berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pengangkutan barang, akan melibatkan
pihak-pihak sebagai berikut : 1. Pengirim Barang
Mengenai pengirim barang, tidak ada ditemukan definisinya di dalam KUHD.Namun, secara ringkas dapat dikemukakan bahwa pengirim adalah
orang yang mengikatkan diri untuk mengirim sesuatu barang dengan membayar uang angkutan.
40
Di dalam pengangkutan barang, pengangkut mempunyai peranan penting sebagai pihak yang menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang dari
suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.Sebagai pihak yang 2. Pengangkut
Menurut Pasal 466 KUHD, pengangkut adalah barangsiapa yang baik dengan perjanjian carter menurut waktu atau carter menurut perjalanan,
maupun dengan perjanjian jenis lain, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang Pasal 521 KUHD,
yang seluruhnya atau sebagian melalui lautan.
3. Peran dan Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Barang Secara Umum
40
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal.147.
Universitas Sumatera Utara
mengusahakan pengangkutan, pengangkut dibebani tanggung jawab tertentu terhadap barang-barang muatan yang diserahkan dari pengirim untuk diangkut.
Adapun tanggung jawab pengangkut menurut KUHD diatur dalam : a. Pasal 468
Ayat 1 : “Persetujuan pengangkutan untuk menjaga keselamatan barang-barang yang
diangkutnya sejak dia terima dari pengirim sampai dia serahkan ke penerima” Ayat 2 :
“Si pengangkut diwajibkan mengganti segala kerugian yang disebabkan karena barang tersebut seluruhnya atau sebagian tidak dapat diserahkannya, atau
karena terjadi kerusakan pada barang itu, kecuali apabila dibuktikannya bahwa tidak diserahkannya barang atau kerusakan tadi disebabkan oleh suatu
malapetaka yang selayaknya tidak dapat dicegah maupun dihindarkannya atau cacat daripada barang tersebut atau oleh kesalahan dari si yang
mengirimkannya” Ayat 3 :
“Ia bertanggungjawab untuk perbuatan dari segala mereka yang dipekerjakannya dan untuk segala benda yang dipakainya dalam
menyelenggarakan pengangkutan tersebut” Berikut ini merupakan keterangan dari Pasal tersebut diatas:
Universitas Sumatera Utara
Dalam ayat 1 ditetapkan kewajiban pengangkut untuk menjaga keselamatan barang-barang selama dalam perwalian pengangkut.
Dalam ayat 2 ditetapkan keharusan pengangkut mengganti kerugian atas kehilangan dan kerusakan barang-barang seluruhnya atau sebagian, kecuali jika
kehilangan dan kerusakan itu disebabkan oleh force majeure tidak dapat dihindarkan.Tapi adanya force majeure tersebut harus dibuktikan oleh
pengangkut.Jadi, pengangkut tidak mengganti kerugian jika kehilangan dan kerusakan barang-barang disebabkan oleh force majeure.Demikian juga
pengangkut tidak mengganti kerugian atas kerusakan barang-barang yang disebabkan oleh sifat dan cacat barang itu sendiri dan karena kesalahan si
pengirim. Dalam ayat 3 ditetapkan bahwa pengangkut bertanggungjawab atas perbuatan
orang-orang yang dipekerjakannya karena orang-orang tersebut bekerja untuk pengangkut dan bukan untuk orang lain. Pengangkut bertanggungjawab atas
kehilangan dan kerusakan barang-barang yang disebabkan oleh perbuatan dari para karyawannya atau karena alat-alat yang digunakan dalam pengangkutan
tidak memenuhi syarat, misalnya kapal tidak layak laut dan atau ruangan- ruangan tempat pemadatan barang-barang di dalam kapal tidak memenuhi
Universitas Sumatera Utara
syarat untuk barang-barang, kecuali kalau pengangkut dapat membuktikan adanya force majeure.
41
b. Pasal 477 “Si pengangkut adalah bertanggung jawab untuk kerugian yang
disebabkan karena terlambat diserahkannya barang yang diangkutnya, kecuali apabila dibuktikannya bahwa kelambatan itu disebabkan karena suatu
malapetaka yang selayaknya tidak dapat dicegah atau dihindarkannya” Dalam pasal ini ditetapkan bahwa pengangkut bertanggungjawab atas kerugian yang
dialami oleh pemilik barang jika pengangkut terlambat menyerahkan barang- barang kepada penerima, kecuali pengangkut dapat membuktikan bahwa
keterlambatan tersebut disebabkan oleh oleh force majeure. Dalam Pasal 3 ayat 2 ditetapkan bahwa pengangkut berkewajiban agar
barang-barang yang diangkutnya dimuat, dirawat, dipadatkan, diangkut, dijaga, dipelihara, dan dibongkar dengan sewajarnya. Pengangkut bertanggungjawab atas
keselamatan dan keutuhan barang-barang yaitu : 1
Pada waktu pemuatan sejak barang-barang dikaitkan pada derek end of tackle di pelabuhan pemuatan
2 Dalam pemadatannya di dalam palka-palka kapal
3 Selama pengangkutan mulai dari pelabuhan pemuatan hingga tiba di
pelabuhan pembongkaran
41
Radiks Purba, Angkutan Muatan Laut, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 143.
Universitas Sumatera Utara
4 Pada waktu pembongkaran sampai barang-barang berada di atas dermaga
atau perahu-perahu dalam posisi masih terkait pada derek end of tackle di pelabuhan pembongkaran.
42
Jika pengangkut lalai atau salah dalam melakukan kewajibannya seperti yang telah disebutkan di atas, maka pengangkut wajib mengganti kerugian jika pemilik
barang menuntut kerugian atas kerusakan barang-barangnya.Namun, pengangkut dapat dibebaskan dari keajiban mengganti kerugian apabila terjadi force majeure.
Di dalam Pasal 4 ayat 1 The Hamburg rules 1978, pengangkut bertanggungjawab atas barang sejak barang diserahkan dalam penguasaan
pengangkut dan sampai saat penyerahan di pelabuhan tujuan kepada Consignee.
43
42
Ibid,
43
Tuti T. Gondhokusumo, Pengangkutan Melalui Laut Jilid II, UNDIP, Semarang, 1986, hal. 71.
Menurut pasal ini, tanggung jawab pengangkut pada saat penguasaannya yaitu di pelabuhan pemberangkatan, selama berlangsungnya pengangkutan hingga sampai
di pelabuhan pembongkaran atau sampai barang diserahkan kepada Consignee pihak yang mempunyai hak untuk menerima barang.Apabila barang terlambat diserahkan
maka pengangkut juga bertanggungjawab untuk memberikan penggantian kerugian atas keterlambatan barang tersebut.
4. Prosedur Pengangkutan Barang Melalui Laut