, kerahasiaan para pihak terjamin, bebas dari hal-hal prosedural dan administratif, menyelesaikan masalah secara komrehensif dalam kebersamaan, dan tetap menjaga hubungan baik.


(1)

8. Secara khusus rasa terimakasih penulis sampaikan kepada yang penulis sayangi Ayahanda Ishak Sembiring, Ibunda Syamsibar, Abangda Taufiq Sembiring ST dan Fuad Sembiring SE, kepada kakanda Ratih Sembiring serta si bungsu Fadhil Sembiring dan seluruh anggota keluarga yang penulis sayangi dan hormati berkat dukungan, perhatian, dan doa yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaian skripsi ini.

9. Ucapan Terimakasih penulis sampaikan kepada Heri Syahputra SE yang tiada hentinya memberikan motivasi, dukungan, perhatian dan selalu membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Terimahkasih kepada Manager PT.Mujur Timber Sibolga Bapak Ir. Bigar Atioso telah membantu penulis melakukan riset.

11. Terima kasih kepada teman-teman Angkatan 2009 FH UniversitasSumatera yang penulis sayangi yang telah mendukung dan memotivasi penulis selama menulis skripsi ini, Putri Rahmadani, Firdayanti, Namira Nazlah, Putri Pratiwi Lubis, Nabillah Yan Khansa, Juliani Sari dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis tuliskan satu per satu.

12. Dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi atas penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, Penulis mengucapkanterima kasih.


(2)

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menjadi acuan penulis dalam karya berikutnya.Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, April 2016

Hormat Penulis Melati


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 4

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

F. Keaslian Penulisan ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK A. Pengertian Kontrak ... 12

B. Asas-Asas Dalam Hukum Kontrak ... 29


(4)

D. Sumber Hukum Kontrak ... 38

E. Penyusunan, Struktur dan Anatomi Kontrak ... 40

1. Interpretasi Dalam Kontrak ... 40

2. Ketentuan-Ketentuan Umum Dalam Hukum Kontrak ... 43

3. Prinsip-Prinsip Dalam Penyusunan Kontrak ... 49

4. Prapenyusunan Kontrak ... 50

5. Tahap Penyusunan ... 53

6. Struktur dan Anatomi Kontrak ... 54

7. Pasca Penyusunan Kontrak ... 56

BAB III KONTRAK YANG BERKAITAN DENGAN PENJUALN PLYWOOD A. Sistem Pengangkutan Dalam Kontrak Kerja Penjualan Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber Direct 58

1. Perjanjian Pengangkutan dan Pengaturannya ... 58

2. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Pengangkutan Barang ... 63

3. Peran dan Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Barang Secara Umum ... 67


(5)

4. Prosedur Pengangkutan Barang Melalui Laut ... 71

5. Sistem Pengangkutan dalam Kontrak Kerja Antara PT. Mujur Timber Sibolga dan Sustainable Timber Direct ... 73

B. Sistem Pembayaran Dalam Kontrak Kerja Penjualan Plywood

Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber

Direct ... 75

C. Asuransi Dalam Kontrak Kerja Penjualan Plywood Antara PT.

Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber Direct ... 83

BAB IV TINJAUAN YURIDIS KONTRAK PENJUALAN PLYWOOD ANTARA PT. MUJUR TIMBER SIBOLGA DENGAN

SUSTAINABLE TIMBER DIRECT

A. Mekanisme Pelaksanaan Kontrak Penjualan Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber Direct ... 92

1. Profil PT. Mujur Timber Sibolga ... 92

2. Mekanisme Pelaksanaan Kontrak Penjualan Plywood Antara PT.Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber Direct ... 103


(6)

B. Kewajiban-Kewajiban Para Pihak Dalam Kontrak Penjualan

Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable

Timber Direct ... 110

C. Penyelesaian Sengketa Kontrak Penjualan Plywood Antara PT.

Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber Direct ... 119

1. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan ... 119

2. Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 124

B. Saran ... 125