Pengertian Hukum Kontrak Arbitrase

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK

A. Pengertian Hukum Kontrak

Istilah kontrak berasal dari Inggris, yakni “contract” yang bermakna perjanjian. 7 Dalam Bahasa Belanda kontrak dikenal dengan kata “overeenkomst” yang juga bermakna sama dengan kontrak yaitu perjanjian. 8 Secara etimologis, perjanjian dapat diartikan dengan suatu perbuatan dimana seorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap seseorang atau lebih, 9 sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, perjanjian adalah persetujuan yang dibuat antara dua pihak atau lebih yang mana pihak yang membuat persetujuan berjanji akan mentaati isi dari persetujuan itu. 10 Kenyataan di lapangan, pengertian kata perikatan dengan perjanjian hampir sama, namun setelah ditelaah dengan lebih teliti ternyata perkataan perikatan Verbintenis 11 7 Kamus Oxford Learner’s Pocket dictionary, Oxford, University Press 2000.Hal. 45 8 Kamus Hukum Belanda-Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2005. Hal. 375 9 Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, Semarang, 1977. Hal. 248. 10 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta, 2004. Hal. 402 11 Istilah kata Perikatan Verbintenis merupakan pengambilalihan dari kata “obligation” dalam Code Civil Perancis.Dengan demikian berarti perikatan adalah kewajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum perikatan tersebut. Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Pada Umumnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002. Hal. 16 mempunyai arti yang lebih luas daripada kata perjanjian Overeenkomst, dengan kata lain setiap perikatan masihlah bersifat abstrak dan baru akan menjadi konkrit apabila telah diwujudkan dalam suatu perjanjian. Universitas Sumatera Utara Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, kontrak atau perjanjian dapat diartikan sebagai “Suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Dari rumusan di atas, makna perjanjian menjadi tidak jelas dan bahkan menjadi absurd.Hal ini dikarenakan setiap perbuatan dapat disebut perjanjian.Dari Pasal 1313 ini hanya dituliskan perjanjian, sedangkan perjanjian itu bisa bersifat hukum maupun perjanjian biasa. Jika ita tinjau dari makna perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata ini, maka dapat disimpulkan bahwa setiap perbuatan telah disebut dengan perjanjian. Menurut doktrin, perjanjian dapat diartikan dengan “Perbuatan Hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”. Dari rumusan ini, dapat disimpulkan bahwa perjanjian harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: 1. Adanya perbuatan hukum. 2. Adanya pernyataan kehendak dari beberapa pihak. 3. Pernyataan kehendak wilsverklaring harus saling bergantungan antara pihak- pihak yang terikat perjanjian. 4. Telah adanya kesepakatan. 5. Adanya perbuatan hukum yang terjadi dikarenakan kerjasama dua orang atau lebih. 6. Adanya aibat hukum jika salah satu pihak melakukan wanprestasi. 7. Adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur perjanjian tersebut. Universitas Sumatera Utara Menurut Van Dunne, Perjanjian adalah “Suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”. 12 a. Tahap pra-kontrak, yaitu adanya penawaran dan penerimaan. Dari rumusan perjanjian ini dapat kita simpulkan bahwa perjanjian memenuhi 3 unsur, yaitu : b. Tahap kontrak, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak. c. Tahap pasca kontrak, yaitu pelaksanaan perjanjian. Menurut Charless L. Knapp dan Nathan M. Crystal menyatakan perjanjian adalah “Suatu persetujuaan antara dua orang atau lebih, tidak hanya memberikan kepercayaan tetapi secara bersama-sama saling pengertian untuk melakukan sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka”. Dari rumusan ini, dapat kita ketahui adanya 3 unsur kontrak, yaitu: 1 Adanya kesepakatan 2 Persetujuan dibuat secara tertulis. 3 Adanya orang yang berhak dan berkewajiban membuat kesepakatan dan persetujuan tertulis. Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 13 Kontrak adalah perjanjian yang dibuat seecara tertulis. 14 12 Van Dunne, Wanprestasi dan Keadaan Memaksa: Ganti Kerugian, Yogyakarta,Gadja Mada, 1987. Hlm 34 13 Subekti, Hukum Perjanjian Jakarta :Intermasa, 1996, hlm. 1 menurut Pollock Universitas Sumatera Utara sebagaimana dikutip oleh P.S. Atiyah, a contract is a promise or a set of promises, which the law will enforce. 15 Sebagai perwujudan tertulis dari perjanjian, kontrak adalah salah satu dari dua dasar hukum yang ada selain undang-undang lihat Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata Pasal 1233 yang dapat menimbulkan perikatan. Perikatan adalah suatu keadaan hukum yang mengikat satu atau lebih subjek hukum dengan kewajiban-kewajiban yang berkaitan satu sama lain. 16 Suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain, atau di mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. 17 a Perjanjian untuk memberikanmenyerahkan suatu barang; berdasarkan hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan prestasi, perjanjian dibagi dalam tiga macam, yaitu: b Perjanjian untuk berbuat sesuatu; c Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu. Sebagai gambaran mengenai pengertian prestasi ini, dapat dilihat dalam perjanjian eksporimpor.Perjanjian eksporimpor pada hakikatnya merupakan perjanjian yang berisi perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan suatu 14 Hasanuddin Rahman, Legal Drafting. Seri Keterampilan Mahasiswa Fakultas Hukum Dalam Merancang Kontrak PeroranganBisnisBandung: Citra Aditya Bakti, 20000, hlm. 4 15 P.S Atiyah, An Introduction To The Law of Contract Oxford: Oxford University Press, 1981 hlm. 28 16 Budiono Kusumphamidjojo, Panduan Untuk Merancang Kontrak ,Jakarta: Gramedia Widiasarana,2001, hlm 7 17 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1996,hlm 36 Universitas Sumatera Utara barang.Di satu pihak, penjual menyerahkan sejumlah barang sesuai dengan kualitas, jumlah, dan karakteristik tertentu kepada pembeli.Sementara itu, di pihak lain, pembeli menyerahkan sejumlah uang kepada penjual sesuai dengan harga yang disepakati. Perjanjian adalah suatu peristiwa ketika seseorang berjanji kepada orang lain atau ketika orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dalam perjanjian itu timbul suatu hubungan hukum antara dua orang tersebutperikatan.Perjanjian ini sifatnya konkrit. Pengertian perikatan adalah sebuah hukum antara dua orangdua pihak yang berdasar sebagaimana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, pihak lainnya juga berkewajiban memenuhi tuntutan itu. Perikatan itu sifatnya abstrak.Dalam hal ini, orang yang berhak menuntut disebut kreditur si berpiutang, pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan disebut debitursi berhutang. Hukum perjanjian ini disebut juga “Hukum Perutangan”.Karena sifatnya tuntut-menuntut, yang menuntut disebut kreditur, yang dituntut disebut debitur, dan sesuatu yang dituntut disebut prestasi.Hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah menimbulkan perikatan perjanjian sebagai salah satu sumber perikatan lainnya yaitu undang-undang.Perikatan atau verbintenis ini lebih luas dibanding dengan perjanjian, karena di dalam perikatan juga mengatur perikatan yang timbul karena melawan hukumonrechmatigedaad dan Perikatan yang timbul dari kepengurusan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan zakwarneming. Universitas Sumatera Utara Namun, sebagian besar pada buku III KUHPerdata ditujukan pada perikatan yang timbul dari persetujuanperjanjian.Jadi, isinya adalah hukum perjanjian.Dalam KUH Perdata terdapat aturan umum yang berlaku untuk semua perjanjian dan aturan khusus yang berlaku hanya untuk perjanjian tertentu saja perjanjian khusus yang namanya sudah diberikan undang-undang.Pengertian perjanjian sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1313 KUHPerdata, bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan hukum ketika seorang atau lebih. Perjanjian juga dapat diartikan suatu peristiwa ketika seorang berjanji kepada seorang lain, atau ketika 2 orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Hukum kontrak merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu contract of law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah overeenscomstrecht. Lawrence M. Friedman mengartikan hukum kontrak adalah Perangkat hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tertentu.Lawrence M. Friendan tidak menjelaskan lebih lanjut aspek tertentu dari pasar dan jenis perjanjian tertentu. Apabila dikaji aspek pasar, tentunya kita akan mengaji dari berbagai aktivitas bisnis yang hidup dan berkembang dalam sebuah market. Di dalam berbagai market tersebut maka akan menimbulkan berbagai macam kontrak yang dilakukan oleh para pelaku usahan. Ada pelaku usaha yang mengadakan oerjannian jual-beli, sewa-menyewa, beli sewa, leasing, dan lain-lain. 18 18 Lawrence M. Frienman, American Law An Introduction, Jakarta : Tata Nusa, 2001, hlm 196 Universitas Sumatera Utara Michael D Bayles mengartikan contract of law atau hukum kontrak adalah Might then be taken to be the law pertaining to onporcement of promise or agreement. 19 Charles L. Knapp and Nathan M. Crystal mengartikan law of contract is: Our society’s legal mechanism for protecting the expectations thet arise from the making of agreement for the future exchange of various types of performance, such as the compeyance of property tangible and untangible, the performance of service, and payment of money Artinya, hukum kontrak adalah sebagai aturan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian dan persetujuan.Pendapat ini mengkaji hukum kontrak dari dimensi pelaksanaan perjanjian yang dibuat oleh para pihak, namun Michael D. Bayles tidak melihat pada tahap-tahap prakontaktual dan kontraktual. Tahap ini merupakan tahap yang menentukan dalam penyusunan sebuah kontak. Kontak yang telah disusun oleh para pihak akan dilaksanakan juga oleh mereka sendiri. 20 Pendapat ini mengkaji hukum kontrak dari aspek menkanisme atau prosedur hukum.Tujuan mekanisme ini adalah untuk melindungi keinginanharapan yang .Artinya hukum kontrak adalah mekanisme hukum dalam masyarakat untuk melindungi harapan-harapan yang timbul dalam pembuatan persetujuan demi perubahan masa datang yang bervariasi kinerja, seperti pengangkutan kekayaan yang nyata maupun yang tidak nyata, kinerja pelayanan, dan pembayran dengan uang. 19 Michael D. Bayles Principles of law a Normatif Analysis, Holland: Riding Publishing, 1987, hlm 143 20 Charles L. Knapp and Nathan M. Crystal, Problem in Low, Case and Materials, Toronto: Bown and company, 1993, hlm 4 Universitas Sumatera Utara timbul dalam pembuatan consensus di antara pihak, seperti dalam perjanjian pengangkutan, kekayaan, kinerja pelayanan, dan pembayaran dengan uang. Defenisi lain berpendapat bahwa hukum kontrak adalah “rangkaian kaidah-kaidah hukum yang mengatur berbagai persetujuan dan ikatan antara warga-warga hukum.” 21 Dengan adanya berbagai kelemahan dari defenisi di atas maka defenisi itu perlu dilengkapi dan disempurnakan. Jadi, menurut Salim H.S., bahwa hukum kontrak adalah “ keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.” Defenisi hukum kontrak yang tercantum dalam Ensiklopedia Indonesia mengkaji dari aspek ruang lingkup pengaturannya, yaitu persetujuan dan ikatan warga hukum.Tampaknya defenisi ini menyamakan pengertian antara kontrak perjanjian dengan persetujuan, padahal antara keduanya adalah berbeda.Kontrak perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, sedangkan persetujuan salah satu syarat sah kontrak, sebagaimana yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata. 22 Defenisi ini didasarkan pada pendapat Van Dunne, yang tidak hanya mengkaji kontrak pada tahap kontraktual semata-mata, tetapi juga harus memperhatikan perbuatan sebelumnya.Perbuatan sebelumnya mencakup tahap pracontractual dan post contractual.Pracontraktual merupakan tahap penawaran dan penerimaan, sedangkan post contravtual adalah pelaksanaan perjanjian.Hubungan hukum adalah 21 Ensiklopesia Indonesia, tt : 1348 22 Salim H.S, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik penyusunan kontrak, Jakarta, Sinar Grafika, 2014, hlm 4 Universitas Sumatera Utara hubungan yang menimbulkan akibat hukum.Akibat hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban.Hak merupakan sebuah kenikmatan, sedangkan kewajiban mrupakan beban. Dari berbagai definisi di atas, dapat dikemukakan unsur-unsur yang tercantum dalam hukum kontrak, sebagaimana dikemukakan berikut ini. 1 Adanya kaidah hukum Kaidah dalam hukum kontrak dapat dibagi menjadi dua macam, : tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum kontrak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi.Sedangkan kaidah hukum kontrak tidak tertulis adalah kaidah- kaidah hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat.Contoh, jual beli lepas, jual beli tahunan, dan lain-lain.Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum adat. 2 Subjek Hukum Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban.Yang menjadi subjek hukum dalam hukum kontrak adalah kreditur dan debitur.Kreditur adalah orang yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang berutang. 3 Adanya Prestasi Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur. Prestasi terdiri dari: a Memberikan sesuatu, Universitas Sumatera Utara b Berbuat susuatu, dan c Tidak berbuat sesuatu. 4 Kata Sepakat Di dalam Pasal 1320 KUH Perdata ditentukan empat syarat sahnya perjanjian.Salah satunya kata sepakat consensus.Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak anatara para pihak. 5 Akibat Hukum Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban.Hak adalah suatu kenikmatan dan kewajiban adalah beban. Syarat sahnya kontrak dapat dikaji berdasarkan hukum kontrak yang terdapat di dalam KUH Perdata civil law dan hukum kontrak Amerika.Dalam hukum Eropa Kontinental, syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata atau Pasal 1365 Buku IV NBW BW Baru Belanda. Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian, yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak, kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum, Adanya objek, adanya causa yang halal. Keempat hal itu, dikemukakan berikut ini: a Kesepakatan toestemingIzin Kedua Belah Pihak Syarat yang pertama sahnya kontrak adalah adanya kesepakatan atau consensus pada pihak.Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat 1 KUH Universitas Sumatera Utara Perdata.Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Yang sesuai itu adalah pernyataannya, karena kehendak itu tidak dapat dilihatdiketahui orang lain. Yaitu dengan: 1] Bahasa yang sempurna dan tertulis; 2] Bahasa yang sempurna secara lisan; 3] Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterrima oleh pihak lainnya. Karena dalam kenyataannya seringkali seseorang menyampaikan dengan bahasa yang tidak sempurna tetapi dimengerti oleh pihak lainnya nya; 4] Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya; 5] Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan. 23 b Kecakapan Bertindak Pada dasarnya, cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak, yaitu dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis. Tujuan pembuatan perjanjian secara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna, di kala timbul sengketa di kemudian hari. 23 Sudikno Mertokusumo,Penemuan Hukum Suatu Pengantar Liberty, Yogyakarta 1987, hlm 7 Universitas Sumatera Utara Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum. Orang-orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang- orang yang cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Orang yang cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah dewasa.Ukuran kedewasaan adalah telah berumur 21 tahun dan atau sudah kawin. Orang yang tidak berwenang untuk melakukan perbuatan hukum: 1] Anak di bawah umur minderjarigheid; 2] Orang yang ditaruh di bawah pengampuan, dan 3] Istri Pasal 1330 KUH Perdata. Akan tetapi dalam perkembangannya istri dapat melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang diatur dalam pasal 31 UU Nomor 1 Tahun 1974 jo. SEMA No.Tahun 1963. c Adanya Objek Perjanjian Onderwerp der Overeenskomst Dalam berbagai literature disebutkan bahwa yang menjadi objek perjanjian adalah prestasi pokok perjanjian. Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur . 24 2] Berbuat sesuatu, dan Prestasi ini terdiri dari perbuatan positif dan negarif. Prestasi terdiri atas: 1] Memberikan sesuatu, berbuat sesuatu; 24 Yahya Harahap, Hukum Perjanian, Alumni Bandung,1989 hlm 10 Universitas Sumatera Utara 3] Tidak berbuat sesuatu 25 d Adanya Causa yang Halal Geoorloofde Orzaak Misalnya jual beli rumah.Yang menjadi prestasipokok perjanjian adalah menyerahkan hak milik atas rumah dan menyerahkan uang harga dari pembelian rumahitu.Contoh lainnya, dalam perjanjian kerja maka yang menjadi pokok perjanjian adalah melakukan pekerjaan dan membayar upah.Prestasi itu harus dapat ditentukan, dibolehkan, dimungkinkan, dan dapat dinilai dengan uang.Dapat ditentukan artinya di dalam mengadakan perjanjian, isi perjanjian harus dipastikan dalam arti dapat ditentukan secara cukup.Misalnya, A membeli lemari pada B dengan harga Rp 500.000,00.Ini berarti bahwa objeknya itu adalah lemari, bukan benda lainnya. Dalam pasal 1320 KUH Perdata tidak dijelakan pengertian oorzaak causa yang halal.Di dalam Pasal 1337 KUH Perdata hanya disebutkan causa yang terlarang.Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang- undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Hoge Raad sejak tahun 1927 mengartikan orzaak sebagai sesuatu yang menjadi tujuan para pihak. Contoh A menjual sepeda motor kepada B. akan tetapi, sepeda motor yang dijual oleh A itu adalah barang hasil curian. Jual beli itu tidak mencapai tujuan dari pihak B karena pihak B menginginkan barang yang dibelinya itu barang yang sah. Universitas Sumatera Utara Syarat yang pertama dan kedua disebut syarat subjektif, karena menyangkut pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.Sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena menyangkut objek perjanjian.Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi maka perjanjian itu dapat dibatalkan.Artinya, bahwa salah satu pihak dapat mengajukan kepada Pengadilan untuk membatalkan perjanjian yang sepakatinya.Tetapi apabila para pihak tidak ada yang keberatan maka perjanjian itu batal demi hukum.Artinya, bahwa dari semula perjanjian itu dianggap tidak ada. Hukum kontrak diatur dalam Buku III KUH Perdata, yang terdiri 18 bab dan 631 Pasal. Dimulai dari Pasal 1233 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata. Masing-masing bab dibagi dalam beberapa bagian. Di dalam NBW Negeri Belanda, tempat pengaturan hukum kontrak dalam Buku IV tentang van Verbintenissen, yang dimulai dari Pasal 1269 NBW sampai dengan Pasal 1901 NBW. 26 Hal-hal yang diatur dalam Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1312 KUH Perdata, meliputi: sumber perikatan, penggantian biaya, rugi, dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan; dan jenis-jenis perikatan. Hal-hal yang diatur di dalam Buku III KUH Perdata adalah sebagai berikut: 1] Perikatan pada umumnya Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1312 KUH Perdata 26 Salim H.S, Op. Cit, hlm 100 Universitas Sumatera Utara 2] Perikatan yang dilahirkan dari perjanjian Pasal 1313 dengan Pasal 1351 KUH Perdata Hal-hal yang diatur dalam bab ini meiputi: ketentuan umum, syarat-syarat sahnya perjanjian; akibat perjanjian, dan penafsiran perjanjian. 3] Hapusnya perikatan Pasal 1381 sampai Pasal 1456 KUH Perdata hapusnya perikatan dibedakan menjadi 10 macam, yaitu karena pembayaran;penawaran pembayaran tunai uang diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; pembaruan utang; perjumpaan utang atau kompensasi; percampuran utang; pembebasan utang; musnahnya barang terutang; kebatalan atau pembatalan; berlakunya syarat batal; kedaluarsa. 4] Jual beli Pasal 1457 sampai dengan pasal 1540 KUH Perdata Hal-hal yang diatur dalam pasal 1457 sampai dengan pasal 1549 KUH Perdata, meliputi : ketentuan umu; kewajiban si penjual; kewajiban si pembeli; hak membeli kembali; jual beli piutang; kewajiban si pembeli; hak membeli kembali; jual beli piutang, dan hak tak bertubuh. 5] Tukar-menukar Pasal 1541 sampai dengan Pasal 1546 kuh Perdata 6] Sewa-menyewa Pasal 548 sampai dengan Pasal 1600 KUH Perdata 7]Persetujuan untuk melakukan pekerjaan 1601 sampai dengan pasal 1617 KUH Perdata 8] Persekutuan Pasal 1618 sampai dengan pasal 1652 KUH Perdata Universitas Sumatera Utara 9] Badan hukum Pasal 1653 sampai dengan Pasal 1665 KUH Perdata 10] Hibah Pasal 1666 sampai dengan Pasal 1693 KUH Perdata 11] Penitipan barang Pasal 1694 sampai dengan Pasal 1739 KUH Perdata 12] Pinjam pakai Pasal 1740 sampai dengan Pasal 1753 KUH Perdata 13] Pinjam-meminjam Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUH Perdata 14] Bunga tetap atau abadi Pasal 1770 sampai dengan Pasal 1773 KUH Perdata 15]Perjanjian untung-untungan Pasal 1774 sampai dengan Pasal 1791 KUH Perdata 16] Pemberian kuasa Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819 KUH Perdata 17] Penanggung utang Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 KUH Perdata 18] Perdamaian Pasal 1851 sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata Sistem pengaturan hukum kontrak adalah sistem terbuka opensystem.Artinya bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur di dalam undang-undang. Hal ini dapat disimpulkan dari ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, yang dinyatakan bahwa: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Dalam sejarah perkembangannya, hukum kontrak pada mulanya menganut sistem tertutup.Artinya para pihak terikat pada pengertian yang tercantum dalam Universitas Sumatera Utara undang-undang.Ini disebabkan adanya pengaruh ajaran legisme yang memandang bahwa tidak ada hukum di luar undang-undang.Hal ini dapat dilihat dan dibaca dalam bebagai putusan Hoge Raad dari tahun 1910 sampai dengan tahun 1919. Putusan Hoge Raad yang paling penting adalah putusan HR 1919, tertanggal 31 Januari 1919 tentang penafsiran perbuatan melawan hukum, yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata. Di dalam putusan HR 1919 definisi perbuatan melawan hukum, tidak hanya melawan undang-undang, tetapi juga melanggar hak-hak subjektif orang lain, kesusilaan, dan ketertiban umum. Menurut HR 1919 yang diartikan dengan perbuatan melawan hukum adalah berbuat atau tidak berbuat yang: a] Melanggar hak orang lain Yang dimaksud dengan hak orang lain, bukan semua hak, tetapi hanya hak-hak pribadi, seperti intergritas tubuh, kebebasan, kehormatan, dan lain-lain. Termasuk dalam hal ini hak-hak absolute, seperti hak kebendaan, hak atas kekayaan intelektual HAKI, dan sebagainya; b] Bertentang dengan kewajiban hukum pelaku Kewajiban hukum hanya kewajiban yang dirumuskan dalam aturan undang- undang Universitas Sumatera Utara c] Bertentangan dengan kesusilaan, artinya perbuatan yang dilakukan oleh seseorang itu bertentangan dengan sopan santubn yang tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat; d] Bertentangan dengan kecermatan yang harus diindahkan dalam masyarakat; Aturan tentang kecermatan terdiri atas dua kelompok, yaitu aturan-aturan yang mencegah orang lain terjerrumus dalam bahaya, dan aturan-aturan yang melarang merugikan orang lain ketika hendak menyelenggarakan kepentingan sendiri. 27

B. Asas-Asas Dalam Hukum Kontrak